EVENT FASHION LIFESTYLE

Mihalul Abrar Populerkan Batik Motif 'Pintu Aceh ' di Negri Serigala Putih

Mihalul Abrar dengan kemeja batik motif Pucuk Rebung

TASKENT, bisniswisata.co.id: Kesibukan di balik panggung teater terbuka Taman Navruz Park, Tashkent, tempat penyelenggaraan Indonesian Cultural Night membuat Mihalul Abrar mandi keringat bolak-balik mengecek penampilan para model yang akan turun memperagakan koleksi pakaian dari teman-teman seprofesinya.

Dia tak segan-segan berjongkok, mengikat tali sepatu para model dari koleksi Akar NYFR yang dibawanya. Selain sibuk mempersiapkan diri sendiri dan timnya untuk menampilkan koleksi bajunya berlabel Charlie Bravo. 

Abrar, panggilan akrabnya, adalah salah satu dari 14 desainer Indonesia yang berpartisipasi dalam delegasi Halal Beyond Borders  2023 yang diinisiasi oleh Indonesia Halal Lifestyle Center   ( IHLC) ke Uzbekistan 31 Mei -7 Juni 2023. Mereka memperagakan koleksi bajunya di dua kota yaitu Tashkent dan Samarkand.

Sikap Abrar yang suka membantu ini menularkan ‘virus’ kebaikan sehingga saat dia tampil, teman-temannya sesama perancang juga tidak kalah gesit membantu sehingga acara modest fashion berjalan lancar dan menghibur tamu undangan maupun pengunjung di taman hiburan ditengah kota Taskent, Ibukota Uzbekistan itu.

Pria asal Langsa, Aceh, 34 tahun yang lalu ini berangkat ke Uzbekistan dengan koleksi yang sudah dipersiapkan dan dikemas dari unsur batik dengan motif etnik aceh maupun bordiran yang biasa ditemukan di berbagai souvenir dari salah satu daerah istimewa di Indonesia ini.

Motif batik Pintu Aceh misalnya, gambarkan sebuah ukuran dari tinggi pintu yang relatif rendah, merepresentasikan sebuah kepribadian masyarakat Aceh yang selalu rendah hati dan memiliki kelapangan dada atau bersabar. Jika kita lihat melalui rumah adat Aceh, memang pada umumnya rumah adat tersebut memiliki pintu yang relatif rendah, akan tetapi di dalamnya terdapat ruangan yang cukup luas atau lapang. 

Dikaitkan dengan filosofi rumah adat aceh, maka dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Aceh memiliki kepribadian dan adat istiadat yang tidak mudah terbuka dengan masyarakat luar namun menjadi terkesan penuh kehangatan bagaikan saudara kandung apabila sudah saling kenal.

                       Batik motif Pintu Aceh 

Mihalul  Abrar desainer  asal aceh dengan label Charlie Bravo ini  telah  memantapkan diri untuk melebarkan sayap merambah pasar luar negeri  “ini adalah kesempatan besar ditunjuk sebagai salah satu bagian dari delegasi Indonesia untuk memperkenalkan budaya indonesia dengan fashion wastra sebagai kekayaan berharga nusantara, semoga bisa maksimal ya mohon doanya” kata  Mihalul Abrar yang memiliki pusat produksi di Tangerang dan Aceh.

Mantan pramugara Garuda Indonesia ini sudah terbiasa  melanglang buana oleh karena itu konsep sustainable fashion juga diterapkan oleh Mihalul. Dia menggunakan bahan katun yang ramah lingkungan untuk baju show dan sepatu dalam lawatannya kali ini. 

” Charlie Bravo memang memproduksi busana wanita dan pria. Alhamdulilah selain membawa hasil rancangan yang berbahan ringan untuk kaum wanita juga membawa baju-baju kemeja dan koko bermotif bordiran  etnik Aceh yang setelah fashion show ke dua koleksi baju prianya habis terjual,”

Dia mengaku sebenarnya tidak berniat menjual, namun setelah speed networking di sesi business meeting dan kunjungan ke mall Abrar melihat pria Uzbekistan posturnya sama dengan orang Indonesia dan mereka ingin memiliki kemeja dan baju koko karena di sini juga mayoritas Muslim jadi dia lepas dengan harga terjangkau, ungkap Abrar.

Sepatu-sepatu milik AKAR, mitranya dari Bandung setelah show juga dilepasnya karena banyak yang tertarik menggunakan sepatu boots kulit yang trendi bisa untuk pria maupun wanita. ” Inshaa Allah ada kelanjutan dari pertemuan ini sehingga sebagai desainer pemerintah juga mau membimbing bagaimana cara ekspor dan lainnya,” tambahnya.

Dari hasil penjajakan pasar ini juga terlihat bahwa ukuran baju yang dibutuhkan di atas L, XL, 2 L, 3 L begitu pula ukuran sepatu mulai dari 39 hingga nomor 43 ke atas karena kalangan pria umumnya berpostur besar.

Tren Sustainable

Tren sustainable di dunia juga mempengaruhi cara kerja maupun tema-tema yang dipilihnya saat tampil dalam berbagai fashion show di dalam maupun luar negri seperti di Uzbekistan dimana motif batik Pintu Aceh yang diangkatnya.

Abrar juga mengamati bahwa unsur alam dalam motif bordir di kemeja dan baju koko yang dibawanya disukai oleh masyarakat Uzbekistan dari dua kota yang dikunjungi yaitu Tashkent dan Samarkand untuk fashion show seperti motif bordir Bungong Jeumpa atau dalam istilah orang jawa dikenal dengan nama bunga kantil.

Hampir di setiap wilayah aceh terdapat banyak bunga jeumpa serta bentuk  indahnya sebagai unsur alam yang khas digunakan pada motif batik Aceh maupun seni bordir dari Daerah Istimewa Aceh, salah satu provinsi istimewa di Indonesia yang terletak di sebelah ujung utara dari pulau Sumatera.

Abrar saat berbincang dengan Duta Besar RI di Uzbekistan Sunaryo Kartadinata di Mini Expo Tashkent

” Motif etnik Aceh ini seolah tidak asing lagi bagi masyarakat Uzbekistan jadi sambil mengamati motif ada yang berkomentar motif ini cocok untuk kemeja kerja atau untuk sholat,” kata Mihalul Abrar.

Rajin mengikuti berbagai pagelaran fashion show, Mihalul Abrar setiap tahun memilih tema sekaligus untuk menunjukkan kebanggaan pada tanah kelahirannya Aceh.  Di Surabaya Fashion Parade 2021 misalnya, dia tampilkan busana ramah lingkungan dengan tema Tarik Pukat.

Dia mencoba mengangkat kehidupan masyarakat pesisir di Aceh yang berprofesi sebagai nelayan dan mengumpulkan kerang di pinggir laut. Teknik pemotongan dan pola yang diterapkannya  juga menggunakan konsep zero waist atau tidak ada sisa.

”Jadi semua bahan dapat dimanfaatkan. Misalnya untuk membuat kantong atau bahkan aksesoris seperti topi bahkan masker saat pandemi global COVID -19 lalu,” terang Mihalul.

Tahun berikutnya pada 2022, brand Charlie Bravo  by Mihalul Abrar turut menampilkan koleksi dalam fashion show di SPOTLIGHT Indonesia 2022 dengan mengangkat tema “Rimueng Aulia” yang berarti harimau aulia yang merupakan legenda dari Aceh. 

Berdasarkan kisah yang diceritakan sejak nenek moyang,  harimau aulia mengambarkan hal yang misterius dan penuh dengan kekuatan. Koleksi ini mengambarkan hutan belantara yang berhubungan dengan legenda rimueng aulia sebagai penjaga hutan di Aceh, dengan konsep exotic dramatic yang mengambarkan look yang tegas dan berani. 

Seluruh bahan yang digunakan merupakan katun lokal dengan detail batik khas Aceh sebagai salah satu identitas wastra Nusantara. Tone warna yang digunakan mengarah pada warna gelap seperti hitam dan detail batik dengan dasar hitam.

Pria kelahiran  kota Langsa, sekitar 400 km dari ibukota provinsi di Banda Aceh yang dikenal sebagai kota pendidikan, kota perdagangan, kota kuliner dan kota wisata ini nyatanya memiliki niat mulia mengangkat kaum wanita Aceh untuk menghasilkan busana siap pakai yang mendunia.

“Di Langsa kami memiliki pusat pendidikan sehingga anak-anak remaja dan wanita usia berapapun yang belum punya kemahiran menjahit tapi memiliki passion maka mereka bisa belajar menjahit, membordir dan didorong untuk berinovasi karena penjualan kami di Aceh saja ada 10 toko dan secara online melalui platform e-commerce juga lancar dengan distribusi dari Jakarta, Aceh dan Tangerang,” katanya.

Abrar berharap dengan rajin mengikuti berbagai event dan mengangkat tema-tama batik dan bordiran Aceh maka masyarakat Indonesia maupun mancanegara juga mengetahui bahwa prestasi Aceh dalam hal fashion juga tinggi, ujar Mihalul tersenyum mengakhiri obrolannya di negri yang dijuluki Negeri Serigala Putih ini. Selamat ya Abrar, mengaumlah ke penjuru dunia.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)