SINGAPURA, bisniswisata.co.id: Sepanjang November 2019, jumlah penumpang Singapore Airlines (SIA) mengalami kenaikan sebesar 10,2 % dibandingkan November 2018. Naiknya berbanding peningkatan kapasitas sebesar 6,6%. Dan Tingkat Keterisian Penumpang (PLF) meningkat pada seluruh rute selama periode peak season akhir tahun. Berbagai upaya dilakukan untuk tetap berfokus pada RASK (pendapatan per tempat duduk yang tersedia – kilometer). PLF Singapore Airlines mengalami peningkatan sebesar 2,8 poin persentase dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 84,7%.
Sementara, jumlah penumpang yang diangkut SilkAir, anak perusahaan SIA mengalami penurunan sebesar 4,5% seiring dengan penurunan kapasitas sebesar 8,7%. Hal ini menyebabkan pertumbuhan sebesar 3,6 poin persentase pada PLF menjadi 80,5%. Kapasitas menurun dikarenakan sepuluh rute SilkAir telah dialihkan kepada Scoot. Pertumbuhan kapasitas yang kuat pada rute-rute di wilayah Australia diimbangi oleh pertumbuhan lalu lintas udara.
“Jadi penumpang yang diangkut SIA Group (diukur dalam pendapatan penumpang per kilometer) naik 8,3% dibandingkan 2018 atau melampaui pertumbuhan kapasitas (diukur dalam jumlah kursi yang tersedia per kilometer) sebesar 4,4%. Tingkat keterisian penumpang (PLF) mengalami peningkatan sebesar 3,1 poin persentase menjadi 84,9%,” papar Kartika Honggono mewakili Singapore Airlines dalam siaraan pers yang diterima Redaksi, Ahad ( 22/12/2019)
Sedangkan, PLF Scoot mengalami peningkatan sebesar 3,5 poin persentase menjadi 86,7% seiring dengan jumlah penumpang yang diangkut juga tumbuh sebesar 5,5%, berbanding dengan peningkatan kapasitas sebesar 1,1%. Peningkatan kinerja Scoot di wilayah Asia Tenggara serta rasionalisasi kapasitas pada rute-rute di China yang mengalami pelemahan menyebabkan PLF lebih tinggi pada wilayah Asia Timur. Asia Barat mencatat adanya peningkatan permintaan, sementara wilayah lainnya diuntungkan dengan adanya lalu lintas penghubung yang lebih kuat.
Tingkat keterisian kargo (CLF) mengalami penurunan sebesar 3,9 poin persentase, yang disebabkan oleh penurunan lalu lintas kargo (diukur dalam ton beban kargo per kilometer) sebesar 7,2%, melebihi pertumbuhan kapasitas sebesar 1,5%. CLF di seluruh wilayah rute mengalami penurunan kecuali Amerika. (redaksi@bisniswisata.co.id)