SLEMAN, bisniswisata.co.id: Situs wisata purbakala Candi Ratu Boko di Dusun Dawung, Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini dihijaukan. Penghijauan dengan ditanami ribuan pohon dilakukan 250 mahasiswa dari berbagai kampus di wilayah Yogyakarta melalui program Candi Darling atau Sadar Lingkungan.
Selama ini. memang area candi Ratu Boko nampak gersang, dengan adanya penanaman sebanyak 1.350 pohon berupa tanaman perdu dan semak berbunga jenis bougenville (Bougainvillea), tanjung (Mimusops elengi), merak (Caesalpinia pulcherrima), soka (Saraca asoca) dan kepel (Stelechocarpus burahol), diharapkan suasana semakin teduh, rindang dan hijau mewarnai candi lokasi candi yang bergaya arsitektur kompleks keraton ini.
Selain di kompleks Candi Ratu Boko, para mahasiswa juga menanam aneka pepohonan di Candi Ijo yang letaknya berdekatan dengan Candi Ratu Boko. Candi tersebut merupakan sebuah kompleks percandian bercorak Hindu, yang jaraknya 4 km arah tenggara dari Candi Ratu Boko atau kira-kira 18 kilometer di sebelah timur Kota Yogyakarta.
Menurut Ketua Unit Kerja Situs Ratu Boko dan Candi Ijo Balai Pelestarian Budaya DIY, selain akan mempercantik wilayah situs Ratu Boko dan Candi Ijo, gerakan tanam pohon diharapkan mendorong generasi muda untuk semakin mencintai lingkungan sekaligus mempelajari warisan sejarah.
General Manager BUMN PT Taman Wisata Candi (TWC) Unit Ratu Boko, Wiharjanto menambahkan bahwa peninggalan sejarah Ratu Boko kini juga sudah menjadi ikon pariwisata yang digemari generasi milenial. “Generasi milenial banyak ketika senja hari berbondong-bondong datang ke situs Ratu Boko untuk berburu ‘sunset’, untuk berfoto,” kata Wiharjanto dalam keterangan resmi yang diterima Bisniswisata.co.id, Rabu (13/11/2019).
Menurut data TWC, fenonema “sunset” telah mendongkrak kunjungan wisata di Yogyakarta, khususnya di situs Ratu Boko. Total kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara pada 2018 sebanyak 306.338 orang yang didominasi anak muda. “Dan sebagian besar dari pengunjung itu datang pada sore dan petang hari untuk berswafoto di gapura utama situs Ratu Boko ini guna melihat matahari terbenam,” sambungnya.
Kompleks situs purbakal seluas 250 ribu meter persegi itu seringkali mengalami suhu udara panas. Hal ini disebabkan tanah yang tandus dan minimnya pohon rindang. Ia berharap adanya progran Candi Darling ke depan dapat memberikan suasana sejuk sehingga membuat wisatawan semakin nyaman.
Sekedar informasi, situs purbakala Ratu Boko merupakan salah satu warisan budaya yang telah diakui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tahun 1995.
Situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Situs Ratu Boko terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks adalah sekitar 25 ha.
Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs permukiman, namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu).
Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan.[3] Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.
Nama “Ratu Boko” berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Boko (bahasa Jawa, arti harafiah: “raja bangau”) adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat Loro Jonggrang.
Secara administratif, situs ini berada di wilayah dua Dukuh, yakni Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia. (redaksi@bisniswisata.co.id)