NEWS

Orang Inggris Khawatir Jika Wisata ke Asia Akibat Kasus COVID-19

Pemandangan kota Barcelona, Spanyol. Negara ini jadi tujuan wisata nomor satu yang imgun dikunjungi turis Inggris. ( foto: Insolash.com/ Enes)

LONDON, bisniswisata.co.id: Sebuah survei dilakukan bagi warga Inggris untuk mengungkap perasaan mereka tentang COVID-19 terutama pola traveling di masa depan, kerugian finansial, dan pendapat mereka mengenai liputan media. Hasilnya, hampir 9 dari 10 (88%) orang setuju bahwa bepergian ke luar negeri tidak aman karena wabah COVID-19

Survei oleh Official-esta.com ini  untuk mengungkap dampak COVID-19, mengungkap pemikiran dan pendapat publik tentang kepemimpinan, tujuan perjalanan, uang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Ketika dunia terus berjuang melawan COVID-19, pemerintah, perusahaan dan individu dari seluruh dunia semua menghadapi tantangan ekstrim karena pembatasan perjalanan diberlakukan dan industri travel terhenti.

Sebagai bangsa, kita bersama-sama membantu orang yang rentan, menghargai para tenaga medis di garis depan, melakukan apa yang kita lakukan untuk mengatasi virus COVID-19, sementara kehidupan kita sehari-hari berubah secara dramatis.

Dampak langsung pandemi terhadap pariwisata telah dirasakan di hampir setiap negara, di mana diberlakukan pembatasan perjalanan yang menyeluruh sehingga akankah  ada nasib jangka panjang bagi industri pariwisata di seluruh dunia?

Langkah-langkah baru sedang diperkenalkan setiap hari ke negara-negara di seluruh dunia untuk mengurangi penyebaran virus.  Beberapa dari pembatasan ini termasuk mengkarantina penumpang yang masuk.

 

Pembatasan lainnya dengan membatalkan penerbangan komersial, melarang kunjungan warga asing  bahkan beberapa negara menerapkan peraturan yang lebih ketat daripada yang lain.  Tetapi, negara mana yang memiliki tindakan pembatasan paling banyak pada saat data dikumpulkan? 

Negara-negara dengan pembatasan perjalanan terbanyak karena COVID-19.

Ranking negara .       Pembatasan

1.Sri Lanka                       37

  1. Malaysia.                     26

3 Saudi Arabia.                 26

  1. Iraq.                              19

5 Pilipina.                          18

Walaupun negara-negara ini berada di urutan teratas daftar, survei telah mengungkapkan bahwa banyak dari kita memiliki pendapat sendiri tentang pembatasan perjalanan yang saat ini diberlakukan di Inggris, terutama  apakah kita setuju atau tidak setuju dengan kebijakan itu.

Lebih dari 1 dari 10 (12%) berpikir masih aman untuk melakukan perjalanan meskipun ada wabah COVID-19 dan kebijakan lockdown di Inggris tidak penting karena yang penting adalah mengurangi penyebaran virusnya.  

Persentase ini meningkat menjadi hampir 2 dari 10 (18%) dari mereka yang berusia 25-34, dibandingkan dengan hanya 6% dari lebih dari 55 yang berbagi pendapat ini. Ketika sampai pada keputusan yang dibuat oleh pemerintah Inggris, dua pertiga (67%) merasa bahwa Inggris memang harus menutup perbatasan ketika akhirnya lockdown per 23 Maret lalu.

Negara-negara seperti Argentina, Australia dan Prancis melakukan pencegahan dulu dengan menutup perbatasan sebelum tindakan lockdown. Menyuarakan keprihatinan yang sama, lebih dari sepertiga (37%) petugas kesehatan yang disurvei percaya bahwa pemerintah tidak melakukan aksi yang cukup untuk melindungi negara.

Seperti apa perjalanan dan pariwisata setelah COVID-19?. Industri pariwisata telah terkena dampak global dengan semua perjalanan terhenti, tetapi apakah ini mengubah gagasan masyarakat untuk berlibur di tahun-tahun mendatang?

Lebih dari 1 dari 3 (34%) orang khawatir tentang mengunjungi negara-negara Asia di masa depan karena pandemi global ini bahkan seperempatnya (23%) bersumpah  tidak akan pernah mengunjungi China lagi meski pembatasan dicabut.

Tapi, sepertinya pandangan baru tentang perjalanan ini akan berdampak pada negara-negara di semua sisi dunia, karena yang lain menyatakan mereka tidak akan pernah berlibur di Italia (16%), Amerika Serikat (13%) atau ke Prancis lagi (12%).

Sebanyak 3 dari 10 orang  (31%) dari mereka yang disurvei mengatakan mereka akan terlalu takut untuk bepergian setelah larangan dicabut, tapi ada sejumlah kecil orang yang akan pergi ke luar negeri lagi kurang dari 2 bulan ( 60 hari) hingga 10 bulan ( 300 hari).

Meskipun mereka juga tidak tahu berapa lama pembatasan ini akan berlangsung, tapi memang perlu waktu setidaknya satu tahun bagi mereka untuk mempertimbangkan untuk traveling bahkan jika berwisata di dalam negri sendiri. Data dikumpulkan periode 3-6 April 2020 lalu.

Negara tujuan.  Rata-rata berapa hari wisata lagi

1.United Kingdom (staycation)       311

2.Spain                                                519

  1. USA.                                                589
  2. Itali.                                                 610
  3. China.                                              652

Juga terungkap bahwa Spanyol tetap menjadi salah satu tujuan wisata  favorit bagi publik Inggris.  Data menunjukkan 1 dari 10 (11%) akan memilih untuk mengunjungi Spanyol sebagai tempat pertama mereka bepergian setelah pembatasan dicabut.

Virus ini, sejauh ini, menelan biaya rata-rata hampir £ 3.000/ orang akibat rencana perjalanan yang dibatalkan, pernikahan dan acara lainnya. Menimbulkan  biaya tambahan untuk pekerjaan rumah tangga, makanan dan biaya keterlambatan pembayaran cicilan-cicilan. Pastinya COVID-19 telah memberatkan masyarakat dan pendapatan mereka dengan hilangnya penghasilan hampir mencapai 20%.

Selain kenaikan tagihan makanan, hiburan, dan rumah tangga karena sebagian besar dari kita telah menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, orang tua mengalami peningkatan biaya rata-rata £ 230,45 untuk pendidikan di rumah sejak sekolah di Inggris ditutup pada 20 Maret  .

Bagaimana dampak liputan media tentang COVID-19 menunjukkan perbedaan dalam beberapa generasi Dari hari-hari awal media meliput virus, hingga briefing COVID-19 yang sekarang setiap hari. Ada perbedaan pandangan antar generasi ketika menyangkut bagaimana media menggambarkan pandemi.  

Lebih dari sepertiga (37%) milenium percaya bahwa media beritanya melebih-lebihkan menurut mereka yang berusia 16-24 dan hampir 4 dari 10 (37%) setuju dengan pernyataan ini. Dibandingkan hanya 6% dari mereka yang berusia di atas 55 tahun yang memiliki pandangan yang sama. Hal ini menunjukkan kurangnya kepercayaan pada media dari mereka yang berusia di bawah 34 tahun.

Jayne Forrester, Direktur Pengembangan Internasional di Official-esta.com berkomentar: “Sementara kita masih di tengah-tengah wabah COVID-19, penting untuk mendengarkan pendapat publik dan kekhawatiran tentang situasi kita saat ini,” ungkapnya. 

Maklum, industri perjalanan saat ini berhent, i sementara negara-negara di seluruh dunia mengambil berbagai langkah untuk mencegah penyebaran virus. Sangat menarik untuk melihat perbedaan pendekatan dan juga pandangan publik tentang perjalanan di masa depan.

“Meskipun kami belum tahu apa yang akan terjadi di masa depan, atau kapan pembatasan akan dicabut, jelas akan ada dampak besar pada industri pariwisata dari pandemi global. Industri tidak berhenti total karena hotel-hotel di seluruh dunia terlihat membuka pintunya bagi para pekerja medis dan saling mendukung melalui masa-masa yang penuh tantangan ini. “

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)