BATANG, Jateng, bisniswisata.co.id: Hari sudah menunjukkan pukul 10 pagi ketika mobil menuruni jalanan berliku dari perkebunan Pagilaran menuju Sikembang Park, salah satu obyek wisata unggulan di Kabupaten Batang yang bertetangga dengan Pekalongan.
Jadwal rombongan kami, Press Tour Forum Wartawan Pariwisata ( Forwapar) Kementrian Pariwisata di Kabupaten Batang, hari ini cukup padat karena selain berkunjung ke Sikembang Park masih ada pengalaman tubing river di desa wisata Pandansari.
Batang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang hampir sebagian wilayahnya berupa pegunungan dan perbukitan. Jadi banyak sungai, air terjun bahkan pantai. Kawasan ini juga terletak tak jauh dari dataran tinggi Dieng yang berudara dingin.
Udara di luar sejuk dan segar sekali ditambah dinginnya AC mobil. Meski mata kembali mengantuk namun saya masih menikmati pemandangan. Batang yang dikelilingi gunung dan bukit membuat wilayahnya dianugrahi spot-spot epic, salah satunya di Desa Kembanglangit yaitu Sikembang Park.
Bisa dibilang obyek yang instagramable karena menawarkan pemandangan alam menyegarkan dan spot selfie yang beragam, menyebar di berbagai sudut sehingga mampu membuat para wisatawan betah untuk berlama-lama di sini.
Agro wisata Sikembang menawarkan pemandangan alam dan deretan hutan pinus yang rindang, di sini juga kerap dimanfaatkan untuk spot camping maupun pre wedding. Saat kami datang parkiran penuh dengan mobil angkot yang disewa rombongan anak sekolah dan guru-gurunya.
Lokasinya di Dusun Kebaturan, Desa Kembanglangit, Kec. Blado, Kab. Batang, Jawa Tengah. Jadi dari pusat kota Batang, pengunjung akan disambut dengan hawa sejuk dan pemandangan khas pedesaan.
Hal-hal menyenangkan yang bisa kamu lakukan di Sikembang Park a.l adalah menikmati pesona alam di Gardu Pandang karena dari sini pengunjun bisa menikmati pesona alam yang begitu hijau dan deretan hutan pinus dari ketinggian. Tiba di gardu biasanya tanpa dikomando juga sudah langsung selfie.
Tempat selfie ceria lainnya adalah dari Jembatan Bambu karena latar belakangnya nampak jalanan yang berbentuk huruf S dan hutan pinus yang rindang. Spot lainnya adalah
Rumah Pohon yang recommended sekali buat para pecinta selfie.
Spot lainnya yang kekinian dan perlu sedikit mengantri adalah foto di atas I Love U dan spot selfie di bawah payung warna-warni yang bergantungan diantara pohon pinus membentuk formasi warna yang indah.
Sikembang Park ini dipenuhi deretan hutan pinus yang rindang. Menariknya, pengelola setempat menghiasi hutan pinus tersebut dengan sejumlah payung berwarna-warni. Buat kamu yang masih belum kenyang selfie, foto-foto di bawah payung warna-warni pasti keren kalau di posting di instagram.
Capek foto-foto dari ketinggian, saya memilih duduk-duduk santai di kursi kayu bersama rekan Vivien dan Wiku. Puas ngobrol dan pingin rebahan ?. Ada hammock warna warni bisa jadi pilihan untuk sejenak merebahkan badan. Berfoto ria di atas hammock ini juga favorit pengunjung terutama yang datang berombongan karena sekali jepret bisa terlihat tumpukan hammock.
Nyatanya kunjungan ke Sikembang Park ini jadi molor dari jadwal karena anggota rombongan asyik berfoto ria. Hari sudah lewat tengah hari ketika akhirnya mobil meluncur keluar menuju Desa Wisata Pandansari untuk makan siang dan berpetualang di sungai irigasi.
Desa Wisata Pandansari
Tertidur diperjalanan, mobil tiba-tiba sudah parkir di desa wisata Pandansari, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Saya langsung mengikuti rombongan yang menyusuri pematang sawah tepi sungai irigasi.
Banyak umbul-umbul dan tulisan PLN Peduli di berbagai tempat. Kami menuju base camp River Tubing sekaligus restoran untuk menikmati makan siang yang tertunda dua jam. Rupanya Desa Wisata yang kerap disebut Deswita Pandansari ini dikembangkan atas kerjasama antara PLN, Pemkab serta komunitas masyarakat.
Sajian ayam bakar dan lalapan sambal langsung dilahap habis. Ada hidangan kue apem ukuran besar berwarna putih dan kecoklatan pula untuk teman minum kopi. Setelah sholat dan istirahat, satu jam kemudian anggota rombongan yang ikut river tubing mulai bersiap-siap.
Kami berfoto sejenak di depan tulisan Deswita Pandansari yang menjadi spot selfie pengunjung. Memakai sepatu karet, helm, pelampung dan naik ke atas truk untuk memulai petualangan sejauh 4 km-6 km.
Turun dari truk yang membawa peserta berikut ban-ban besar warna-warni yang akan kami tumpangi. Spot selfie berikutnya adalah berfoto di depan semacam gapura bambu bertuliskan Start point River Tubing.
Kami turun dua tim masing-masing lima orang. Sebelum turun ke sungai mendapat bimbingan sebentar dari instruktur cara duduk, cara melindungi tubuh dan wajah bila melewati kolong jembatan yang cukup rendah.
Pepatah Air beriak tanda tak dalam agaknya tepat untuk kondisi sungai irigasi yang disebut sungai Kupang ini. Pasalnya saat turun ke sungai yang airnya mengalir deras ternyata ke dalamannya hanya sekitar 40-50 cm sehingga tidak perlu khawatir tenggelam.
Apalagi antara satu ban dengan ban lainnya diikat sehingga menjadi rangkaian yang panjang dan disetiap ban ujung ada instruktur yang mengendalikan ban-ban. Setiap rangkaian ada pendamping lainnya, pemuda desa yang sudah biasa memandu rombongan.
River tubing, merupakan salah satu atraksi wisata yang mengiurkan bagi penyuka wahana adrenalin. Hampir mirip dengan arung jeram pada umumnya, tetapi tubing biasanya dilakukan di sungai yang sempit dan jeram yang rapat.
Ban yang digunakan ialah bekas ban dalam truk kontainer, yang dapat melindungi tubuh manusia dari sisi kanan dan kiri. Ban truk tersebut kemudian dilengkapi webing, atau tali khusus outdoor di bagian bawahnya. Tali-temali ini berfungsi menjaga bagian pantat dari wisatawan saat melewati jeram yang ada batu di bawahnya.
Saat memulai petualangan di air, saya bersyukur sempat memakai kaca mata hitam sehingga sambil menikmati arus dan mulut sibuk berzikir Asmaul Husna saya bebas memandang langit di atas jam tiga sore tanpa silau.
Memandang burung-burung yang terbang rendah di atas tubing rasanya juga ikut merasa bebas merdeka. Entah itu burung Sriti dan burung walet yang kerap terlihat di area persawahan dan aliran sungai, yang jelas mereka tampak begitu dekat.
Sambil meluncur dengan ban besar itu sejauh mata memandang baik di kiri maupun kanan memang lebih banyak melalui persawahan. Saat melintas di bawah pohon mirip kelor dan petai cina, saya jadi takjub sendiri karena daun-daunnya yang kecil-kecil terlihat eksotis berlatar belakang birunya langit dan sinar matahari yang menerobos sela-sela daun.
Petualangannya cukup seru dan kadang rangkaian ban berputar-membuat lingkaran. Saat melewati aliran sungai yang lebih rendah terdengar aba-aba agar posisi tubuh dan masing-masing ban menyamping bukan berbaris sehingga dapat menjatuhkan diri tanpa terbalik.
Setelah tiga kali menepi dan naik ke tepi sawah menghindari jembatan-jembatan yang terlalu sempit untuk dilalui akhirnya mendekati garis finish juga. Rupanya titik akhir adalah di tempat tulisan besar Deswita Pandansari.
Untuk membilas badan di kamar mandi yang tersedia, kami melewati warung-warung yang menjajakan opak dari singkong untuk oleh-oleh. Rupanya banyaknya wisatawan nusantara yang datang dari kota Batang dannkota lainnya di Jateng membuka peluang masyarakat untuk membuka usaha bahkan kini sudah ada homestay buat yang ingin menginap.
Perjalanan di hari kedua Press Tour ini memberikan pengalaman-pengalaman menantang mulai dari hutan pinus hingga perjalanan dengan ban besar di sungai. Untunglah perjalanan sore itu berakhir dan besok mengunjungi obyek-obyek wisata alam lainnya.