HALAL KULINER REVIEW

Pikir Cermat Sebelum Membagi Nasi Gratis

Warung Shadaqoh gratiskan makanan untuk umat. ( Foto: Tribun Jateng)

Oleh Nur Hidayat

 

JAKARTA, bisniswisata.co.id ; Ibu guru itu memberi nasi box gratis kepada pengemudi ojek ojol. Sopir ojol itu tanya, “Apa lauknya.?” Pertanyaan tak senonoh. Itu juga wujud dari kesombongan: Bagi siapa pun dan apa pun kondisinya. Imam Nawawi menyatakan bagi orang miskin yang sombong, hal itu adalah “keburukan yang lebih parah”.

Niat baik membantu sesama, dengan membagi nasi gratis, tidak jarang berujung penghinaan. Banyak nasi gratis terbuang percuma di gerobak pemulung. Di tempat sampah. Sia-sia. Padahal, di saat pandemi Covid-19 sekarang, jutaan orang perlu nasi gratis. Kehidupan mereka amat sulit. Bansos Rp 300.000/bln/keluarga tidak cukup.

Itu sebabnya, puluhan orang antri mengular tiap hari Jum’at di Warung Shodaqoh, Gombong, Jawa Tengah. Jumlah nasi yang dibagi 2.000 bungkus. Pendiri Warung Shodaqoh ini seorang polisi. Bripka Fauzi Al Qomar, bertugas di Kepolisian Sektor Sempor, Kebumen.

Sebelum mendirikan Warung Shodaqoh, Fauzi dan isterinya memulai sedekah tiap Jumat dengan memasak lima kilogram beras sejak 2017. Biasanya, dari lima kilogram beras itu, bisa menjadi 37 kotak nasi, tulis liputan6.com.

Bertahap, mereka terus menambah porsi masak. Mulai dari 10 kilogram dan akhirnya kini memasak antara 1-1,5 kuintal beras. Dari beras sebanyak itu, mereka mampu menyediakan 1.700-2.000 nasi bungkus gratis untuk para dhuafa.

“Alhamdulillah, sampai saat ini keluarga dan teman-teman banyak yang mendukung. Ada juga beberapa donatur yang ikut berbagi melalui Warung Shodaqoh,” kata Fauzi, 19 Maret 2019.

Razia perut lapar

Di Bali, anak-anak muda yang kreatif dan tergabung di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Legian, Badung, “menggelar razia perut lapar”. Razia tersebut menyasar masyarakat yang kekurangan gizi dan kesulitan pangan selama pandemi Covid-19.

“Kenapa namanya razia perut lapar, karena orang ada yang malu kalau kita berikan gratis. Makanya kita lakukan jemput bola, kita sidak dan kasih makan mereka yang lapar,” kata Ketua LPM Legian, Wayan Puspanegara, 3 Oktober 2020.

Saat menggelar razia, relawan LPM Legian membawa keranjang berisi ratusan nasi bungkus dan bubur kacang hijau. Para relawan mendatangi kawasan marjinal di Legian seperti rumah-rumah bedeng yang ditempati para pekerja, pemulung dan gelandangan untuk membagikan makanan.

Selain makanan, para relawan juga membagi masker, _hand sanitizer_ dan vitamin c agar mereka yang menjadi sasaran razia juga bisa melindungi diri dari penularan Covid-19.

Di Masjid Al Murtadho, Tanjung Barat, Jakarta, ide membagi makanan gratis tiap Jum’at awalnya ditentang pengurus masjid yang tua-tua, dengan berbagai alasan. Zulkarnain, anak muda yang melontarkan gagasan itu, bersama anak muda lainnya, merealisasikannya. Setelah tujuh bulan, 180 bungkus nasi gratis dibagikan tiap Jum’at. Senin dan Kamis gorengan gratis, ditambah teh dan kopi, menjelang Maghrib.

Biasanya, setiap ide pelopor, apa pun bentuknya, selalu ditentang, dicibir dan diabaikan oleh komunitas mereka. Tapi sang pelopor tidak peduli. Mereka jalan terus. Setelah terbukti bagus, barulah orang-orang itu mengikutinya. Para pelopor selalu “berpikir mendahului zamannya”. Visioner.

Penulis adalah: Senior journalist, pemerhati pariwisata &  Free Individual traveler

Dwi Yani

Representatif Bali- Nusra Jln G Talang I, No 31B, Buana Indah Padangsambian, Denpasar, Bali Tlp. +628100426003/WA +628123948305 *Omnia tempus habent.*