JAKARTA, bisniswisata.co.id: Hasil Riset Global Digital Traveler Survey (GDTR) sepanjang 2019 membuktikan wisatawan Indonesia yang sebelum melakukan traveling lebih memprioritaskan layanan pengalaman digital yang baik ketimbang cara-cara konvensional. Prioritas layanan turis Indonesia ternyata jauh diatas rata-rata wisatawan global.
Temuan lainnya wisatawan Indonesia lebih memilih mendapat nilai tambah apa yang didapatkan, pengalaman baru dan menyenangkan dari penyedia jasa pariwisata dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan.
Riset ini dilakukan oleh Travelport, perusahaan industri travel, dan Galileo Indonesia, distributor Travelport di Indonesia. Travelport’s 2019 Global Digital Research yang menyurvei 23.000 orang dari 20 negara, termasuk dari Indonesia.
“Riset kami menunjukkan teknologi berperan penting dalam layanan jasa pariwisata. Baik dalam memberikan layanan penawaran secara personal atau membantu mencari nilai terbaik,” papar Regional Director APAC Operator Territories Travelport Gary Harford dalam keterangan resminya, Jumat (31/01/2020).
Dilanjutkan, Wisatawan Indonesia rela berkorban dalam mencari nilai terbaik bagi rencana perjalanan mereka. Karenanya penyedia jasa pariwisata yang cerdas perlu memikirkan cara menyediakan hal tersebut.
Selain itu, sambung dia, Wisatawan Indonesia mencari nilai tambah saat memesan tiket pesawat ketimbang sekadar mencari harga termurah. Hampir 9 dari 10 wisatawan di Indonesia atau 88% menganggap nilai tambah adalah prioritas utama dalam memilih maskapai penerbangan. ”
Hanya 6% yang melakukan pemesanan tiket dengan pertimbangan biaya. Ini berbeda dibanding persentase rata-rata global sebesar 18%. Tren ini muncul di semua kelompok umur,” ungkapnya.
Hasil survey juga mengungkap wisatawan ingin penerbangan lebih personal dengan pesanan layanan tambahan/add-ons (ruang kaki lebih luas atau makanan ekstra). Menariknya, wisatawan Indonesia paling rela memberikan lebih banyak informasi pribadi kepada pihak maskapai penerbangan asalkan mereka bisa mendapatkan penawaran khusus. “Jumlahnya 24% dibandingkan persentase rata-rata secara global hanya 17%,” jelasnya
Para wisatawan di Indonesia juga memiliki ekspektasi tinggi terhadap aspek-aspek selain nilai. Mereka memprioritaskan keandalan maskapai atau 91% dibanding persentase rata-rata secara global sebesar 86%. Kemudian rute/jadwal penerbangan yang ideal (88% vs 80%), layanan pelanggan yang baik (88% vs 81%), dan pengalaman yang menyenangkan selama penerbangan (86% vs 77%).
Hampir sembilan dari sepuluh atau 86% wisatawan di Indonesia menganggap pengalaman digital yang baik seperti check-in dan mengakses informasi gate secara online adalah hal yang penting dalam memilih maskapai tertinggi di dunia. Secara persentase rata-rata secara global adalah 71%.
Ekspektasi terhadap pengalaman digital yang baik ini juga meliputi aspek-aspek lainnya dalam sebuah perjalanan. Misalnya wisatawan Indonesia menilai pengalaman augmented atau virtual reality akan membantu mereka merancang sebuah perjalanan wisata. Tren ini muncul di semua kelompok umur, termasuk Baby Boomers. Persentasenya 75%, dibandingkan rata-rata secara global sebesar 48%.
Mereka juga tergolong akan frustrasi apabila tidak bisa melakukan pemesanan lewat perangkat seperti smartphone atau smartwatch. Persentase sebesar 67% dibanding rata-rata global sebesar 45%. Rasa frustrasi ini khususnya dirasakan oleh wisatawan Gen X (73%) dan Gen Y (67%). Para wisatawan Indonesia juga memberi masukan mengenai beberapa bagian dari pengalamannya memesan sebuah perjalanan yang dirasa masih perlu ditingkatkan.
Saat berbelanja online, 59% dari wisatawan Indonesia merasa sangat frustrasi (naik 21% dari 2018) dalam mencari perusahaan terpercaya. Mereka juga semakin frustrasi karena mereka tidak mengetahui apakah ulasan online dapat dipercaya atau tidak. Persentasenya 53% yang meningkat 10% dari 2018.
Meskipun para wisatawan tertarik menggunakan teknologi mutakhir untuk meningkatkan pemesanan perjalanan mereka, namun survei tahun ini menunjukkan teknologi tidak selalu menjadi jawaban. Setengah wisatawan di Indonesia (52%) dan dua per lima (42%) wisatawan global menganggap tidak dapat berbicara kepada sesama menyebabkan mereka menjadi frustrasi. Persentasenya naik dari 38% pada 2018.
Sementara Presiden Direktur dari Galileo Indonesia Perdana Raymond Setokusumo, sebagai operator Travelport di Indonesia pihaknya memahami ekspektasi konsumen Indonesia yang terus mengalami perubahan. “Ini merupakan kunci untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka,” lontarnya. (redaksibisniswisata@gmail.com)