BARCELONA, bisniswisata.co.id: Ribuan warga Barcelona yang marah turun ke jalan selama akhir pekan untuk berpartisipasi dalam protes terhadap pariwisata massal di kota Spanyol tersebut. Senjata pilihan mereka? Pistol air yang sederhana.
Rekaman video menunjukkan pengunjuk rasa menyemprotkan air dari pistol warna-warni ke arah wisatawan yang sedang makan di Las Ramblas, sebuah distrik yang banyak dikunjungi turis.
Dilansir dari.nbcnews.com, ketika turis-turis yang basah kuyup dengan canggung bergegas pergi, warga Catalan terlihat meneriakkan “turis pulang” dan menggunakan birokrasi untuk menutup pintu masuk hotel dan restoran. Pengunjuk rasa lainnya memegang poster yang bertuliskan “pariwisata membunuh kota.”
Adegan tersebut merupakan bagian dari aksi protes yang lebih luas yang melibatkan sekitar 2.800 orang yang menyerukan pembatasan pariwisata di kota asal mereka, menurut data polisi. Namun pihak penyelenggara mengklaim bahwa jumlah orang yang ambil bagian tujuh kali lebih banyak, Telegraph melaporkan.
Pada hari Sabtu, Jaume Collboni, Wali Kota Barcelona yang berasal dari Partai Sosialis, memperbarui “komitmen tegasnya” untuk menghilangkan persewaan jangka pendek bergaya Airbnb di kota tersebut dalam waktu lima tahun.
Dalam postingannya di platform media sosial X, Collboni mengatakan rencana perumahan baru akan menghapus lebih dari 10.000 properti dari penggunaan wisata untuk dikembalikan kepada penduduk.
Ia menambahkan bahwa biaya tambahan pajak wisatawan akan ditingkatkan dari €3,25 (US$3,52) menjadi €4 (US$4,33) per malam, sementara sebagian pendapatan wisatawan akan digunakan untuk berinvestasi pada proyek lokal.
Barcelona mengumpulkan sekitar €95 juta (US$102,9 juta) pajak turis per tahun, namun pengeluaran yang dikeluarkan dari pariwisata, termasuk biaya kebersihan, keamanan, dan transportasi, berjumlah €142 juta (US$153,8).
Spanyol dikunjungi sekitar 85,1 juta pengunjung internasional sepanjang tahun 2023, menurut Institut Statistik Nasional, dengan 15,6 juta mengunjungi Barcelona khususnya. Namun ibu kota Catalan bukan satu-satunya tempat di mana penduduk lokal Spanyol berjuang melawan pariwisata yang berlebihan.
Pada bulan April, puluhan ribu orang berpartisipasi dalam demonstrasi terbesar menentang pariwisata di Kepulauan Canary, sebuah komunitas otonom di Spanyol. Upaya ini didukung oleh kelompok lingkungan hidup termasuk Greenpeace, WWF, dan Friends of the Earth.
Pada bulan Mei, sekitar 10.000 orang di Pulau Mallorca di Spanyol menghadiri demonstrasi serupa untuk memprotes kurangnya perumahan yang terjangkau akibat meningkatnya pariwisata.
Pada bulan Juni, penduduk setempat menduduki pantai Calo des Moro di Mallorca untuk melindunginya dari wisatawan. Sekitar 300 orang memegang spanduk bertuliskan “Warga SOS,” sementara beberapa peserta membagikan selebaran kepada wisatawan Inggris dan Jerman.
Bulan lalu, 15.000 orang lagi di Málaga—destinasi liburan populer di Spanyol, terutama di kalangan wisatawan asal Inggris dan Prancis—berunjuk rasa menentang tingginya volume wisatawan.
Kota ini, yang terletak di dekat resor Costa del Sol, telah memicu gentrifikasi yang cepat, menyebabkan harga rumah melambung tinggi dan harga sewa jangka pendek berlipat ganda.
Saat ini terdapat lebih dari 400.000 persewaan jangka pendek di seluruh Spanyol, menurut angka dari AirDNA, sebuah perusahaan layanan informasi.
Namun pemerintah Spanyol mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan larangan nasional terhadap penyewaan tempat wisata di dalam bangunan tempat tinggal.
Spanyol bukanlah satu-satunya negara yang bosan dengan wisatawan. Tahun lalu, kota Amsterdam meluncurkan kampanye iklan dengan pesan video “menjauhlah” yang ditujukan kepada turis muda pria asal Inggris yang gaduh. Yunani dan destinasi populer lainnya juga mempertimbangkan tindakan keras terhadap persewaan jangka pendek.