NASIONAL

Jadi Lokomotif Ekonomi, Pariwisata Jabar Terapkan 3 Strategi

BANDUNG, bisniswisata.co.id: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, sektor pariwisata diharapkan jadi lokomotif ekonomi bagi masyarakat Jawa Barat. Mengingat, pariwisata merupakan sumber ekonomi paling mudah memberikan kesejahteraan multidimensi kepada masyarakat. Apalagi, Jabar punya aneka potensi destinasi wisata yang bisa dikembangkan.

“Saya yakin dari awal dulu, kalau pariwistalah lokomotif ekonomi Jawa Barat. Karena dia tetesannya itu terasa. Dari kelas kecil sampai kelas besar, dari tukang parkir hingga konglomerat, semua punya peluang. Makanya saya bilang, kalau mau ditanya di mana ekonomi Pancasila, pariwisata adalah studi kasus yang paling ideal,” ujar Ridwan, usai meluncurkan West Java Calender of Event 2019 di The Trans Luxury Hotel Bandung, Selasa (25/6/2019).

Ditambahkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempunyai visi dan misi menjadikan pariwisata sebagai lokomotif ekonomi. Karena itu, diperlukan strategi jitu untuk mendongkrak pamor dan mengelola potensi destinasi-destinasi wisata yang ada di Jabar. Juga mengantongi tiga strategi guna merealisasikan visi dan misi yang dicanangkan.

Strategi pertama, memperbaiki akses serta infrastruktur. Memperbaiki akses transportasi ke potensi-potensi pariwisata. Jalannya diaspal lagi. Infrastruktur diperbaiki.

Strategi kedua, menyulap atau memoles destinasi wisata untuk kelas nasional maupun internasional. Untuk itu, Pemprov Jabar mengeluarkan dana sekitar Rp 500 miliar. “Sudah ada 30 titik lokasi pariwisata yang sedang kami renovasi, dari danau, air terjun, sampai pantai. Sampai setengah triliun kami keluarkan pada tahun ini, khusus untuk perbaikan lokasi pariwisata,” ucapnya.

Strategi ketiga, membuat lokasi pariwisata semisal Nusa Dua di Bali, namun dengan skala besar. Tahun 2019, Pemprov Jabar sudah mendaftarkan dua tempat untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). “Untuk tahun ini kami mendaftarkan dua KEK, targetnya ada tujuh. Yang pertama adalah Pangandaran, yang kedua adalah Cikidang di Sukabumi,” katanya.

Jika strategi tersebut berhasil mendongkrak pamor pariwisata Jabar, maka pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata tergolong besar. Apalagi pariwisata itu merupakan bisnis kegembiraan. “Dalam lima tahun akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tinggi oleh pariwisata. Pariwisata itu adalah bisnis kegembiraan. Jadi, terjemahkan saja bagaimana bikin orang bergembira,” lanjutnya.

Pria yang akrab disapa Emil itu kini punya kebiasaan baru. Di akhir pekan, ia kerap mengunjungi sejumlah obyek wisata tak populer di Jawa Barat. Beberapa kunjungannya selalu ia unggah lewat akun media sosial Instagram pribadinya.

“Yang dicari dari pariwisata itu keunikan maka orisinalitas jadi penting. Dukungan dari kami infrastruktur jalan itu biasanya kami perbaiki, promosi konvensional maupun digital kami bantu. Link and match mengkawinkan antara investor pariwisata dengan BUMDes,” tambah dia seperti dikutip Kompas.com

Karena itu, ia menitipkan kepada para kepala daerah agar jeli dalam melihat potensi wisata. Seperti di Jembatan Gantung Sukabumi yang kini jadi destinasi wisata populer. “Kalau kita tak bisa memberikan gagasan, semangat, nilai tambah, bingung mensejahterakan rakyat, maka hidup kita sia-sia. Mari maksimalkan potensi luar biasa lewat ekonomi Pancasila,” ujar Emil.

Kunjungan wisatawan domestik ke Jabar saat ini mencapai 54 juta orang, padahal peluangnya mencapai 70 juta per tahun. Peluang itu kandas akibat kenaikan tiket pesawat ini, sehingga wisatawan nusantara (wisnus) datang ke Jabar pun akan semakin berkurang. Dengan dampak itu tak sedikit hotel dijual atau berubah fungsi menjadi tempat kost

Tahun 2017 kunjungan wisatawan ke Jawa Barat mencapai 64 jutaan. Angka ini terdiri 59 juta wisatawan domestik dan 4,9 jutaan wisatawan mancanegara. Namun dari total kunjungan ini, baru 30 persen atau 19 jutaan wisatawan yang menggunakan jasa akomodasi di Jawa Barat.

Terkait masih rendahnya sertifikasi hotel berbintang di Jawa barat. Dari 535 hotel berbintang di Jabar –terdiri dari bintang 3, 4, dan 5, ternyata baru 125 hotel yang telah tersertifikasi. Dengan kata lain baru 23 persen hotel berbintang di Jabar yang sudah tersertifikasi.

Dapat Dukungan

Program Pariwisata Jabar Harus Jadi Lokomotif Ekonomi mendapat dukungan penuh dari Perum Jasa Tirta II. Untuk mendukung itu Jasa Tirta berbenah untuk terus mengupayakan peningkatkan pelayanan. Dukungan sekaligus capaian target kunjungan wisatawan di tahun 2019 -2023, khususnya di wilayah Jawa Barat.

“Hingga tahun 2023, kunjungan wisatawan ditargetkan sebesar 3 juta dan wisatawan nusantara sebesar 60 juta. Setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan, pertama melalui perbaikan sarana prasarana dan peningkatan destinasi di sekitaran Danau Jatiluhur agar daya tarik wisata semakin menarik dan yang kedua dengan melengkapi even-even yang menarik bagi wisatawan dan mempromosikannya,” ujar Dedi Ali Imran, Humas PJT II dalam keterangan resminya, Selasa (25/6/2019).

Dilanjutkan, Jawa Barat mendeklarasikan sebagai Provinsi pariwisata. Dalam deklarasi tersebut diputuskan bahwa pariwisata sebagai lokomotif ekonomi, dengan memakai 2 strategi Portofolio Pariwisata Jabar yaitu Nomadic Traveler dan Digital Toursim.

Dengan kedua strategi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di Jawa Barat serta apresiasi wisatawan terhadap destinasi pariwisata yang ada di Jawa Barat semakin positif. Selain memperbaiki sarana prasarana destinasi wisata Danau Jatiluhur, PJT II juga akan berperan dalam berbagai event yang dilaksanakan di Jawa Barat

Jasa Tirta II juga menggelar beberapa event seperti The First International Stand Up Paddle & Kayak Exhibition, 5k & 10k Jatiluhur Fun Run dan First Annual Jatiluhur Jazz Festival. “Tujuannya meningkatkan promosi dan branding Pariwisata di Jatiluhur. Kita akan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perhubungan, dan lain-lain agar event tersebut memberikan keuntungan bagi berbagai pihak dan dapat dinikmati oleh masyarakat,” sambungnya.

Hal senada juga dilontarkan Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Jawa Barat sangat mendukung program Gubernur Jabar karena memiliki cita-cita yang sangat baik yakni menjadikan pariwisata sebagai lokomotif ekonomi Jabar. PHRI selalu mendukung program pemerintah untuk mengembangkan pariwisata agar lebih baik, lebih maju dan lebih dikunjungi wisatawan.

Ketua DPD PHRI Jawa Barat Herman Muchtar mengatakan, dengan kekompakkan segenap pengurus dan pemerintah dengan baik, PHRI Jabar sudah bisa menata sarana dan prasarana untuk menunjang pariwisata.

”Infrastruktur di Jawa Barat sudah sangat mendukung. Tinggal kita bagaimana kita menghasilkan SDM. Saya melihat gubernur sangat menggebu-gebu dalam mengembangkan pariwisata. Kita, Kadin, asosiasi dengan stakeholder lain harus bisa mengimbangi,” ujar Herman saat Malam Puncak HUT ke-50 PHRI tingkat Jawa Barat seperti diunduh laman Jelajahnusa.com.

Pemerintah disarakankan tidak hanya fokus pada peningkatakan wisatawan mancanegara (wisman), tetapi wisatawan nusantara (wisnus) pun merupakan peluang yang sangat besar. Menurut catatan, wisnus Jabar tahun lalu baru mencapai 54 juta. Padahal potensi wisnus sangat besar bisa mencapai sekitar 70 juta.

Saat ini beberapa masalah yang dihadapi oleh anggota PHRI adalah kenaikan tiket pesawat. Sehingga, ini akan berdampak pada perjalanan para wisatawan. ”saat Rakernas PHRI, kenaikan tiket pesawat sangat berpengaruh pada okupansi hotel. Dimana beban hotel saat ini sudah sangat berat. Banyak hotel yang akhirnya diubah menjadi tempat kost. Untuk itu, mari kita duduk bersama antara PHRI, wali kota dan bupati seluruh jabar. Karena bagimana pun juga, hotel dan tempat hiburan masih menjadi penyumbang PAD tertinggi,” ucapnya. (NDY)

Endy Poerwanto