NEWS

Sri Lanka Cabut Larangan Perjalanan Tapi Pembatasan Bagi yang Pernah ke India Tetap Ada

COLOMBO, bisniswisata.co.id: Sri Lanka mencabut larangan perjalanan tetapi masih ada pembatasan bagi mereka yang pernah ke India tetap ada.

Sri Lanka pada Rabu mengumumkan pencabutan larangan perjalanan sementara bagi wisatawan  yang masuk mulai 1 Juni 2021 kecuali penumpang yang menghabiskan waktu di India selama 14 hari terakhir.

Namun, semua penerbangan masuk akan dibatasi maksimal 75 penumpang dan akan dikenakan masa karantina selama 14 hari.

 “Setiap penumpang dengan riwayat perjalanan ke India termasuk transit dalam 14 hari terakhir tidak akan diizinkan untuk tiba,” kata kantor penerbangan sipil dalam sebuah pernyataan.

Warga negara asing, pelaut, pengusaha, investor, dan lainnya harus mendapatkan persetujuan dari Kementerian Luar Negeri untuk memasuki pulau bersama dengan visa masuk.

Sebelumnya dikutip  TTG Asia, Sri Lanka telah melihat lonjakan kasus baru-baru ini, dengan jumlah kasus harian lebih dari 1.500 dan kematian mencapai 1.000 pada 18 Mei. Jumlah total kasus pada 18 Mei adalah 147.720.

Pembatasan perbatasan tidak akan berlaku untuk penumpang yang akan berangkat, pesawat darurat, operasi kargo dan penerbangan kemanusiaan, serta penumpang yang transit melalui Kolombo ke tujuan lain.

Langkah tersebut dianggap sebagai pukulan lebih lanjut bagi industri pariwisata Sri Lanka, yang hanya melihat sedikit kedatangan internasional meskipun perbatasannya telah dibuka kembali pada 21 Januari 2021.

Devindre Seneratne, Direktur pengelola di JourneyScapes Travels dan mantan presiden Asosiasi Inbound Tour zoperator Sri Lanka, mengatakan bahwa asosiasi tersebut mendukung upaya pemerintah untuk mengekang penyebaran pandemi dengan memberlakukan penguncian yang diperlukan.

Meskipun krisis sedang berlangsung, otoritas pariwisata tetap melanjutkan upaya pemasaran mereka.  Salah satu upaya mereka yang paling menonjol adalah menampilkan Ketua Pariwisata Sri Lanka Kimarli Fernando dalam berbagai wawancara di saluran internasional seperti BBC dan CNN untuk mempromosikan daya tarik pariwisata negara tersebut.

 

 

 

 

 

  

Evan Maulana