Pemandangan kota Tashkent di waktu malam ( foto-foto: William Satriaputra )
William Satriaputra, Ketua Forum Komunikasi Alumni ( FKA) ESQ wilayah Eropa dan Afrika yang juga eksekutif INNIO Groups menuliskan perjalanan wisata religinya Menelusuri Jalur Sutra. Berikut laporan perjalanannya bagian ke tiga.
Perjalanan selanjutnya masih mengeksplor Bukhara terutama mengapa dijuluki Kubah Islam di Timur. Bukhara di masa lalu pernah menyaingi Bagdad dan dalam sejarah di hancurkan dua kali oleh Mongol dan Rusia namun peninggalan Islam di Bukhara masih cukup banyak. Lebih dari 140 situs sejarah Islam masih ada di sana.
Sebelumnya saya sudah mengangkat kisah tentang Bukhara dan kali ini saya mengangkat tiga objek sekaligus karena letaknya juga berdekatan di taman Samani. Pertama, Chashma Ayub Mausoleum, lalu ke Chor Bakr Four Brothers dan Kompleks Bahauddin Naqshbandi.
Saya pernah berkunjung ke Gua Nabi Ayub dan sumur Nabi Ayub di Sanliurfa demikian juga makamnya di Harran. Namun di Bukhara terdapat jejak Nabi Ayub yang melakukan perjalanan ke Bukhara dan dengan tongkatnya maka keluarlah air dari penggalian sumur di tempat ini yang airnya sampai sekarang dianggap dapat menyembuhkan berbagai penyakit (healing).
Kedua, makam Ismail Samani. Tempat ini merupakan karya arsitektur Asia Tengah yang paling dihargai yang dibangun antara 892 dan 943 M sebagai tempat peristirahatan Ismail Samani.
Dia merupakan amir yang kuat dan berpengaruh dari Dinasti Samaniyah, salah satu pribumi terakhir Dinasti Persia yang berkuasa di Asia Tengah pada abad kesembilan dan ke-10, setelah Samaniyah merdeka dari Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad.
Ketiga, mausoleum Imam Bukhari. Museum ini di buka tahun 2001 dan di rancang oleh arsitek Z. Klichev. Pameran yang di tampilkan disini khusus tentang kehidupan dan pekerjaan Imam Muhammad ibn Ismail al Bukhari atau biasa disebut Imam Bukhari. Berbagai karya asli pribadi disimpan disini.
Sekitar 5 km sebelah barat Bukhara dimana ladang ladang terpisah oleh barisan pohon pohon Mulberry terdapat bangunan yang tidak umum disebut Chor Bakr Necropolis atau 4 saudara. Disebut kota mati karena ribuan tahun yang lalu ketika kaum Derwish tinggal disana sudah ada makam makam.
Ketika di abad X Bukhara dibawah kekuasaan dinasti Samanid hidup keluarga Sayid Zubair (keturunan nabi Muhammad) yang pegang peran penting dalam kehidupan di kota tsb. Zubair dan keturunannya di makamkan ditempat ini.
Dibawah penguasa Dinasti Shaybanid Abdulrahman II pada tahun 1560 diputuskan untuk mendirikan Masjid, madrasah dan lainnya untuk mengenang keluarga Zubair yang terhormat. Sebagai hadiah untuk sang guru Zubair Sheikh Muhammad Islam yang meninggal tahun 1563.
Tahun 1594, putra Zubair Abu Bakar Said meninggal dimakamkan disebelah sang ayah. Setelah itu keluarga yang meninggal Abu Bakar Fazl dan Tojidin Khasan juga dikuburkan disana. Ke 4 orang inilah yang disebut Chor-Bakr atau four brothers. Struktur makam disini berbeda dengan yang ada di Shakhi- Zinda Nekropolis.
Perjalanan berikutnya kami meniti jalan spiritual seorang wali Allah. Sekitar 12 km dari Bukhara terdapat Kompleks Bahauddin Naqshbandi seorang sufi yang tersohor dan filsuf yang lahir pada tahun 1318.
Di kompleks tersebut terdapat makam, masjid, minaret, lapangan rumput dan kolam. Lahir di Qasrel Arifan sebuah desa di Bukhara pada tahun 1317. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah melalui Sayidina Al-Husain RA.
Beliau berguru pada Khoja Baba Sammasi (guru besar sufi), di lanjutkan kemudian belajar pada Sayid Amir Kulali lalu Khoja Abdul Khaliq Gujdawani, Khoja Arif Zulkarnain dan Hakim Ata. Dan mengalami berbagai peristiwa spiritual.
Bahauddin Naqshbandi meninggal tahun 1391. Disamping menjadi guru spiritual Amir Timur, pemimpin kebangkitan Islam di Turki seperti Erbakan dan Erdogan berafiliasi dengan tarekat ini.
Tasawuf bagi Naqsabandi berprilaku sosial yang positif. Bukan hanya sekedar budi pekerti yang luhur, juga berbuat kebajikan pada sesama mahluk Allah, mengulurkan tangan pada yang memerlukan bantuan dan menghargai waktu.
Dengan demikian Naqsabandi tunduk kepada Nabi Muhammad secara paripurna, menjalankan perintahnya, menghindari larangannya, meneladani perbuatannya dan menghayati spiritualnya sesuai ajaran Islam menurut mazhab ahlussunnah wal jamaah. Banyak ulama yang mengakui bila Tarekat Naqsabandiyah sari pati semua tarekat sufi.

Tinta Emas Presiden Soekarno
Hari berikutnya kami terbang menuju – Tashkent dengan oenerbangan lokal. Mulai banyak orang Indonesia yang datang ke Tashkent karena Presiden Pertama RI ini pernah berkunjung dan berjasa . Oleh karena itu meski jauh di mata dekat di hati.
Soalnya pada 5-6 September 1956 Bung Karno mendarat di Tashkent dan amat terkesan dengan masyarakat di Uzbekhistan. Banyak persamaan dengan Indonesia termasuk keramahan penduduknya sehingga kerap menyebut negara itu seperti rumah sendiri.
Puncak dari kunjungan di Tashkent ketika bicara di stadion Pakhtakor (Dinamo Stadium) tentang Pancasila, kerja sama dengan Rusia dan penjajahan. Padahal saat itu Uzbekhistan dikuasai Rusia. Stadion meledak dengan pekikan Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Di akhir kunjungan di Tashkent tanggal 6 September 1956 Sang Putra Fajar menulis : hari ini saya meninggalkan Tashkent. Tetapi hati saya akan selalu teringat kepada saudara saudara dan kebaikan budi saudara-saudara. Selamat tinggal, selamat bekerja. Hiduplah persahabatan kita.
Itulah sebabnya bagi Bung Karno Uzbekistan itu jauh di mata dekat di hati. Pada 26 Desember 1991 Uzbekistan merdeka 35 tahun setelah Bung Karno mengunjungi Uzbekistan. Rangkaian kalimat yang dibuat dengan “Tinta Emas” beliau kini terwujud.
Alhamdulillah kami mendapatkan kesempatan dan mendapatkan ticket pesawat dari Bukhara ke Tashkent. Setelah sebelumnya pesanan ticket dari Belanda di anulir dan melalui network disana setelah berliku liku akhirnya ticket kami dapatkan.
Perjalanan dengan pesawat memakan waktu sekitar 1 jam dengan Airbus 320. Sama halnya ketika memesan ticket kereta cepat Afrosiyab ticket tidak bisa dibeli online sehingga menggunakan jasa network dan mendapatkan seat kelas business.
Hari pertama kami menikmati sudut sudut kota Tashkent yang bersih dan indah dan kota terbesar di Asia Tengah yang juga menjadi ibu kota Uzbekistan.Tidak kurang dari 200 monumen arkeolog berada disini.
Di kota besar penduduknya terlihat modis dan wajah wanitanya adalah kategori cantik dan sangat cantik. Perpaduan berbagai bangsa di masa lalu yang menjadikan mereka unik dengan postur nyaris sempurna. ( Bersambung)