JAKARTA, bisniswisata.co.id: Nunung Rusmiati terpilih menjadi Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) periode 2019-2024, berdasarkan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Dewan Pimpinan Pusat ASITA, yang diselenggarakan di Hotel Alila, pada 26-28 Februari 2019.
Nunung sebelumnya menjabat sebagai Sekjen DPP Asita meraih dukungan suara sebanyak 79 suara, dan Hasiyanna S Ashadi dari Ketua DPD DKI Jakarta dengan suara sebanyak 65 suara dari 144 hak suara yang sah.
Dengan terpilihnya Ketua Umum baru diharaojan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan menyelaraskan program pemerintah dalam mendatangkan kunjungan wistawan mancanegara sebesar 20 juta hingga 2019.
Plt Asita Budijanto Ardiansyah menjelaskan Munaskub ASITA perlu dilakukan dikarenakan kepengurusan yang sudah lama fakum dan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang sudah banyak kurang sesuai dengan saat ini.
“Jadi Munaslub ini diadakan untuk memperbaharui dan memperbaiki angaran dasar dan anggaran rumah tangga dari Asita,sedangkan Munaslub adalah untuk memilih ketua dari Asita dimana ketuanya sudah mengundurkan diri,” katanya, Kamis (28/02/2019).
ASITA eksis selama 48 tahun di Indonesia sejak terbentuk pada 1971 dengan jumlah anggota mencapai 7.000 yang tersebar di 34 DPD dengan 10 persen perusahaan besar, 20 persen usaha menengah dan 70 persen kelas usaha mikro kecil menengah.
“Melalui kepemimpinan baru ini dan pembenahan AD/RT Asita harus berbenah dalam menghadapi berbagai tantangan termasuk di era distrupsi /digitalisasi,” demikian catatan hasil Munaslub ASITA yang menjadi PR bagi pengurus baru.
Sejak sepuluh tahun lalu, kegelisahan mulai melanda para pengusaha biro maupun agen perjalanan wisata nasional. Pasalnya, mereka meramalkan akan datang era digital yang bakal mendisrupsi model bisnis mereka. Betul saja, hari ini ancaman itu kian nyata dengan bermunculannya online travel agent (OTA) nasional maupun global, seperti Traveloka, Tiket.com, dan AirBnB yang menggerus pangsa pasar bisnis travel konvensional.
Kekhawatiran ini lumrah mengingat besarnya pangsa pasar pariwisata di Indonesia. Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017 ada sekitar 14 juta wisatawan mancanegara (wisman) dengan pengeluaran rata-rata sekitar Rp17 juta (kurs Rp14.155 per dolar AS), keseluruhannya setara Rp238 triliun.
Juga, ada 255 juta wisnus dengan pengeluaran rata-rata sekitar Rp700.000 yang keseluruhannya setara Rp178 triliun. Artinya, nilai pasar industri pariwisata Indonesia secara total mencapai Rp416 triliun.
Jika ditelaah lagi, pangsa pasar ini juga turut diperebutkan oleh OTA. Salah satunya adalah Traveloka yang menawarkan berbagai tiket untuk keperluan liburan mulai dari pesawat, hotel, kereta, hingga atraksi dan berbagai aktivitas lain.
Sejak meluncur pada 2012 lalu, perusahaan kini memiliki lebih dari 40 juta pengguna layanan dan lebih dari 14 ribu mitra hotel. Belum lagi pemain OTA lain, seperti Tiket. com dan TripAdvisory. Secara umum, 81% wisatawan nusantara sudah menggunakan saluran digital (search engine, situs destinasi wisata dan OTA) dalam merencanakan perjalanan mereka.
Munaslub dihadiri sekitar dua puluh delapan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan nantinya setiap DPD akan mendapatkan suara yang berbeda karena akan dihitung dari jumlah anggotanya, dimana setiap anggota 50 akan mendapatkan satu suara. (ENDY)