DESTINASI EXPLORE! INTERNATIONAL LAPORAN PERJALANAN

Menikmati  Perjalanan Lorong Waktu di Kota Tua Samarkand

  • Alun-Alun Registan terdiri dari tiga madrasah 

Wartawan bisniswisata.co.id, Hilda Ansariah Sabri berpartisipasi sebagai delegasi Halal Beyond Borders 2023 yang diselenggarakan oleh Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC) pada 31 Mei-7Juni 2023. Berikut laporan perjalanannya bagian ke empat

SAMARKAND, bisniswisata.co.id: Hari ke empat perjalanan rombongan delegasi Halal Beyond Borders ( HBB) 2023 ke Uzbekistan dilanjutkan ke kota ke dua sekaligus menjadi destinasi wisata utama karena di kota inilah terdapat makam Imam Al-Bukhari, seorang ulama besar di bidang hadits.  

Bukunya  Imam Bukhari yaitu “Sahih Bukhari”  menjadi rujukan utama yang paling otentik dalam Islam setelah Al-Quran dan bagi umat Islam di Indonesia maupun dunia,  orang yang sangat menonjol dalam hal mengumpulkan, mengedit, menganalisis, dan melakukan verifikasi perkataan dan ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW adalah Imam Bukhari (810-870 Masehi).

Ustad Auza’i Mahfudz pengisi acara dakwah di TVRI yang berada dalam rombongan kami menceritakan bahwa kontribusi Imam Al-Bukhari untuk Ilmu Islam dan Industri Halal sangat besar bahkan salah satu jalur masuknya Islam ke Indonesia adalah dari keluarga mereka, terdiri dari kakek, anak, dan cucu asal Samarkand.

“Sang kakek, Syekh Jumadil Kubro alias Syekh Najmuddin Kubro atau Syekh Jamaluddin Akbar al-Huseini datang berdakwah pertama di Nusantara,” kata Ustad Auza’i.

Putranya, Syekh Ibrahim Zainul Akbar alias Syekh Ibrahim As-Samarkandi menyusul ke Jawa setelah mengubah Raja Champa menjadi Islam dan menikahi putrinya. Sang cucu, Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) adalah Putra As-Samarkandi.

Jadwal kami setiba di Samarkand dengan kereta cepat adalah mengunjungi Mausoleum Gur-e-Amir yang merupakan makam Amir Temur, pemimpin besar Uzbekistan pada Abad ke-14, Makam Imam Bukhari dan masih banyak lagi.

Kota Samarkand, yang merupakan salah satu kota tertua di Asia Tengah, memiliki banyak bangunan bersejarah terkenal dan Samarkand sebagai destinasi wisata utama di Uzbekistan mungkin adalah kota Jalur Sutra ( Silk Toad) yang paling terkenal.  Sebuah ‘persimpangan budaya’ sejati, kota yang indah ini menawarkan keajaiban arsitektur seperti Alun-alun Registan, Mausoleum Gur-Emir, dan Masjid Bibi Khanuam.  

Meski gerbang bangunan utama rata-rata sama berbentuk segi empat penuh ornamen yang indah, tapi di bagian dalamnya bisa berbeda-beda. Memasuki obyek-obyek wisata umumnya di bagian depan diisi dengan ruang-ruang galeri berisi produk kerajinan tangan negri ini.

Setelah itu taman, ruangan-ruangañ indah, dome ( kubah) , menara-menara, jalan-jalan dan pilar-pilar dengan ukiran -ukiran yang rumit dan indah,  ubin marmer dengan detail rumit yang menghiasi struktur megah bangunan-bangunannya.

Tiba di Samarkand dengan kereta cepat cukup memakan waktu 2 jam, namun sebagian rombongan dengan bagasi bahan-bahan display naik bis wisata selama sekitar lima jam perjalanan darat. Saya yang kebagian naik kereta cepat beruntung melihat kondisi stasiun tua yang megah dan indah serta terawat meski usia ratusan tahun baik dari tempat keberangjatan Tashkent hingga tiba di stasiun Samarkand.

Rasanya kok kota tua Samarkand lebih cantik dan lebih ke kota turis. Nah Samarkand Air, penerbangan swasta negri ini ingin segera buka rute Samarkand – Denpasar tahun ini. Tinggal kemudahan perizinan dari pemerintahan kedua negara. Semoga bisa menjembatani dua kota turis di Indonesia dan Uzbekistan ini ya…

Kami tiba kemudian di Gur-e Amir yang dalam  bahasa Persia artinya “Makam Raja”.  Kompleks arsitektur dengan kubah biru ini berisi makam Tamerlane ( Timur) dan putra -putranya Shah Rukh dan Miran Shah, serta cucu Ulugh Beg dan Muhammad Sultan.  Juga dihormati dengan tempat di makam adalah guru Timur Sayyid Baraka.

Meski dikenal terutama sebagai tempat pemakaman Timur (Tamerlane), Gur-Emir dimulai pembangunannya oleh Timur pada tahun 1403 untuk memperingati kematian cucu tercintanya, Muhammad Sultan, yang telah membangun pusat pendidikan, termasuk madrasah dan tugu peringatan.  kompleks (khanaka) di situs tersebut pada akhir abad ke-14.  

Aksi cepat sebagian besar rombongan biasanya adalah foto-foto dan bikin video konten untuk media sosial masing-masing, sementara saya sendiri yang sejak di tanah air sudah buka wikipedia dan baca sejarah langsung menyiapkan diri untuk memasuki time tunnel atau lorong waktu, membayangkan kehidupan di abad ke 14, meski sempat tergiur melirik suvenir dan buku-buku sejarah saat dipintu masuk.

Pemakaman Gur e Amir

Saya langsung terkesima dengan kekayaan dekorasi interiornya. Seni pahat batu abad pertengahan mencapai kemakmuran artistiknya ketika pekerjaan finishing komplek makam ( mausoleum ) dilakukan.  Kubah biru cerah dihiasi dengan lukisan emas;  diameternya 15 meter, tingginya 12,5 meter.  Cekungan besar memberi kubah ekspresi yang luar biasa.  Di dalam Gur-Emir ada bangunan besar dan tinggi dengan relung yang dalam di sisinya.

Mahakarya arsitektur abad pertengahan – mausoleum Guri-Emir memegang tempat penting dalam sejarah arsitektur Islam dunia.  Gur-Emir berfungsi sebagai prototipe untuk monumen penting seperti mausoleum Humayun di Deli dan mausoleum Taj-Mahal di Agra, India.

 

Bagian paling awal dari kompleks ini dibangun pada akhir abad ke-14 atas perintah Muhammad Sultan.  Sekarang hanya fondasi madrasah dan khanaka, portal masuk dan bagian dari salah satu dari empat menara yang tersisa.

Diselesaikan oleh cucu Timur Ulugh Beg, Gur-Emir termasuk struktur kubah utama, serta madrasah, khanaka, empat menara, dan struktur pintu masuk besar ke halaman.  Bangunan-bangunan itu ditutupi dengan seni keramik.

Kuburan batu berada di bawah kubah, dikelilingi lengkungan marmer yang indah.  Yang paling indah adalah makam Timur, terbuat dari nephrite berwarna hijau tua kehitaman. Bergabung dengan turis-turis yang duduk berdoa dihadapan sejumlah makam, saya duduk sambil mengucapkan Assalamualaikum dan membaca doa untuk para pejuang Islam yang hebat-hebat. 

Rasanya saya menjadi orang yang paling beruntung di dunia bisa duduk di ruangan berisi makam tokoh besar Islam sekaligus merasa kecil karena belum bisa  beribadah seperti yang kau minta Ya Rabb bagi semua umat Muhammad SAW di dunia, apalagi bisa mengukir legacy untuk agama Islam.

wisatawan khusuk berdoa di komplek makam

Untungnya dinding ada keterangan makam siapa saja di situ. Ternyata makam Amir Temur ditandai dengan nomor satu bagian tengah dengan marmer hitam kehijauan tadi lengkap dengan tahun hidupnya dari 1336-1405. Selanjutnya ada makam Mirza Ulugbek (1394-1449), Shahrur Mirza (1377-1447), Muransyah (1366-1407), Adulla Mirza yang wafat tahun 1420 serta Abdurakhman Mirza ( 1421-1432)

Keluar dari ruangan menuju bagian belakang bangunan ada ruang bawah tanah dan makam putra Timur dan cucunya Ulugbek, terbuat dari marmer putih dan abu-abu.

Ruang bawah tanah ini saya ketahui ketika terpisah dari rombongan, menggelandang sendiri  berjalan ke bagian belakang bangunan. Para penjual suvenir yang semula saya kira memanggil-manggil agar membeli dagangannya ternyata memberi tahu bahwa terdapat panel ubin onyx di bagian bawah mausoleum yang masing-masing dilapisi dengan lukisan yang sangat indah juga ada makam-makam lain di bawah tanah.

Ada cerita ketika para ilmuwan Soviet ingin membuka makam Tamerlane, beredar desas-desus di sekitar Samarkand bahwa membuka makam itu akan mengutuk mereka yang membukanya.  Pemimpin lokal berusaha memperingatkan tim penggalian tentang “risiko” itu.

Makam itu bertuliskan dua peringatan bertuliskan “Saat Aku Bangkit Dari Kematian, Dunia Akan Bergetar”.  Diduga, setelah dibuka prasasti lain ditemukan: “Siapa pun yang Mengganggu Makam Saya Akan Melepaskan Penyerang Lebih Mengerikan daripada Saya”.  Meskipun sebagian mengklaim bahwa cerita ini adalah palsu, legenda tetap ada. 

Makam tersebut dibuka oleh Mikhail Mikhaylovich Gerasimov, seorang arkeolog Soviet pada tanggal 20 Juni 1941, dua hari sebelum Hitler menyerang Uni Soviet.[6][7]

 Rupanya, Stalin percaya pada kutukan dan memerintahkan agar Timur dimakamkan kembali.  Menurut legenda, jenazah Timur dibawa ke garis depan Stalingrad untuk menginspirasi pasukan Muslim di Tentara Merah.  Tamerlane dimakamkan kembali dengan upacara penguburan Islam penuh pada tanggal 20 Desember 1942, sekitar satu bulan sebelum kemenangan Soviet di Stalingrad.

Makam Ahli hadist Imam Bukhari sebelum pemugaran.

Makam Imam Bukhari

Ustad Auza’i Mahfudz mengungkapkan bahwa nama Presiden Pertama Repubik Indonesia, Soekarno begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan. Sejarahnya dimulai ketika paska Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow.

Saat itu, Soekarno sadar, sebagai Presiden Indonesia yang dianggap sebagai pemimpin negara-negara Non Blok harus bersikap netral terhadap Blok Timur maupun Blok Barat. Apalagi disisi lain disadari bahwa Indonesia butuh dukungan Soviet untuk melegitimasi eksistensi negara-negara non-blok dan kesepakatan yang telah dicapai dalam Konferensi Asia Afrika tahun 1955. 

Soekarno juga menyadari membutuhkan dukungan Soviet untuk menghadapi berbagai upaya negara-negara Barat yang masih terus berusaha menjajah dan menguasai kembali Indonesia.

 Sementara itu, Soekarno mafhum bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam sehingga tidak mungkin Indonesia akan ikut blok timur yang dipimpin oleh negara komunis Soviet.

Solusinya  Soekarno lah orang yang meminta pemerintah komunis Soviet agar menemukan makam Imam Bukhari yang kumpan haditsnya menjadi acuan umat Islam. Berkat jasa Soekarno, saat ini komplek makam Imam Bukhari yang terletak di desa Hartang, sekitar 25 kilometer dari Samarkand telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia.

Kebesaran nama Soekarno tidak hanya dikenal di seluruh penjuru Indonesia, namun menggema di seluruh dunia. Dia dikenal sebagai sosok pemimpin berani, tegas, kharismatik dan tidak mudah diatur oleh bangsa manapun. 

Situasi itu yang oleh Soekarno disiasati dengan sangat cerdas dengan mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu. 

Menjelang kedatangan Bung Karno pada tahun 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut kedatangan Soekarno. 

Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukannya dengan memanjatkan doa dan dilanjutkan sholat serta membaca Al-Quran pada perawi Nabi Muhammad SAW yang hadist-hadistnya menjadi rujukan umat Islam sedunia.

Makam ditutup karena renovasi, cukup puas foto bersama  gambar mesjid Imam Bukhari

Saat kami datang maka kompleks makam Imam Bukhari sedang dalam pembangunan dan tertutup untuk para peziarah. Kami diterima di bangunan kaca sementara oleh imam masjid Imam Bukhari dimana terdapat makam di dalamnya.

Inshaa Allah di saat RI – Uzbekistan merealisasikan paket wisata Umroh plus ziarah Uzbekistan, kompleks makam sudah selesai di renovasi. Selama ini wisatawan Indonesia melaksanakan umroh plus Turki, Mesir atau ke Aqso sehingga setelah kegiatan Halal Beyond Borders 2023 ini diharapkan tercipta suatu kolaborasi dan sinergi yang lebih baik antara kedua negara.

Setelah 16 tahun meneliti sebanyak 600.000 hadits dan jalur sanadnya serta menyeleksi 7.525 hadits yang lolos seleksi sahih. Imam Bukhari menyusun bukunya itu. Untuk biaya penelitian ilmiahnya, ia menginvestasikan kekayaannya pada para pebisnis sehingga mendapat penghasilan 500 dirham per bulan. Sedikitnya 86 persen umat Islam Indonesia, artinya lebih dari 200 juta, menjadikan bukunya sebagai referensi dalam beragama, kata ustad Auza’i Mahfudz.

Laporan Royal Islamic Strategic Studies Center (RISSC) bertajuk The Muslim 500 edisi 2023 menunjukkan bahwa total populasi muslim di Indonesia mencapai 237,55 juta jiwa. Jumlah penduduk muslim di Indonesia sama dengan 86,7% penduduknya. ” Jadi potensi RI untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk mengembangkan Halal Tourism Destination memang sangat besar,” tambahnya.

Alun-alun Registan

Sebagai pusat kota, Madari Khan Madrassah  megah ini menawarkan mozaik biru yang menakjubkan dalam suasana alun-alun yang luas, dan dengan mudah menjadi salah satu situs Jalur Sutra yang paling memesona.

Dilansir dari visitworldheritage.com Registan diterjemahkan menjadi “Tempat Berpasir” dalam bahasa Tajik, dan selama Kekaisaran Timurid alun-alun ini berfungsi sebagai pusat komersial yang menyelenggarakan bazar atau digunakan untuk pengumuman kerajaan.

Ubin biru khas Samarkand dapat dilihat pada masing-masing dari tiga madrasah (atau sekolah Islam) yang mengelilingi alun-alun. Madrasah ini termasuk yang tertua di dunia, masing-masing menawarkan sejarah dan fungsinya sendiri.

Ketiga madrasah tersebut adalah Madrasah Ulugbek, Madrasah Sher Dor, dan Madrasah Tilla-Kari. Madrasah ini masing-masing dibangun antara abad ke-15 hingga ke-17. Meskipun wilayah ini sering mengalami gempa, bangunan ini tetap berdiri berkat penguasaan desain arsitektur masyarakat pada masa itu.

 Di bawah pemerintahan Soviet yang dimulai pada akhir abad ke-19, banyak restorasi dilakukan untuk memperbaiki beberapa kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut.

Registan benar-benar pemandangan yang harus dilihat, dan pada waktu yang berbeda, kita bisa menikmati gambar yang sangat berbeda dari setiap bangunan. Apalagi kami datang saat matahari sore bersinar terang lalu berubah menjadi malam sehingga pemandangan kompleks ini di bawah lampu begitu menakjubkan.

Registan dan tiga madrasahnya.  Dari kiri ke kanan: Madrasah Ulugh Beg, Madrasah Tilya-Kori, dan Madrasah Sher-Dor.

Registan adalah alun-alun umum, tempat orang berkumpul dibingkai oleh tiga madrasah (sekolah Islam) dengan arsitektur Islam yang khas.  Alun-alun itu dianggap sebagai pusat Renaisans Timurid.

Tiga madrasah Registan adalah Madrasah Ulugh Beg (1417–1420), Madrasah Sher-Dor (1619–1636), dan Madrasah Tilya-Kori (1646–1660).  Madrasah adalah istilah bahasa Arab yang berarti sekolah.

Ulugh Beg Madrasah (1417–1420)

 Madrasah Ulugh Beg, yang dibangun oleh Ulugh Beg pada era Kekaisaran Timurid di Timur, memiliki tampilan yang mengesankan dengan lengkungan-lengkungan  yang menghadap ke alun-alun.  Sudut-sudutnya diapit oleh menara tinggi.  Panel mozaik di atas lengkungan pintu masuk asrama lelaki  dihias dengan ornamen bergaya geometris.  

Lapangan persegi mencakup masjid dan ruang kuliah, dan dibatasi oleh asrama tempat tinggal siswa.  Ada galeri yang dalam di sepanjang koridornya. Awalnya Madrasah Ulugh Beg merupakan bangunan dua lantai dengan empat darskhonas (ruang kuliah) berkubah di sudut-sudutnya.

 Madrasah Ulugh Beg adalah salah satu universitas terbaik di Timur Muslim pada abad ke-15 Masehi.  Abdul-Rahman Jami, penyair besar Persia, cendekiawan, mistikus, ilmuwan dan filsuf belajar di madrasah. Ulugh Beg sendiri memberikan kuliah di sana.  Pada masa pemerintahan Ulugh Beg, madrasah merupakan pusat pembelajaran

 Madrasah Sher-Dor (1619–1636)

 Pada abad ke-17 penguasa Samarkand, Yalangtush Bakhodur, memerintahkan pembangunan madrasah Sher-Dor. Mosaik harimau dengan matahari terbit di punggungnya sangat menarik karena penggambaran makhluk hidup dan penggunaan motif Persia.

 Madrasah Tilya-Kori (1646–1660)

Sepuluh tahun kemudian Madrasah Tilya-Kori dibangun.  Fungsinya bukan hanya asrama bagi mahasiswa, tetapi juga berperan sebagai masjid agung.  Ini memiliki fasad utama dua lantai dan halaman luas yang dibatasi oleh  asrama, dengan empat galeri. Bangunan masjid terletak di halaman bagian barat.  Aula utama masjid berlapis emas.

Berkeliling Registan cukup banyak tempat untuk beristirahat sejenak karena sebelum alun-alun ada tangga-tangga menurun model teater terbuka dan di dalamnya juga ada taman yang rimbun dan bangku-bangku untuk menikmati arsitektur bangunan serta hembusan angin.

Di dalam bangunan mulai dari lantai, dinding hingga atap langit-langitnya merupakan spot foto yang wah tidak seperti model asrama atau kampus di Indonesia. Di sini tinggal memakai baju keemasan maka kita sudah merasa berada di istana.

Oh Registan, awal malam telah datang, perut juga sudah keroncongan. Kami berjalan menuju tempat bis wisata di parkir dan menemukan monumen UNESCO di jalan setapak kota lama di belakang kawasan Registan yang  diakui sebagai  salah satu warisan dunia !.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)