BETHLEHEM, bisniswisata.co.id: MESKI dalam suasana bayangan keserakahan dan ketamakan Israel menduduki Palestina. Namun, suasana semarak hari Natal di Palestina kembali berjalan dengan damai. Pemerintah Palestina menyambut positif perayaan tersebut dan Presiden Mahmoud Abbas menghadiri misa Natal di tempat kelahiran Yesus Kristus, yakni Gereja Kelahiran (Church of Nativity) di Bethlehem, Tepi Barat.
Dilaporkan AP News, Rabu (25/12/2019), Mahmoud Abbas datang pada Selasa pada malam Natal bersama tokoh-tokoh penting di Palestina serta wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Gereja Kelahiran yang terletak di Bethlehem, Tepi Barat, kerap dikunjungi wisatawan peziarah pada hari Natal. Alhasil, wisata religi tersebut menjadi kekuatan ekonomi di Tepi Barat.
Pemerintah Palestina memperkirakan pengunjung tahun ini ada sekitar 15 ribu orang. Hotel-hotel di Betlehem pun penuh. Menteri Pariwisata Rula Maayah menyambut positif sukacita Natal tahun ini meski ada pendudukan Israel.
“Tentunya kami merayakan Natal meski berada dalam masa pendudukan Israel. Kami harap bisa merayakan Natal dengan sukacita tahun depan dengan berakhirnya okupasi sehingga kita bisa merayakan seperti negara-negara lain di negara kita yang merdeka tanpa okupasi,” ujarnya.
Menurut Menteri Maayah, tempat-tempat favorit turis di Tepi Barat adalah Ramallah, Jericho, dan Yerusalem. Kota Bethlehem pun telah berinvestasi pada pariwisata dengan cara membangun hotel-hotel dan memperkaya kuliner mereka. Secara keseluruhan, pengunjung Tepi Barat tahun ini diperkirakan mencapai 3,5 juta orang. Angka itu bertambah 500 ribu pengunjung dari tahun lalu.
Perayaan Natal merupakan andalan wilayah Bethlehem untuk menunjang ekonomi di tengah konflik. Masyarakat kristen di Bethlehem pun menurun karena banyak orang yang pindah ke daerah lain akibat konflik.
Perayaan hari Natal di Jalur Gaza sejauh ini dikabarkan berjalan lancar. Masyarakat kristen di wilayah Gaza pun bisa mengunjungi Bethlehem, kota kelahiran Yesus Kristus, setelah mendapat kelonggaran dari pihak Israel.
Ada lagi yang unik dari Jalur Gaza, para wanita di sana pun aktif memeriahkan perayaan Natal dengan membuat boneka Sinterklas. Mereka berkarya di pabrik kecil yang merupakan bagian dari program Zeina Cooperative yang memberdayakan wanita Palestina.
Dilaporkan AFP, sekitar 20 perempuan itu bekerja di Desa Umm al-Nasser di dekat Beit Hanoun. Pabrik kecil tempat mereka bekerja menjadi lokasi mencari mafkah, sebab keluarga mereka tak membolehkan mereka kerja di luar desa.
Semua perempuan itu tampak memakai niqab. Boneka-boneka Sinterklas yang mereka buat juga dituliskan kalimat “Selamat Hari Natal” dalam Bahasa Arab. Selain itu, mereka juga membuat figur pohon Natal. “Kami membuat hadiah-hadiah Natal dengan cinta dan presisi,” ujar supervisor Asma Abu Qaida.
Meski boneka-boneka itu dibuat di desa kecil, pelanggannya justru banyak masyarakat internasional. Di antaranya adalah delegasi-delegasi asing yang bekerja di Jalur Gaza. Desa tempat mereka tinggal memiliki populasi 6.000 orang dan tercatat dikuasai Hamas sejak 2007. Israel pun memblokade daerah tersebut.
Para wanita itu sudah dilatih vokasi selama tiga tahun. Segala macam hadiah hari raya pun mereka buat, mulai dari tema bulan suci Ramadan hingga hari Natal.
Kehadiran program Zeina Cooperation pun memberikan peluang bagi wanita-wanita ini untuk ikut aktif di dunia bisnis dan aktif di luar rumah. “Proyek pembuatan hadiah ini memberikan mereka kesempuan untuk menunjukan kemampuan mereka,” ujar eksekutif direktur Zeina, Hanin Rizk al-Sammak.
Zeina Cooperative merupakan asosiasi yang pemberdayaan warga Palestina. Kehadiran Zeina sudah mendapatkan listensi Kementerian Ketenagakerjaan Palestina. Nama lengkap asosiasi ini adalah Zeina Cooperative Association for Handicrafts (Asosiasi Kerja Sama Zeina untuk Kerajinan Tangan). Sesuai namanya, anggota yang bergabung berpeluang bekerja di sektor kerajinan, mulai dari tekstil, utensil, sampai furnitur.
Beberapa contoh produk mereka adalah boneka, mainan, dan beragam produk berbasis kayu. Boneka unta mereka merupakan salah satu best seller. Para anggota juga dilarang untuk mendiskriminasi baik dari segi gender, sosial, politik, ras, atau agama. Zeina pun menyediakan pelatihan agar anggota-anggota mereka bisa berkontribusi pada organisasi. (*)