Wisata pantai di Bali, menyedot banyak kunjungan wisatawan domestik dan mancanegaea. ( foto: Hotel Discount)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kalangan milenial dua tahun terakhir sudah menjadikan traveling sebagai bagian dari gaya hidupnya bahkan 80% pesanan tiket penerbangan dan hotel mereka adalah untuk tujuan domestik karena itu pemerintah harus fokus ke segment pasar ini.
” Milenial diburu dan diharapkan bisa berperan memulihkan wisata domestik. Tapi apakah destinasi wisata sudah disiapkan untuk kenyamanan berwisata mereka ?. Pertanyaan saya satu saja dulu, bisakah pemerintah dan swasta pelaku industri wisata menyediakan WC umum yang bersih ?,” kata Gaery Undarsa.
Gaery Undarsa selaku Chief Marketing Officer & Co-Founder tiket.com langsung mengungkapkan pengalamannya sebagai wisatawan domestik atau wisatawan nusantara ( Wisnus) di negri sendiri.
Berbicara ketika menjadi nara sumber Anton Thedy dalam Live Insta Story membahas potensi wisatawan domestik memulihkan sektor pariwisata pasca COVID-19, Gaery mengatakan di tiket.com pihaknya fokus pada pasar domestik karena daya belinya kuat dan lebih memberikan masa depan.
Kondisi masyarakat di tengah pandemi global dengan aturan Stay at home, Work from Home termasuk belajar dan beribadah juga semua dari rumah diyakininya akan menjadi boom waktu untuk mendorong masyarakat Indonesia bahkan dunia kembali melakukan kegiatan wisata begitu pandemi global COVID-19 mampu ditaklukan.
” Berwisata sudah jadi bagian gaya hidup berbagai kalangan , kaki gatel untuk jalan-jalan apalagi bagi saya yang tidak pernah berdiam diri lama-lama di kantor maupun di rumah,” kata Anton Thedy tergelak
Anton menjelaskan akibat kakinya ‘terpasung’ maka sehari dia membuat Live Insta Story di akun Instagramnya hingga 8 x sehari bahkan pernah juga 10 kali dalam sehari demi menyemati diri maupun para mitra franchise serta masyarakat luas. Anton juga terus belajar dari para nara sumbernya yang mau berbagi ilmu.
Seperti halnya Gaery, dia juga sepakat domestik traveler akan memulai perjalanan setelah ‘aturan’ kembali dilonggarkan sehingga masyarakat terutama kalangan milenial dapat kembali berwisata.
Gaery mengatakan info yang diperoleh dari mitranya di China, destinasi wisata domestik di negri itu sudah mulai bangkit lagi meskipun aturan ketat masih terus berlaku, mereka tidak takut apalagi perang harga tiket penerbangan menguntungkan konsumen.
” Ibarat boom waktu, negara yang mengawali pandemi global ini dari kota Wuhan sudah ramai berwisata karena sekian lama terkukung di rumah sehingga ramai-ramai berwisata lagi tidak menunggu 6 bulan atau setahun kemudian,”.
Hal yang sama akan terjadi di Indonesia. Tengok saja kondisi bandara Soekarno-Hatta kemarin, begitu ada kelonggaran dan ada penerbangan langsung ramai dengan penumpang dengan berbagai alasan dan tujuan meski pemerintah melarang mudik Lebaran.
Co.founder dari Startup lokal murni milik anak bangsa ini menilai kalangan milenial ini punya nasionalisme yang tinggi, jumlahnya besar dan memang kemampuan dan keinginannya menjelajah negri karena tidak ribet untuk berwisata di dalam negri.
” Ada yang sudah mampu berwisata ke luar negri tapi mungkin hanya sekali dalam setahun, selebihnya mereka berwisata di dalam negri bisa sampai 6 x setahun karena memang lebih mampu juga menjadi wisatawan nusantara,” kata Gaery apalagi slogan tiket.com adalah “Mau kemana? Semua ada tiketnya”.
Peluang outbound travel atau berwisata ke luar negri paska COVID makin kecil karena untuk naik ke pesawat saja jauh lebih lama karena adanya standar internasional protokol kesehatan yang harus dilewati. Lama menunggu bisa 4 jam untuk mengikuti prosedur sebelum boarding di bandara internasional.
” Akan banyak prosedur yang harus dilewati, meski nanti akhirnya orang akan terbiasa. Dulu kita bawa minuman dalam tas boleh begitu ada kasus teroris akhirnya tidak ada lagi likuid yang bisa masuk kabin. Itu kan juga New Normal yang akhirnya kita terima saja,”
Menurut Gaery, yang harus didukung pertama untuk memulihkan bisnis travel & tourism memang operator penerbangannya. Kalau harganya tidak terjangkau tidak ada pergerakan manusia maupun kegiatan bisnis dan lainnya. Jadi industri penerbangan harus di dukung dengan aturan kesehatan yang aman dan harganya kembali terjangkau.
Tiket.com yang akan memperingati ulangtahun ke 9 tahun perjalanannya sebagai pionir online travel agent (OTA) di Indonesia yang diluncurkan 11 Agustus 2011 sudah menyentuh pencapaian terbaiknya dari berbagai indikator mulai dari pendapatan, kenaikan jumlah pelanggan, awareness masyarakat terhadap tiket.com, dan kualitas setiap produk dan pelayanan.
” Kami punya 1000 karyawan dan 500 orang customer care sistem kontrak. Begitu COVID-19 datang dan semua aktivitas pindah ke rumah masing-masing, saya jadi senang manasin mobil di luar,” kata Gaery tergelak.
Dia beruntung, tekhnologi yang dimilikinya memungkinkan untuk bekerja dari rumah. Meskipun operasional tiket.com masih menerima pesanan tiket dan akomodasi dari masyarakat semuanya dilakukan dengan digitalisasi.
” Saat begini konsumen tidak bisa diiming-imingi dengan strategi marketing, promo ataupun diskon-diskon jadi justru jadi berkah buat kami karena biaya tidak ada yang dikeluarkan alias dibikin NOL sehingga gaji karyawan aman dan kami punya amunisi bahkan Tunjangan Hari Raya ( THR) bisa diberikan meskipun level yang tinggi terpaksa dicicil dua kali pembayaran,” ujarnya tanpa beban.
Gaery lalu mengingatkan agar pemerintah pusat, pemerintah daerah dan para pelaku wisata selama masa tiarap akibat pandemi global COVID-19 benar-benar memperhatikan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan nusantara.
” Kedua orangtua saya terakhir baru dari Derawan yang menjadi destinasi wisata selam. Sudah lama dipromosikan dan dikunjungi wisatawan mancanegara juga tapi untuk mencapai kesana infrastruktur dan prasarana tidak menunjang. Padahal swastanya sudah buat resort yang indah tidak kalah dengan Maldive,” ungkapnya.
Pengalamannya sendiri bila berwisata ke Bali terutama liburan sekolah dan hari besar lainnya seperti Lebaran akan selalu terulang menghadapi kemacetan, pantai Kuta yang tidak nyaman dan sulit mencari WC umum apalagi yang bersih.
” Maintenance alias masalah perawatan masih jadi tantangan terbesar negri ini. Ada obyek wisata baru saja setahun kemudian kita datangin lagi perawatannya sudah tidak terlihat padahal masih baru. Apakah wisnus dan wisman harus menghadapi WC bau di tengah aturan New Normal yang mendunia dengan standard higienitas tinggi,”
Dia berharap wisnus terutama milenial jangan hanya diharapkan berwisata ke dalam negri, tetapi kebutuhan utamanya di destinasi wisata juga menjadi perhatian pemerintah daerah dan pusat sebagai penerima devisa pariwisata.
” Percayalah daya beli mereka ( local buying power ) masih kuat, jangan hanya berorientasi pada wisatawan mancanegara,” katanya mengingatkan.