DESTINASI HOTEL INTERNATIONAL NEWS

Mengikuti Pemelaspasan, Upacara Pembersihan dan Penyucian Bangunan Baru di Bali.

ULUWATU, bisniswisata.co.id: Pagi-pagi bli Eddy, pemilik rumah Maya Rustic melakukan inspeksi, mengelilingi halaman rumahnya yang luas dan asri dengan tanaman-tanaman herbal sambil membawa tempat berbentuk rak kayu penuh ukiran.

” Jam 8.00 Wita ada upacara Pemelaspasan atau Malaspas untuk dua bangunan baru yang ada serta upacara pembersihan rumah sekalian,” ujarnya singkat ditemani kakak iparnya. Bangunan baru yang dimaksud adalah dua kamar tidur yang melengkapi 14 kamar yang sudah ada.

Hari masih menunjukkan pukul 6.30 pagi, saya langsung minta izin melihat upacara dari dekat apakah diperbolehkan untuk menonton nanti bergabung mengikuti upacara tersebut. Bisa melihat upacara tanpa harus keluar dari lingkungan Maya Rustic membuat saya bersemangat karena cuaca di Bali saat ini ekstrim sangat panas.

Bli eddy memulai usaha homestay dengan dua kamar hingga sekarang total menjadi 16 kamar. Dua diantaranya adalah bangunan baru yang mulai ditempati dan mengawalinya dengan upacara adat dulu sekaligus ‘pembersihan’ rumah dari roh-roh jahat. 

Maya Rustic sebagian besar juga memanfaatkan barang-barang antik, tidak lagi kinclong tapi barang bekas antik yang bermanfaat mulai dari ranjang, lukisan, lemari dan benda fungsional lainnya untuk penghias pintu, toilet. Barang berusia puluhan tahun bisa saja punya keterikatan erat dengan pemilik sebelumnya yang sudah tidak ada lagi di muka bumi 

“Jadi upacara Pemelaspasan ini untuk membersihkan semuanya yang buruk dan melekat pada benda maupun hati manusia,” jelas bli Eddy.

Hidup I Wayan Edi Martono,SE, pria asli Bali yang akrab disapa bli Eddy ini tidak pernah meninggalkan tradisi dan upacara dalam agamanya sebagai penganut Hindu. Itulah sebabnya tidak ada kata terlambat untuk membuat upacara ini meskipun dua bangunan kamar yang dibangunnya langsung terisi.

Upacara berlangsung di halaman rumah menuju pintu masuk. Di kawasan Nyang-nyang, Uluwatu, keluarga besar bli Eddy yang memiliki tanah sekitar 10 hektar di berbagai tempat tampak hikmad mengikuti acara dan setelah pendeta menyucikan air dan sesajen yang berisi bunga-bunga, buah, telur bebek dan barang lainnya mereka memerciki setiap halaman depan kamar-kamar yang ada.

 

Eddy ( kiri atas) menyiapkan upacara dan sesaji serta pembacaan mantra-mantra

Selain saya ada Roberta seorang dokter gigi dari Brazil yang langganan tinggal di Maya Rustic setiap kali datang ke Bali. Roberta bekerja di Perth jauh dari tanah kelahirannya dan sangat menyukai adat Bali. Kami berdua berbaur dengan keluarga besar mengikuti upacara ini.

Sesuai namanya, Maya Rustic, maka bli Eddy tetap menjaga keselarasan bangunan kamar-kamarnya dimana setiap kamar berada dalam rumah kecil dengan atap genting maupun atap asbes dan sirap. Jika difoto dari udara akan terlihat seperti sebuah pedesaan. 

” Saya tidak mau bikin lingkungan sesak dengan kamar, tapi penempatan kamarnya juga harus bagus sehingga menjadi satu kesatuan dengan alam. Rimbunnya pepohonan dan banyaknya tanaman herbal membuat turis betah tinggal di sini,” kata bli Eddy.

Upacara Pemelaspasan / Melaspas adalah upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau baru ditempati lagi, seperti rumah, kantor, toko dan lain sebagainya. Kata melaspas berasal dari bahasa Bali yang terdiri atas dua kata yakni Mlas dan Pas. Mlas artinya pemisah dan Pas artinya cocok.

Dari kedua rangkaian kata tersebut, melaspas berarti pembuatan bangunan biasanya terbuat dari dua unsur, yakni kayu dan batu dan apabila disatukan akan berbentuk bangunan cocok dan sangat layak untuk ditempati dan ditinggali.

Bagi umat Hindu, upacara ini wajib dilaksanakan dan sudah menjadi tradisi turun-temurun hingga saat ini. Upacara ini digelar agar orang yang akan tinggal di bangunan tersebut merasa aman dan tentram serta betah dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sebelum upacara Melaspas, yang dilakukan terlebih dahulu adalah Macaru. Hal ini memiliki tujuan untuk nedunang Bhutakala atau mengundang sang Bhutakala untuk dihaturkan Labaan (sesajen). Dengan harapan agar Bhutakala tersebut kembali ke  tempatnya masing-masing  atau mengembalikan berbagai roh-roh yang tadinya tinggal atau mendiami bangunan tersebut ke tempat asalnya. 

Kemudian menghadirkan Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa Rintangan yang bertujuan untuk menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu. Setelah Macaruan selesai, baru dilanjutkan dengan rangkaian dari upacara Melaspas, yaitu mengucapkan orti pada mudra bangunan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Orti adalah simbol komunikasi, sebagai permohonan dalam perlengkapan upacara dalam Pamelaspasan.

Upacara berlangsung sekitar tiga jam, suara gamelan dan pendeta Hindu mengantarkan sesajian dengan mantra meredup lalu hilang jam 11.00 siang. Suasana kembali senyap, penghuni kamar entah masih terlelap tidur atau sudah beraktivitas lagi ke obyek-obyek wisata yang ada. 

Saya spontan merancang buka puasa sore nanti bersama Roberta, tamu Brazil serta bli Eddy dan lainnya sebelum pulang dan berlebaran di Jakarta. Saat bulan suci Ramadhan melihat upacara pembersihan dan penyucian bangunan maupun spirit dalam diri manusia suatu berkah tersendiri. Alhamdulilah.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)