SURABAYA, bisniswisata.co.id; Anggota Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi), menunggu rekomendasi pemerintah daerah untuk membuka layanan berwisata ke desa. Selain legalitas, anggota juga memerlukan pendampingan dalam penerapatan tatanan kenormalan baru pandemic COVID-19. Pasalnya, desa wisata (dewi) anggota Asidewi menggunakan standar protokol kesehatan sesuai pemahaman dan kebutuhan lapangan di desa masing- masing.
Demikian ditegaskan Ketua Asidewi Andi Yuwono dalam webinar Kadin Jatim bertajuk “Industri Pariwisata Jatim Menuju Tatanan Baru Ekonomi”. Dijelaskan bahwa pandemic COVID-19 memberi hikmah bagi pengembangan wisata ke desa- desa, kembali ke gaya hidup di tanah kelahiran masing2 masing orang. Wisata ke desa adalah upaya merayakan kehidupan desa.
Pandemi mengubah mindset berwisata masyarakat yang sebelumnya mewah, mahal, gemerlap. Menjadi wisata mengenali lingkungan sekitar lebih dalam, respek kelokalan akibat upaya melindungi kawasan dengan memberlakukan pembatasan- pembatasan sosial. Jika sebelumnya masyarakat desa hanya berprofesi sebagai produsen produk pertanian, peternakan di desa, masuknya usaha wisata menjadikan mereka ambil bagian pada dunia jasa tanpa meninggalkan keseharian mereka.
Keputusan pemerintah provinsi Jawa Timur membuka desa wisata mendapat tanggapan positip anggota Asidewi. “Dan sangat siap untuk menerima wisatawan, seperti pengelola dewi Tamansari di Banyuwangi, ” paparnya. Diakuinya Pemkab Banyuwangi relatif lebih aktif mendampingi anggota Asidewi di wilayahnya dengan melakukan simulasi dan ujicoba lapangan.
Selain Dewi Tamansari ada Dewi Tulungrejo, Situbondo, Kampung Wanasalam di Blitar, yang jelas lebih dari 1000 desa wisata anggota Asidewi baik yang di wilayah Jawa Timur mau pun di luar P Jawa, siap membuka pintu bagi wisatawan nusantara. Siap menjawab kebutuhan wisatawan akan keamanan, kenyamanan dan keselamatan dari penularan COVID-19.
Tidak hanya layanan yang berkualitas, produk atraksi serta kelengkapannya pun lebih baik jika dibandingkan sebelum pandemi. Atraksi, aktivitas lebih banyak di area terbuka, dominan ke edukasi lingkungan, sosial budaya, kuliner nya pun yang sehat, organik dan segar dari kebun setempat, jelas Andi Yuwono.
479 Desa Wisata
Dikutip dari website Pemprov. Jatim, bahwa sebanyak 479 desa wisata di Jawa Timur dipersiapkan untuk dibuka kembali di tengah pandemi COVID-19, dengan mempersiapkan penerapan tatanan kenormalan baru. Desa wisata diharapkan menjadi pengungkit ekonomi berbasis masyarakat dengan kearifan lokal.
“Kita akan memberikan support khususnya dalam hal penegakan protokol kesehatannya. Kita kirimkan thermal gun, face shield dan masker untuk petugas yang berjaga, dan juga fasilitas seperti sarana untuk mencuci tangan,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya
Pengiriman bantuan tersebut dikoordinasikan bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Jatim dan juga Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim.
Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan SE Gubernur Nomor : 650/28404/118.1/2020, perihal tatanan kenormalan baru sektor pariwisata Jatim dan ditindaklanjuti dengan SK Kadisbudpar Jatim Nomor 556/199/1185/2020, Tentang Petunjuk Teknis SOP Protokol Kesehatan di Lingkungan Usaha Pariwisata.
Dua surat tersebut diharapkan turut diterapkan di desa wisata, seperti penegakan protokol kesehatan wajib mengenakan masker baik pengelola dan pengunjung, adanya batasan pengunjung 50 persen dari kapasitas total destinasi wisata, penerapn physical distancing, hingga pengaturan arus keluar masuk pengunjung di destinasi wisata.
“Ada tim verifikasi kelayakan pembukaan destinasi yang terdiri dari gugus tugas, Pemkab/Pemkot dan juga Pemprov. Pemkab/Pemkot yang memberikan izin boleh tidaknya destinasi wisata itu dibuka, dengan tetap ada supervisi dari Pemprov. Parameternya adalah kesiapan penerapan protokol kesehatan,” tegas Khofifah.***