Sate Matang, Kuliner Khas Aceh Difestivalkan

BIREUEN, bisniswisata.co.id: Sate Matang berupa tusukan daging kambing yang ada di provinsi Aceh. Dinamakan Sate Matang bukan berarti karena sate ini sudah dimasak kemudian menjadi matang, namun namanya diambil dari daerah tempat sate ini dikenalkan, sejak tahun 90-an, yaitu di kota Matang Geuleumpang Dua, kota kecamatan di kabupaten Bireuen.

Area itu kesohor sebagai pusat kuliner di Kabupaten Bireuen. Selama 24 jam, ia nyaris tak pernah tidur. Ada saja pelintas antar-kota yang singgah. Kebanyakan dari mereka bermaksud beristirahat sambil menikmati hidangan Sate Matang. Tak heran jika hampir di beberapa warung kopi di Matangglumpang Dua tidak hanya menyediakan kopi saja, tapi juga sate Matang.

Bahan utama kuliner ini adalah daging kambing, berhubung harga daging kambing lebih mahal, sehingga menggunakan daging sapi. Proses pembuatan dan memasak sate matang tidak jauh berbeda dengan sate daerah lain di Indonesia. Potongan daging yang telah dibersihkan dan dipotong dadu dalam ukuran kecil. Setelah disematkan pada tusukan sate lalu direndam dalam adonan bumbu berupa rempah-rempah dalam waktu yang agak lama. Selanjutnya sate siap untuk dibakar di pemanggangan.

Sebagai pelengkapnya, kuah kaldu kambing yang khas karena taburan daun bawang, agak kental dan berasa rempah seperti masakan kari. Rempah-rempah yang digunakan dalam membuat kuah kaldu ini menghasilkan aroma yang kuat, segar dan hangat. Rempah yang digunakan terdiri dari kapulaga, bunga lawang, cengkih, kayu manis dan merica.

Selain rasanya yang enak, keunikan dalam penyajian sate ini juga menjadi daya tarik tersendiri, seperti para pembuatnya yang akan membanting botol kecap ke atas meja ketika akan menghidangkan sate. Alasan membanting botol kecap, sebenarnya tak memiliki alasan khusus, hanya untuk menjadikannya terlihat lebih unik dan menarik.

Lantaran wisata kuliner ingin tambah populer, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar Festival Sate Matang yang digelar di Lapangan Galaction, Cot Gapu Bireuen, Sabtu dan Minggu (30-31/3/2019) pukul 10.00-22.00 WIB.

“Festival ini untuk melestarikan kekayaan khasanah budaya Aceh asal Bireuen, sekaligus mempromosikan sate matang sebagai ikon kuliner Bireuen ke setiap daerah, nasional maupun mancanegara,” kata Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh Irmayani seperti dikutip Antara, Ahad (31/03/2019).

Tujuan lainnya untuk menggali dan melestarikan keanekaragaman kuliner khas Bireuen termasuk di dalamnya ikut menampilkan peunajoh lainnya di kawasan tersebut. “Kabupaten Bireuen ini berada pada jalan lintas Banda Aceh ke Medan atau lintas Sumatra. Jadi, banyak yang singgah di Bireuen atau di Matang untuk mencicipi Sate Matang,” katanya.

Diharapkan, festival sate matang di tanah Rencong itu dapat menjadi acara tahunan di Kabupaten Bireuen dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara maupun mancenagara ke Bireuen maupun Aceh.

Wakil Bupati Bireuen Muzakkar A. Gani menambahkan sate Matang telah menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat Bireuen dan pihaknya akan terus berbenah untuk menjadi destinasi wisata kuliner yang unggul. “Kami juga mengajak pelaku usaha untuk terus berinovasi dalam mengemas produknya serta menjaga kebersihan sehingga setiap tamu yang akan datang tak lengkap jika tidak mencicipi Sate Matang.

Dalam festival ini, juga ada pameran yang diikuti puluhan pedagang sate matang dan kuliner khas Bireuen lainnya, seperti nagasari dan kopi. Saat upacara pembukaan juga digelar khanduri sate matang yang akan membagikan seribu porsi sate matang secara gratis. Juga kompetisi berbasis skill, dengan lomba cara memasak sate matang seperti lomba tusuk sate tercepat, serta aneka hiburan lainnya. (NDY)

Endy Poerwanto