Senator Partai Buruh Fatima Payman mundur dari partai. Dia berbeda pendapat dengan rekan-rekannya di Partai Buruh dan menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai genosida. ( Foto: AAP / Mick Tsikas).
SYDNEY, bisniswisata.co.id: Fatima Payman, Senator pertama Australia yang berhijab, menjadi berita utama setelah mengundurkan diri dari Partai Buruh yang berkuasa. Kepergiannya menggarisbawahi tantangan besar yang ia hadapi, termasuk intimidasi dan perundungan dari rekan-rekannya setelah ia memilih untuk mengakui negara Palestina.
Dilansir dari halaltimes.com, intimidasi itu sebuah keputusan yang bertentangan dengan sikap resmi pemerintahan Partai Buruh. Langkah ini menyoroti isu-isu yang lebih luas mengenai diskriminasi agama dan marginalisasi suara Muslim dalam politik Australia, sekaligus menyoroti komitmen Payman terhadap prinsip-prinsipnya di tengah lanskap politik yang penuh gejolak.
Menggerakkan pemberitaan
Baru-baru ini, pengunjuk rasa pro-Palestina melanggar keamanan di Gedung Parlemen Australia, membentangkan spanduk dari atap tepat ketika Payman mengumumkan pengunduran dirinya karena sikap pemerintah terhadap konflik Gaza.
Keempat pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan “kejahatan perang” dan “genosida” di Beranda Besar Parlemen dan menampilkan seruan warga Palestina, “Dari sungai hingga laut, Palestina akan bebas,” yang tetap terlihat selama lebih dari satu jam sebelum penangkapan mereka. .
Mengapa Itu Penting
Insiden ini menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran dan perdebatan global seputar konflik Israel-Palestina. Banyak individu dan organisasi di seluruh dunia menyatakan dukungan mereka terhadap perjuangan Palestina.
Tindakan para pengunjuk rasa ini menjadi pengingat akan perjuangan yang sedang berlangsung dan kebutuhan mendesak akan resolusi damai. Pengunduran diri Payman tidak hanya menarik perhatian pada konflik tersebut tetapi juga menyoroti Islamofobia yang meluas dalam politik Australia.
Pendiriannya yang berprinsip terhadap kedaulatan Palestina dan reaksi balik yang ditimbulkannya mengungkapkan isu-isu yang lebih luas mengenai diskriminasi agama dan marginalisasi suara Muslim di arena politik.
Siapa Fatima Payman?
Lahir di Kabul, Afghanistan, pada tahun 1995, perjalanan Fatima Payman menuju Senat Australia adalah perjalanan yang penuh ketahanan dan tekad.
Keluarganya melarikan diri dari Taliban, pertama pindah ke Pakistan sebelum bermigrasi ke Australia pada tahun 2003. Ayah Payman tiba di Australia pada tahun 1999 dengan perahu dan melakukan berbagai pekerjaan untuk menghidupi keluarga.
Menetap di Perth, Payman kuliah di Australian Islamic College dan kemudian lulus dengan gelar Bachelor of Arts di bidang Antropologi dan Sosiologi dan Graduate Diploma di bidang Ilmu Farmasi dari University of Western Australia.
Payman menjabat sebagai presiden Buruh Muda WA dan bekerja sebagai organisator Serikat Pekerja Bersatu sebelum menjadi petugas pemilih untuk Pierre Yang.
Pada pemilihan federal Australia tahun 2022, ia terpilih menjadi anggota Senat Australia sebagai senator Australia Barat, menjadi senator termuda ketiga dalam sejarah Australia dan wanita Muslim pertama yang berhijab di Parlemen Australia.
Apa yang mereka katakan
“Keluarga saya tidak melarikan diri dari negara yang dilanda perang untuk datang ke sini sebagai pengungsi, agar saya tetap diam ketika saya melihat kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bersalah,” kata Payman kepada wartawan.
Kepergiannya dari Partai Buruh telah memicu diskusi signifikan mengenai perlakuan terhadap politisi Muslim di Australia. Nora Amath, Direktur Eksekutif Daftar Islamofobia Australia, mengomentari komentar yang bernada mencemooh dan mengkhawatirkan yang merujuk pada keyakinan Payman, menyoroti bahwa pernyataan seperti itu dianggap mengejek agama Islamnya.
Yang tersirat
Reaksi terhadap Payman termasuk pengucilan oleh rekan-rekannya dan digambarkan sebagai seorang ekstremis. Politisi sayap kanan mengeluarkan peringatan tentang potensi munculnya “partai politik Muslim” yang mengancam kohesi sosial Australia.
Insiden ini telah mengungkap Islamofobia yang mengakar dalam politik Australia, dan perlakuan terhadap Payman mencerminkan sikap masyarakat yang lebih luas terhadap Muslim.
Meski mengundurkan diri dari Partai Buruh, Fatima Payman akan melanjutkan perannya di Senat sebagai calon independen. Pemerintah Australia baru-baru ini menunjuk utusan khusus untuk memerangi antisemitisme dan berencana untuk segera menunjuk utusan untuk mengatasi Islamofobia.
Namun, pemimpin oposisi Peter Dutton dan rekan-rekannya telah menyatakan keprihatinannya mengenai keterwakilan politik Muslim, sehingga menunjukkan standar ganda dalam perlakuan terhadap agama minoritas dalam politik.
Perjalanan Fatima Payman menunjukkan ketangguhan dan komitmen teguh terhadap prinsip-prinsipnya. Kisahnya menyoroti perjuangan dan keberhasilan politisi Muslim dalam dunia politik yang sering dirusak oleh diskriminasi.
Pengalaman Payman menggarisbawahi kebutuhan penting akan lingkungan politik yang lebih inklusif dan mendukung, serta menyoroti pentingnya keberagaman dan keterwakilan dalam pemerintahan.
Kepergiannya dari Partai Buruh merupakan pengingat yang kuat akan tantangan yang dihadapi oleh suara-suara minoritas dan kebutuhan mendesak akan perubahan sistemis untuk mendorong wacana politik yang lebih adil dan saling menghormati.