Keunggulan dalam hal kepatuhan Halal, yang menargetkan konsumen Muslim dan non-Muslim.
HANOI, bisniswisata.co.id: Meskipun pertumbuhannya mengesankan, produk pertanian Vietnam saat ini hanya mewakili sekitar 2% dari total nilai impor Uni Eropa.
Uni Eropa mengimpor buah dan sayur senilai US$ 102 miliar per tahun, US$ 60 miliar untuk makanan laut, US$ 26 miliar untuk kopi, US$ 59 miliar untuk kayu dan produk kayu, serta puluhan miliar untuk kacang mete, karet, dan kerajinan tangan, potensi ekspansinya sangat besar.
Tantangan yang Harus Diatasi
Namun, memasuki pasar Uni Eropa bukanlah hal yang mudah. Uni Eropa menerapkan beberapa standar sanitasi dan fitosanitari (SPS) dan hambatan teknis perdagangan (TBT) terketat di dunia.
Batas residu pestisida yang rendah telah menyebabkan penolakan pengiriman produk Vietnam seperti buah naga, cabai, dan okra. Ekspor makanan laut harus memenuhi persyaratan ketertelusuran yang ketat, dan negara tersebut terus menanggapi peringatan IUU “kartu kuning” yang masih berlaku.
Mulai akhir 2025, Uni Eropa akan menerapkan Peraturan Deforestasi (EUDR), yang mewajibkan pelaku usaha untuk menunjukkan bahwa impor tidak terkait dengan deforestasi. Sementara itu, banyak ekspor pertanian Vietnam masih dalam bentuk mentah atau setengah jadi, sehingga membatasi nilai tambah.
Selain keamanan pangan, konsumen Eropa semakin memprioritaskan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Produk tidak hanya harus aman dan berkualitas tinggi, tetapi juga diproduksi secara ramah lingkungan dan etis.
Bagi Vietnam, mengintegrasikan sertifikasi Halal ke dalam kerangka kerja ini dapat berfungsi sebagai mekanisme kepatuhan sekaligus nilai jual yang unik.
Sertifikasi Halal: Kunci Masuk Pasar
Meskipun preferensi tarif memberikan keuntungan harga, sertifikasi Halal tetap penting untuk mendapatkan kepercayaan konsumen Muslim.
Eropa menerapkan standar kepatuhan yang ketat, dengan komunitas Muslim seringkali mengandalkan lembaga sertifikasi Halal lokal untuk memvalidasi impor.
Bagi Vietnam, membangun infrastruktur sertifikasi Halal yang andal dan diakui secara internasional sama pentingnya dengan liberalisasi perdagangan itu sendiri.
Memanfaatkan FTA di Luar Eropa
Selain EVFTA, FTA Vietnam dengan Inggris, ASEAN, dan anggota CPTPP menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk mengekspor produk Halal kepada populasi Muslim di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Utara.
Perjanjian ini memperkuat integrasi rantai pasokan dan meningkatkan daya tarik Vietnam sebagai pusat manufaktur Halal bagi merek-merek global yang mencari akses efisien ke berbagai pasar.
Kesimpulan
17 FTA Vietnam menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk berintegrasi lebih jauh ke dalam ekonomi Halal global senilai US$7 triliun. EVFTA, khususnya, membuka pintu gerbang bagi populasi Muslim Eropa yang terus berkembang, di mana produk-produk bersertifikat halal semakin diterima secara luas.
Dengan strategi proaktif dalam sertifikasi, riset pasar, dan diplomasi perdagangan, Vietnam dapat mengubah keunggulan komparatifnya menjadi kepemimpinan sejati dalam sektor halal—tidak hanya secara regional, tetapi juga global.










