JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sebanyak 44 pelaku ekonomi kreatif di beberapa wilayah Indonesia mendapat bantuan pemerintah (Banper) Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun 2019. Bantuan itu untuk revitalisasi 24 bangunan, juga untuk sarana sekitar 11, dan TIK sebanyak 14 dengan total anggaran Banper Bekraf sebesar Rp48 miliar.
“Bantuan Bekraf ini dilakukan sejak tahun 2017, untuk memberikan support, stimulus kepada pelaku ekonomi kreatif agar lebih kreatif lagi dalam berkarya, aksesnya semakin lebih baik, ada peningkatan SDM, permodalan makin bertambah, fasilitasnya sudah bagus juga paling penting harus mampu menciptakan lapangan kerja baru,” lontar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio di acara penyerahan simbolis Banper Bekraf 2019 di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Senin (16/12/2019) malam.
Selain itu, lanjut Menteri Wishnutama, pemberian bantuan ini diharapkan bisa menjadi stimulus agar ekonomi kreatif di taraf terkecil di daerah juga komunitas-bisa makin menggeliat. “Contoh di Ambon. Studi musik. Kita ketahui semua, Ambon kota musik. Sehingga talenta musik di kota Ambon dan kota-kota lain ekraf dapat terbangun. Juga di Papua ada komunitas kreatif didunia IT yang sudah berkembang di Papua, ini kan sebuah kemajuan” ungkapnya.
Bahkan bantuan ini diberikan kepada pelaku seni kreatif Didik Ninik Towo. Dengan kreatifitasnya didunia seni budaya dan kini mengembangkan sarana revitalisasi, TIK serta sarana yakni speaker dan dokumentasi berupa digital. “Jadi bukan hanya bantuan permodalan, juga akan menggencarkan pendampingan guna memperkuat ekosistem. Ke depan akan banyak workshop, training dan tentunya akses permodalan. Dan kita bersama-sama dengan Parekraf untuk sinergi dan saling menunjang,” tegasnya serius.
Diakui, era sekarang ini, ekonomi kreatif semakin berkembang pesat. Perkembangannya bukan hanya merebak di kota-kota besar namun sudah menembus kota kecil hingga pedesaan. Bahkan perkembangan semakin beragam, bukan hanya dibidang informasi, seni budaya namun juga kriya, film, kuliner, feysen dan lainnya.
“Karenanya kreatifitas ini jika dapat di-monetize, hasilnya cukup bagus tentunya. Bahkan kita akan memanfaatkan kehadiran ekonomi kreatif untuk pariwisata melalui turis akan semakin tertarik. Tentunya hal semacam ini dapat digunakan positif untuk pelaku ekonomi kreatif sehingga memunculkan kesejahteraan. Ya saat wisatawan datang, maka buat ekosistem ekonomi kreatif untuk mendukung masyarakat lokal tersebut dan itu kita lakukan di Labuan Bajo,” katanya.
Menparekraf Wishnutama juga mengharapkan hasil bantuan Bekraf bagi pelaku ekonomi kreatif harus mendatangkan banyak manfaat secara luas bagi ekonomi negara, termasuk dalam hal jual beli, devisa, dan pariwisata. Hasil kreatif berupa barang dan jasa harus bisa mendatangkan keuntungan. Misalnya pelaku ekonomi kreatif membuat barang, harapannya barang-barang bisa dieksport atau dibeli wisatawan sebagai cendera mata.
“Selain itu, program ini bersifat stimulan dan merupakan usulan kebutuhan dari pelaku kreatif (buttom up) sebagai penerjemah atas fungsi Deputi Infrastruktur yaitu pelaksanaan pemberian dukungan kepada semua pemangku kepentingan terkait pengembangan ekonomi kreatif,” sambungnya.
Banper Bekraf yang dimulai tahun 2017 diberikan kepada 45 pelaku ekonomi kreatif di berbagai bidang kreatiftas. Dan tahun 2018 meningkat sebanyak 47 penerima bantuan Bekraf dan tahun 2019 hanya 44 pelaku ekonomi kreatif yang mendapat bantuan. Sejak tahun 2017 hingga 2019, ada sebanyak 59 ruang kreatif direvitalisasi, 9.490 unit sarana serta 1.713 teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah diberikan kepada 136 penerima Banper yang tersebar dari kota Sabang di Provinsi Banda Aceh hingga Kabupaten Asmat di Provinsi Papua.(end)