SLEMAN, bisniswisata.co.id: Museum Gunung Merapi perlu direvitalisasi. Museum di Jalan Kaliurang Km 22,5, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Sleman DI Yogyakarta ini diperlukan terutama untuk memperbaiki bangunan yang lebih representatif, lebih artistisk dan lebih menarik. Pasalnya, kunjungan wisatawan menyaksikan museum ini grafiknya terus naik.
Sayangnya revitalisasi belum dijalankan lantaran menunggu ACC atau surat persetujuan dari presiden. Mengingat, revitalisasi museum menalan anggaran lebih dari Rp100 miliar. Sesuai aturan untuk nilai aset lebih dari Rp100 miliar perlu persetujuan presiden. Apalagi untuk aset tidak bergerak (bangunan). Sedangkan untuk aset bergerak, yaitu isi dan koleksi museum secara penuh sudah diserahkan kepada Kabupaten Sleman.
“Museum ini, selain sebagai destinasi wisata, juga tempat edukasi kebudayaan. Karena itu, harus terus dioptimalkan, baik fisik maupun materinya. Sebenarnya sudah diserahkan dari pemerintah pusat ke pemkab Sleman pada tahun 2019. Sehingga Sleman dapat mengelolaan Museum,” papar Kepala dinas kebudayaan (Disbud) Sleman Aji Wulantara di Sleman. Rabu (9/11/2019).
Hanya saja untuk proses revitalisasi, lanjut dia, terutama peningkatan bangunan terbentur pada peraturan. Sebab untuk penyerahan aset tidak bergerak (bangunan) yang nilanya lebih Rp100 miliar harus ada persetujuan dari presiden. “Saat ini kami sedang memproses dan suratnya sudah sampai di sekretaiat negara, diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama,” ungkapnya.
Dilanjutkan, sambil menunggu surat persetujuan presiden, Sleman melakukan berbagai persiapan. Di antaranya membuat detail engineering desain (DED) pembanguna gedung dan DED pengembangangan lingkungan. Saat surat persetujuan presiden turun, segera dapat melaksanakan revitalisasi MGM.
“Revitalisasi ini diperlukan terutama untuk memperbaiki bangunan MGM. Karena itu, untuk DED bangunan garis besarnya untuk melindungi dan bentuknya sama, terutama air tidak menyentuh langsung ke atap. Anggaran DED Rp8 miliar yang berasal dari Danais,” jelasnya seperti dilansir laman Sindonews.
Dengan revitalisasi ini, selain bisa merawat gedung secara optimal, dengan kondisi MGM yang baik, juga bisa menjual MGM lebih proporsional sekaligus mengoptimalkan edukasi serta kecintaan pada museum. Termasuk akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) Sleman. “Tahun ini PAD MGM ditargetkan Rp2 miliar,” paparnya.
Museum yang berdiri kokoh dan artistik dengan latar Gunung Merapi diresmikan tahun 2010. Bentuk bangunan museum dua lantai ini sangat unik dan menarik. Berbentuk trapesium dengan salah satu sisi puncaknya mengerucut membentuk segitiga. Ketika hari cerah dan Gunung Merapi tak tertutup awan,
Memasuki museum, sebuah replika sebaran awan panas dari tiga buah letusan Gunung Merapi, yakni pada tahun 1969, 1994 dan 2006 akan menyambut para pengunjung. Alat inilah yang membuat seluruh ruangan bergemuruh. Tekan saja salah satu tombolnya, sebaran awan panas dan aliran lava pijar akan terlihat menyerupai kejadian waktu itu.
Terbayang betapa dahsyatnya gejolak gunung api ini tiap kali meletus. Ratusan rumah tertimbun material vulkanik, ribuan ternak mati dan warga harus dievakuasi. Kehidupan di sekitar Merapi tandas ditelan wedhus gembel. Peristiwa tersebut bagai rajah yang tak akan hilang dari ingatan siapa saja yang menjadi korban.
Menjelajahi ruangan lain, menemukan display tipe letusan gunung api, batuan dari Gunung Merapi sejak tahun 1930, koleksi benda-benda sisa letusan tahun 2006 hingga koleksi foto-foto Gunung Merapi dari zaman ke zaman yang dipajang sedemikian rupa sehingga mudah diamati. Panel-panel ilustrasi dengan gambar kartun pun dapat dijumpai dan tentunya ramah bagi anak-anak.
Dari sekian banyak koleksi benda yang ada, salah satu yang menarik adalah batu bom (volcanic bomb). Batu ini sepintas terlihat seperti batu biasa dengan bentuk yang tak beraturan. Tapi siapa sangka, batu ini adalah rupa lain lava pijar bersuhu 700 – 1.200 derajat celcius yang kemudian terlempar ke udara dan mengalami proses pendinginan cepat sebelum sampai ke permukaan bumi.
Puas mengamati setiap koleksi di lantai satu, saatnya menilik apa yang ada di lantai dua museum. Setidaknya ada sembilan tipe benda koleksi dan alat peraga yang tersimpan di sana, mulai dari display letusan dan erupsi Merapi, lorong peraga simulasi LCD, peraga simulasi tsunami hingga peraga simulasi gempa. Masing-masing koleksi tersebut berhasil menarik perhatian tiap pengunjung, apalagi koleksi alat peraga yang ada masih berfungsi dengan baik.
Usai semua sisi museum dijelajahi, masuk ke dalam teater mini museum ini adalah pilihan yang tepat. Sembari beristirahat, pengunjung akan disuguhi sebuah film pendek berdurasi 24 menit berjudul Mahaguru Merapi. Film ini menunjukkan dua sisi Merapi yang begitu berbeda. Merapi memberi kesuburan dan kehidupan bagi tiap makhluk di sekitarnya, tapi ada kalanya ia juga meluluhlantakkan semuanya tanpa tersisa.
Sungai-sungai yang mengalir dari lerengnya memenuhi kebutuhan warga akan air, tapi ada saatnya sungai tersebut berubah jadi ancaman kehidupan karena lahar dingin yang mengalir di dalamnya. Melalui film ini, sekali lagi, Merapi berhasil mengundang decak kagum, membawa tiap pengunjung mengenal lebih dekat sosoknya yang mengagumkan. Kehadirannya adalah pengingat akan keagungan Sang Pencipta, ketika semua yang sudah ada kapan pun bisa hilang dan kehidupan berulang dari awal. (ndy)