JOGJAKARTA,bisniswisata.co.id: Sedikitnya 33 patung menghiasi pembukaan pameran Jogja Street Sclupture Project #3 (JSSP #3) yang berlangsung di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret dari pukul 15.00 -22.00 WIB. Pameran patung ini berlangsung dari tanggal 17 November-10 Desember 2019.
Rosanto Bima Pratama, S.Sn., selaku panitia pelaksana menyampaikan bahwa JSSP #3 ingin menjadikan Jogjakarta kota berbudaya, salah satunya dengan patung. Memamerkan patung di tiga tempat berbeda yaitu Bantul, Kota Jogjakarta, dan Sleman, agar patung masuk dan dekat dengan masyarakat.
Mengusung tema Pasir Bawono Wukir untuk merespon garis imajiner Jogjakarta, kegiatan ini adalah proyek seni patung di ruang publik yang hadir sebagai bentuk kontribusi pematung atas perkembangan dinamika ruang hidup masyarakat.
Pembukaan JSSP #3 oleh Erlina Hidayati Sumardi, Seketaris Dinas Kebudayaan DIY dan menampilkan Performing Sculpture, Wedha Trisula Flashmob, Tari Sekar Pudyastuti, Berisik Percussion, Tari Modern (Looneta), Tari Kreasi (Krekep), Mr. Imz dan Si Muka Lakban, Jono Terbakar, Nona Sepatu Kaca, dan Kopibasi.
Kegiatan JSSP #3 melibatkan pemuda, perangkat desa, dan masyarakat setempat dan diisi sejumlah kegiatan seperti pameran maket, pameran utama, dan seminar. Diskusi tidak hanya soal karya, tetapi juga soal branding wisata melalui patung-patung, workshop edukasi pada masyarakat soal pembuatan dan marketing merchandise.
Acara lainnya adalah JSSP tour kamisan, JSSP performing art ruang publik, dan aneka lomba. JSSP #3 hendak memasyarakatkan patung, menggabungkan budaya dan wisata.
“Harapan saya ke depannya adalah seniman-seniman yang tergabung di Asosiasi Pematung Indonesia (API) baik yang berada di Jogjakarta maupun kota-kota lain, lebih aktif dan semoga pemerintah D.I Jogjakarta dan kabupaten mendukung seniman,”ujar Ali Umar salah satu pematung.
Menurut dia, seniman berkontribusi menyumbangkan pikiran dan karya mereka ke daerah tertentu agar publik bisa menikmati dari sisi wisata, kota lebih maju dan baik” “Kami sangat berterima kasih pameran JSSP #3 diadakan di Gumuk Pasir, Parangtritis,”
Kebanyakan pengunjung datang ke gumuk pasir selain menikmati keindahan gumuk pasir juga suka swafoto. ” Adanya patung yang dipajang di sini, semoga bisa menambah view untuk foto dan wisatawannya makin meningkat” ungkap Wusana selaku Dukuh Grogol 10.
Area display Bantul terdapat 13 karya yaitu di Pantai Gumuk Pasir, Dusun Grogol 10, Parangtritis, Kretek, dan Bantul. Melibatkan pematung dari Jogjakarta baik kelompok maupun individu. Ada sejumlah kelompok Ali & Agung (Ali Umar, Agung Pekik), Kelompok Ardite (Arsono, Meta Enjelita), Dunadi, Edi Priyanto, Kelompok Kom & Dedy (Komroden Haro, Dedy Sufriadi).
Kelompok pematung lainnya adalah Mata Air terdiri dari Kusna Hardiyanto, Liflatul Muhtarom, Dedy Maryadi, Purwanto, Galuh Kusuma atmaja. Ada kelompok Mata Kayu terdiri dari Albertho.A.A.Wanma, Bara Masta.
Bukan itu saja, Kelompok Napak juga berpartisipasi terdiri dari Gina Martha Ajeng .N, Felix Junio Sendhi Arpico, Bowo Hermanto. Sedangkan kelompok Pring Project terdiri dari Anusapati, Lutse Lambert Daniel dan Tugiman.
Kelompok Tani Rupa (Mahendra Satria, Joko Apridinoto, Ruswanto, Wira Purnama, Afif Abdul Fatah), Wahyu Nugroho, dan Yulhendri. Sedangkan pematung dari Malaysia yang terlibat ialah Burhanuddin bin Bakri dan Mohd Azhar abd Manan.
Area display Kota Jogjakarta diisi 12 karya yaitu di Area titik 0 Km, Jl. Pangurakan, Gondomanan, Kota Jogjakarta. Para pematung yang terlibat antara lain Ahmad Chotib Fauzi Sa’ad, Amboro Liring, Kelompok Klinik Art Studio (Indra Lesmana, Bio Andaru, Agung Qurniawan), Rame Adi, Suparman Baela, Win Dwi Laksono, dari Yogyakarta.
Ada juga Rosli Zakaria dan Saharuddin Supar dari Malaysia. Kelompok Cahya (Agus Widodo, Yani Sastranegara, Cyca Leonita, Henry Kresna) dan Yana Wiyatna Sucipto dari Bogor. Hilman Syafriadi dari Bandung. Yoga Budhi Wantoro dari Magelang.
Area display Sleman dipamerkan 8 karya di Utara Kopi Kali Petung, Petung, Kepuharjo, Cangkringan. Kelompok API Jakarta/Yogyakarta (Harry Susanto, Benny Ronald Tahelele), Lab Sejarah Kajian Teknologi dan Desain FAD UKDW (Linda Octavia, Jimmy Machael Tirtayasa, Tifan Adi Kuasa, Wilfridus Budjen).
Kelompok Mata Air (Kusna Hardiyanto, Liflatul Muhtarom, Dedy Maryadi, Purwanto, Galuh Kusuma atmaja), dan Ronny Lampah dari Jogyakarta. Agoes Salim dari Tanggerang Selatan. Agung ‘Tato’ Suryanto dari Surabaya. Kelompok Buted (Budi PM Tobing, Teddy Murdiyanto) dari Jakarta dan Koko Sondaka dari Bandung.
Hasil karya para pematung ini, diharapkan dapat menelusuri kembali kemungkinan poros-poros baru dan dapat menjembatani keterbatasan serta kepedulian sosial dalam merespons ruang.
Pameran ini juga diharspkan melahirkan tantangan untuk proses interaksi penonton dalam memberikan respons terhadap konsep karya, lokasi dan dampak sosial.
” Kami harapkan juga merangsang seniman dalam mengeksplorasi gagasan, material, dan karakteristik ruang serta memberi harapan akan kebaruan dari partisipan bagi seni patung Indonesia,” kata Rosanto Bima Pratama