JAKARTA, bisniswisata.co.id: Ombudsman Republik Indonesia menilai hasil pantauannya sejak ribut-ribut kenaikan harga tiket pesawat belakangan ini masih dalam taraf yang wajar. Pasalnya, tidak ada maskapai yang melanggar ketentuan tarif batas atas saat menaikan harga tiket.
“Kami mencermati tidak ada satu maskapai yang melanggar tarif batas atas dan tarif batas bawah. Jadi kenaikan itu kami anggap wajar-wajar saja, tak ada yang menyalahi aturan,” ungkap aAnggota Ombudsman Republik Indonesia Alvin Lie dalam keterangan resminya, Rabu (16/01/2019)
Dilanjutkan, sejauh ini konsumen yang paling banyak mengeluh tentang naiknya harga tiket, adalah para penumpang penerbangan berbiaya murah atau Low-cost carrier (LCC). Sementara untuk kelas medium dan “full service” masih dalam tahap normal.
Ombudsman mencermati maraknya maskapai yang ikut menaikan tarif karena ingin memperbaiki kondisi keuangan. “Garuda sejak Oktober tidak pernah melepas harga tinggi, ketika memasang subclass tertinggi, maskapai lain ikut-ikutan karena tidak mampu bertahan hidup,” kata mantan anggota DPR perioda 1999-2004 dan 2004-2009 dari daerah pemilihan Jawa Tengah dan Kota Semarang
Menurut dia, kenaikan tiket pesawat adalah hal yang wajar, namun di sini pemerintah perlu juga merespon kebutuhan masyarakat. Alvin menyebutkan terjadi penurunan jumlah penumpang pesawat sebesar 9,75 persen dari 2018, angka ini sangat jauh signifikan dengan rata-rata kenaikam jumlah penumpang sebesar 10 persen. Adapun, pergerakan pesawat turun hingga 5,56 persen.
“Jadi ada apa ini, berarti maskapai juga menurunkan jumlah penerbangannya, karena jumlah penumpangnya juga turun kalau kalau tidak dikurangi tidak akan turun, jadi lebih baik ditinggikan tingkat keterisiannya,” katanya.
Hal itu, menurut dia, juga dipengaruhi dengan adanya peralihan penumpang menggunakan kendaraan pribadi lewat tol Trans Jawa. “Ini berpengaruh ke peta bisnis industri penerbangan. Cikampek-Surabaya di bawah enam jam, Cirebon-Semarang hanya dua jam, yang tadinya tiket Rp1 juta sekarang lebih murah, ini memaksa maskapai putar otak,” katanya. (redaksibisniswisata@gmail.com)