BERAKAS, Brunei, bisniswisata.co.id: Selesai upacara Berbedak pengantin putri Zaahiyah binti Moddin, Hajah Salamah, ibunda sang pengantin menarik tangan saya untuk keluar rumah, mengantri makanan khas Brunei Darrussalam bernama Ambuyat.
Layaknya pesta hajatan, selain tersedia menu prasmanan, ada tersedia pula makanan khas lainnya seperti Ambuyat yang membuat saya terkejut karena mirip dengan pepeda makanan khas Maluku dan Papua yang bahan dasarnya sama yaitu tepung sagu.
“ Ambil dulu cacah dan ikan masak ampap serta sumpit kayu atau chandas untuk mengulung-gulung bubur dan dicelupkan ke cacah,” kata Hj.Salama.
Setelah mengambil makanan pelengkap Ambuyat seperti cacah, ampap ikan maupun ikan yang digoreng, dilengkapi sambal belacan, saya tiba giliran menunggu tepung sagu yang di olah langsung dalam mangkuk menjadi bubur sagu dengan cepat.
Makanan tradisional yang sangat digemari masyarakat Brunei ini memiliki tekstur sangat lengket dan berwarna putih seperti lem. Satu mangkuk sagu bisa dinikmati bersama-sama, caranya dengan menggulung pada dua bilah bambu. Sagu yang sudah terjepit langsung di celup di cacah dan dilahap.
Selesai mengambil Ambuyat, saya berpindah duduk di meja makan besar di ruang makan dalam rumah besar itu dan kehadiran saya di ruangan membuat kehebohan kecil karena para sepupu pengantin langsung ikut menyerbu pondokan Ambuyat di halaman rumah
Cacah yang tampilannya mirip sambal berwarna putih kekuningan dengan irisan halus cabai rupanya memakai jeruk bambangan (semacam buah asam endemik di wilayah Borneo) yang dipercaya dapat meningkatkan selera makan.
Ambuyat dinikmati dengan kuah kuning atau kuah asam pedas dan memiliki lebih banyak pilihan kuah, mulai dari kuah ikan hingga saus tempoyak yang terbuat dari durian. Namun kali ini tidak ada saus tempoyak.
Sambil menikmati Ambuyat saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman baru mengikuti adat istiadat dari negeri yang dipimpin oleh seorang sultan yang bernama Hassanal Bolkiah. ini.
Terlebih lagi sebagai negara yang terletak di pulau Kalimantan, Brunei ternyata memiliki makanan khas yang tidak berbeda jauh dengan Indonesia.
Ambuyat dikenal juga di beberapa negara bagian Malaysia, Sarawak dan Sabah serta wilayah federal Labuan yang mengonsumsi papeda atau Ambuyat yang banyak mengandung karbohidrat kompleks.
Di sabah, Ikan masak ampap merupakan makanan tradisi suku kaum Kadazan Dusun yang terdapat di negeri Sabah. Dalam sajian ini, ikan yang digunakan ialah ikan basung karena ikan ini sangat digemari mapsyaprakat di Sabah dan kebanyakan orang akan memakan makanan ini bersama dengan Ambuyat.