DENPASAR, bisniswisata.co.id: Pantai Kuta Bali untuk sementara ditutup bagi wisatawan. Penutupan dilakukan khusus untuk wilayah perairan. Penutupan dilakukan menyusul cuaca buruk, angin kencang, hujan disertai petir dan gelombang tinggi dalam beberapa hari terakhir. Penutupan mulai diberlakukan sejak Selasa (22/1/2019).
“Penutupan dilakukan mulai kemarin karena ombak besar dan angin kencang. Sampah kiriman juga menumpuk sepanjang pantai. Untuk sementara wisatawan dilarang berenang, surfing dan bermain di bibir pantai,” kata petugas Balawista Pantai Kuta, Ketut Ipel, Rabu (23/1/2019).
Kondisi saat ini, lanjut dia, masih belum berubah dengan ketinggian ombak mencapai 3 meter. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan, dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka imbauan ini masih diberlakukan sampai kondisi cuaca membaik. “Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan, imbauan masih berlangsung hingga hari ini, sampahnya sampai di pos induk petugas,” kata Ipel.
Panjang pantai yang ditutup sekitar 5 kilometer, meliputi pesisir Kuta hingga Seminyak. Sementara itu, petugas masih terus bersiaga untuk memantau kegiatan wisatawan dan para peselancar.
Diakui Ipel, masih ada yang tetap beraktivitas di daerah perairan. Karena itu, petugas aktif berpatroli sambil memberikan imbauan. Apalagi, selain gelombang tinggi, bahaya juga bisa ditimbulkan sampah berupa benda tajam yang berserakan di pinggir pantai. “Memang masih ada yang berenang tapi tetap diimbau untuk meninggalkan daerah perairan, kami terus melakukan pemantauan,” ucap Ipel.
Dijelaskan, ketinggian gelombang di Pantai Kuta sejak Selasa pagi dirasakan sangat tinggi, sehingga sangat membahayakan. Selain gelombang, faktor ditutupnya aktifitas berenang dan surting di pantai tersebut karena sampah kiriman menumpuk di sepanjang pantai.
Sampah kayu dan duri tersebut juga faktor yang berbahaya bagi para wisatawan. Meski petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung sudah dikerahkan ke lapangan untuk mengevakuasi, namun tidak bisa berbuat banyak karena kondisi air laut naik.
“Selain gelombang, di sepanjang Pantai Kuta juga sampah. Selain kayu, banyak juga duri, sehingga berbahaya juga. Alat berat dari DLHK sudah turun, tapi tidak bisa berbuat banyak karena air pasang. Makanya, atas dasar dua faktor (gelombang dan sampah) itu kita tutup aktivitas mandinya,” sambungnya seperti dilansir nusabali.com.
Ditanyai terkait lama waktu penutupan untuk aktivitas di Pantai Kuta itu, I Ketut Ipel mengaku disesuaikan dengan situasi di lapangan. Yang pasti, pada Selasa, pihaknya melarang aktivitas berenang dan surving. “Nanti kita sesuaikan (penutupan) itu. Kalau besok (hari ini,Red) cuacanya bagus? Pasti akan dibuka lagi. Tapi, kalau masih seperti ini akan dipertimbangkan lagi karena membahayakan keselamatan. Yang pasti untuk hari ini (selasa kemarin,red) kita tutup,” terangnya.
Terkait cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini, Kepala Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar, Imam Faturahman menerangkan, berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer pada Selasa (22/1) terpantau masih terdapat aliran massa udara basah dari Samudera Hindia yang masuk ke beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali.
Bersamaan dengan itu, masih kuatnya Monsun Dingin Asia beserta hangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia yang menyebabkan tingkat penguapan dan pertumbuhan awan cukup tinggi. Dari pantuan pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya daerah pertemuan angin yang konsisten dalam beberapa hari terakhir memanjang dari wilayah Sumatera bagia Selatan, Laut Jawa, Jawa Timur, Bali, hingga NTB dan NTT.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan mengatakan, dalam beberapa hari belakangan ini, petugasnya dalam kondisi siaga penuh di lapangan. Bahkan, tim yang dikerahkan ke Pantai Kuta dalam menangani sampah ini dikategorikan full team.
Meski demikian, pihaknya tidak mudah melakukan penanganan di lokasi. Pasalnya, saat anggotanya melakukan evakuasi sampah-sampah kiriman itu, secara tiba-tiba hujan disertai angin kencang datang, sehingga, proses evakuasi terhenti. Pun sebaliknya, saat hujan henti, proses evakuasi terhenti karena gelombang tinggi.
“Kendala yang dihadapi dalam proses penanganan sampah di Kuta ini sangat besar. Musim-musim seperti ini, selain hujan, gelombang juga mempengaruhi proses evakuasi. Sehingga alat berat tidak bisa beroperasi,” ujarnya.
Diakuinya, gelombang tinggi yang terjadi di Pantai Kuta juga memicu sampah-sampah kiriman itu bertumpukan. Petugas di lapangan bekerja seadanya saat hujan reda dan membawa sampah tersebut ke titik stop over (STO) alias tempat penampungan sampah sementara yang ada.
Kendala lain yang dialami oleh DLHK juga dari armada angkutan yang dimiliki. Diakui Merthawan, bahwa truk sampah milik Kabupaten Badung terjebak macet di TPA Suwung. Sehingga, keterlambatan armada membuang sampah juga memicu terhambatnya proses evakuasi sampah di Kuta.
Menurut dia, dalam sehari, mobil truk sampah milik DLKH yang membuang sampah terjebak macet hingga 7 jam lamanya di area TPA Suwung. “Ini tahun yang paling parah dalam penanganan sampah. Untuk mengangkut sampah yang ada di STO saja tidak bisa, semua truk kita terjebak di sana (TPA Suwung). Itu bisa sampai 7 jam. Saya juga tidak tahu pemicunya, tapi dugaan kita karena jalanan licin diarea Suwung itu,” ungkapnya.
Meski banyak kendala yang dihadapi dalam penanganan sampah di Pantai Kuta, Merthawan tetap berharap akan adanya solusi yang diambil secara bersama kedepannya. “Petugas kita tetap standby di Kuta, begitu juga alat berat. Kita tetap melakukan pembersihan meski itu dilakukan secara bertahap,” katanya. (EP)