ENTREPRENEUR EVENT FASHION INTERNATIONAL LIFESTYLE

Salwa Ratu Dewi Tanara, Desainer Muda Tekuni Modest Fashion

Salwa bersama bunda tercinta usai penampilan di Tashkent.

SAMARKAND, bisniswisata.co.id: Nama Salwa Ratu Dewi Tanara adalah gabungan nama pemberian orangtua maupun sang kakek, KH Maruf Amin. Salwa berarti putri yang membawa kebahagian dan Ratu Dewi Tanara adalah nama pemberian kakek untuk melekatkan asal-usul buyutnya, Syech Nawawi al-Bantani, ulama asal Desa Tanara, Serang, Banten.

“Beliau juga masih keturunan Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten pertama yang memiliki nasab sampai kepada Nabi Muhammad SAW,” ungkap Siti Nur Azizah, putri keempat dari Wakil Presiden RI itu.

Kelahiran Salwa 19 tahun lalu membawa kebahagian bagi orangtua dan keluarga besarnya dan dimanapun dia berada harapannya adalah dapat menebar kebahagian lewat kemampuan dan ilmunya yang bermanfaat untuk umat.

“Alhamdulilah, karya-karya Salwa yang digambarnya saat usia 15 tahun bisa ditampilkannya di Tashkent dan Samarkand, Uzbekistan dalam lawatan bertema Halal Beyond Borders 2023,” tambahnya.

Siapa sangka, gadis berkebutuhan khusus ini muncul sebagai desainer muda berbakat dari Islamic Fashion Institute, Bandung. Hal yang mengagetkan adalah sketsa yang dibuat Salwa saat berusia 15 tahun menjadi busana Muslim yang trendy.

Tampil sebagai desainer berstatus seorang siswi dari deretan 14 desainer modest fashion yang menampilkan karya-karyanya membuat Salwa tidak hanya membahagiakan sang ibu tetapi juga para delegasi lainnya karena karya-karyanya saat melakukan debut pertama sebagai seorang desainer dalam usia yang belia di Uzbekistan.

” Saya ingat, sketsa yang diwujudkan menjadi baju-baju siap pakai ini saat dia sedang gencar-gencarnya membuat desain dan kursus mode di bilangan Bintaro, Jakarta di usia 14 tahun,” kata Siti Nur Azizah sambil menambahkan almarhum ayahanda Salwa, H Muhammad Rapsel Ali langsung mendukung cita-cita gadis bungsunya itu.

Karya Salwa saat tampil di Navruz Park, Tashkent

Salwa yang sejak kecil tuna rungu ini punya semangat yang tinggi dan fokus pada cita-citanya sebagai desainer modest fashion meski sempat terhenti karena penyakit Skizofrenia. Untunglah sang penebar kebahagian ini mampu menaklukan penyakitnya dan kini bangkit sebagai desainer muda.

Wah Salwa, masih jadi siswi saja baju-bajunya sudah keren, bagaimana kalau lulus nanti, ” bisik seorang teman sambil melongo saat melihat hasil pemotretan outdoor Salwa bersama model dari Uzbekistan berlatar belakang keindahan bangunan dari abad pertengahan.

Dalam perjalanan bersama 70 orang delegasi, Salwa juga tetap mengikuti kegiatan sekaligus melakukan penetrasi pasar, menjajaki peluang dan mengikuti serangkaian konferensi dan business meeting seperti yang lain. 

Sikapnya yang santun dan senyum yang menjadi ciri khas utama Salwa saat berkumpul dan mengikuti rangkaian acara tanpa ada perlakuan khusus membuat gadis ini menjadi prioritas disebut jika tidak terlihat pandangan mata.

Bak adik kecil yang jadi pusat perhatian keluarga besarnya, kemanapun dia pergi  ternyata memang menebar kebahagian bagi yang melihatnya. Entah kenapa, lega saja rasanya begitu melihat sosoknya hadir  sekalipun senyumnya sedang hilang. Jadi tak heran kalau belum afdol kalau tidak ada Salwa. Untungnya senyumnya selalu mengembang dan tidak protes disuruh foto terus sama fans.

Kalau diterjemahkan dalam ilmu manajemen, role model atau teori kepemimpinan, sosok Salwa adalah anak berkebutuhan khusus yang mampu memimpin diri dan lingkungannya menjadi teladan dan menjadi magnit bagi lingkungannya. Allah maha baik, doa orang tua saat kelahirannya terbukti membawa kebahagiaan pada semua orang. Masya Allah …

Yuk pahami tema baju-baju yang didesain Salwa ini dan bertema “Kismet” atau dalam bahasa Turki kuno berarti ‘takdir’ yang  dituangkan ke dalam inspirasi.  Warna hitam dan putih yang dipilihnya melambangkan gelap dan terangnya perjalanan hidup

Dia juga memilih warna hijau terinspirasi dari daun yang identik dengan alam, lambangkan ketenangan jiwa yang merupakan bagian dari perjalanan takdir. Selain itu juga ada unsur warna coklat karena sang Ratu Dewi Tanara menilai coklat mampu melambangkan dasar kekuatan hidupnya.

Bangkit dari keterpurukan adalah pilihannya dan menentukan arah dan tujuan yang cerah lewat warna biru yang melambangkan kedamaian dan takdir baik yang diharapkan semua orang.

Rancanganya menggunakan gaya minimalis yang elegan, dengan siluet A, H, dan I dan menggunakan motif detail kaca jendela, motif print daun, dan bordir. Motifnya terinspirasi dari motif tradisional Dayak Kalimantan dan kain yang digunakan adalah kain flanel, Tory Brunch, katun, dan denim.

” Seperti jiwa  remaja lainnya, Salwa mendesain baju-baju untuk gadis Muslimah maupun dewasa yang tidak terlalu feminim,” ungkap bundanya bangga.

Islamic Fashion Institute ( IFI)  menjadi tempat yang mampu melakukan profiling peserta didik, seputar karakteristik setiap siswa yang akan mempengaruhi gaya, cara, dan kebiasaannya dalam belajar sehingga sketsa karya Salwa empat-lima tahun lalu bisa dikembangkan seperti yang ditampilkan pada dunia luar 

” Doa kami selalu Salwa bisa memaksimalkan potensi diri, bermanfaat untuk umat dan terus membuka potensi-potensi diri lainnya,” kata Siti Nur Azizah menutup obrolannya.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)