BALI, bisniswisata.co.id: Kinerja perhotelan Bali pada kuartal pertama (Q1) 2025 diperkirakan sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya karena Ramadhan jatuh pada awal Maret, yang memengaruhi kedatangan tamu domestik.
Dilansir dari realestateasia.com, pasar pemerintah dan korporat juga diperkirakan menurun karena lebih sedikit kegiatan bisnis di awal tahun. Dampak dari pengetatan anggaran perjalanan bagi ASN masih belum pasti. Oleh karena itu, pelaku usaha perhotelan diperkirakan akan menghadapi kinerja yang rendah pada awal 2025.
Pada pertengahan November 2024, pemerintahan baru pimpinan Presiden Prabowo Subianto mengumumkan pemotongan anggaran perjalanan dinas sebesar 50% bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), yang berdampak signifikan terhadap kinerja perhotelan, terutama bagi mereka yang mengandalkan pasar MICE pemerintah.
Pasar MICE di Bali menguntungkan dalam hal pendapatan, karena tidak hanya melibatkan ruang pertemuan dan F&B tetapi juga pemesanan kamar. Acara pemerintah daerah cenderung lebih sedikit dan menggunakan lebih sedikit kamar.
Bulan Oktober hingga minggu kedua Desember bukanlah musim liburan puncak, jadi tidak mengherankan jika jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Bali relatif rendah, menurut laporan Colliers.
Pada bulan Oktober, kunjungan wisatawan domestik tercatat sebesar 828.647 orang, turun 3,2% dari bulan September dan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 559.911 orang, turun 5,7% dari bulan September.
“Total kunjungan pada bulan Oktober sebanyak 1.388.558 orang; turun 4,3% dari bulan sebelumnya, yang memengaruhi kinerja hotel,” tambah laporan tersebut.
Berikut informasi selengkapnya dari Colliers:
Pasar domestik di Bali tidak hanya mencakup wisatawan rekreasi tetapi juga kelompok dari sektor pemerintah dan korporat, terutama untuk kegiatan MICE.
Wisatawan dari negara-negara Asia Pasifik, khususnya Australia, India, Tiongkok, Korea Selatan, dan Malaysia; terus mendominasi pasar Bali, sementara wisatawan Eropa sebagian besar berasal dari Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Rusia.
Daerah seperti Ubud dan Uluwatu tetap populer di kalangan wisatawan mancanegara karena daya tariknya yang unik.
Langkah efisiensi pemerintah sebesar 50% pada perjalanan dinas, yang diumumkan pada pertengahan November, telah berdampak pada beberapa hotel di Bali.
Periode Oktober hingga minggu kedua Desember, yang biasanya dikaitkan dengan acara MICE dari perusahaan dan pemerintah, mengalami penurunan kunjungan wisatawan karena bukan musim liburan.
Tamu rekreasi, baik domestik maupun internasional, mulai berdatangan ke Bali pada minggu ketiga Desember, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, dengan puncak libur Tahun Baru diperkirakan berlangsung hingga minggu pertama Januari.