Kuliner Indonesia Sulit Bersaing di Luar Negeri, Kenapa?

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kuliner Indonesia memang sangat kaya, beragam, khas, juga rasanya lezat bahlan banyak digemari. Contohnya, rendang, termasuk dalam daftar teratas makanan terenak di dunia. Sayangnya, kuliner Indonesia belum begitu terkenal secara internasional, belum mendunia dibandingkan makanan khas Asia Tenggara lainnya seperti Thailand dan Vietnam. Kenapa?

“Memang benar kuliner Indonesia sangat laku dan disukai, tapi belum terkenal. Beda dengan makanan khas Korea, Jepang atau Thailand bahkan Vietnam, karena kurangnya promosi skala internasional,” ucap Chef Degan Septoadji disela-sela acara peluncuran Festival Kuliner KRAFT, pekan lalu.

Disisi lain, lanjut dia, masakan dari negara lain begitu terkenal karena memiliki komunitas yang besar di luar negeri dan mereka sangat menyintai kulinermya. Misalnya, masakan khas Vietnam di Australia komunitasnya besar banget. Apalagi Chinese, mereka sudah mendunia sekali, karena China Town ada di berbagai negara. “Komunitas dari negara-negara itu juga telah terbentuk sejak lama. Dan mereka sangat mengakar,” papar Dejan yang pernah menjadi juri Masterchef .

Karena itu, impor bahan-bahan masakan khas negara tertentu bisa lebih mudah dilakukan. Vietnam mempunyai banyak komunitas karena banyak pengungsi sewaktu perang di negara mereka yang cukup banyak dan bisa sukses di negara tempat mereka mengungsi, termasuk di Amerika. “Mereka bisa impor barang-barangnya. Jadi kalau saya ke Australia mau masak masakan Vietnam, bahan aslinya bisa dibeli di sana. Kalau Indonesia belum ada,” ungkapnya.

Dilanjutkan, sedikitnya bahan baku untuk membuat kudapan khas Indonesia menyiratkan bahwa komunitas masyarakat Indonesia paling sedikit di antara negara-negara lainnya. Jika ingin masak masakan khas Indonesia, biasanya harus membeli bahan di toko yang menjual bahan makanan Thailand atau Vietnam.

Bahan pun harus disesuaikan dengan yang ada. “Kalau bikin terasi biasanya dari toko Thailand. Santan khas Indonesia saja belum banyak. Paling yang ada kecap manis, tapi dari Indonesia juga masih terbatas,” sambungnya.

Diakui, menjamurnya restoran khas Thailand, Vietnam, Singapura maupun Malaysia membuat makanan dari negara tersebut lebih dikenal. Hal ini membuat makanan Indonesia kalah populer.

Bahkan ada yang menganggap nasi goreng dari Singapura karena restoran Indonesia di luar negeri kesulitan mendapatkan bahan pembuatannya. “Untuk itu, distribusi bahan makanan seperti rempah itu penting supaya kita bisa dapat bahannya. Kita berharap masalah ini jadi perhatian semua pihak termasuk pihak-pihak yang berkepentingan,” pungkas Chef Degan.

Meski demikian chef Degan Septoadji yakin masakan Indonesia sanggup menjangkau kelas dunia, termasuk untuk gastronomi. “Masakan Indonesia sebenarnya bisa jadi kelas gastronomi, cuma tinggal tekniknya saja. Begini, dahulu masakan Prancis juga sama seperti Indonesia, tradisional sekali, tidak peduli soal penampilan. Bagi masyarakat dahulu, yang penting perut terisi dan enak.” jelasnya

Memang sajian makanan tradisional kurang memperhatikan estetika, juga sempat meronai hampir semua kuliner kelas dunia saat ini, seperti Thailand, Jepang, Itali, bahkan Taiwan. “Kalau melihat dalam versi kampung-nya mereka, pasti juga malas rasanya untuk memakan,” lanjut Degan.

Dilanjutkan, untuk menjadikan makanan lokal menjangkau kelas gastronomi dunia sebagaimana Prancis atau negara lain, maka teknik masak hingga penyajian perlu diperhatikan secara saksama. Dicontohkan gado-gado. Di Indonesia, gado-gado nyaris tidak memiliki keindahan saat disajikan, karena semua bahan dicampur aduk dengan bumbu kacang menjadi satu. Padahal, bila bumbu dibuat terpisah, sayuran dan bahan lain ditata dengan lebih apik, gado-gado bisa tampil semenarik salad.

“Kuliner Indonesia itu paling mudah masuk fine dining karena warnanya beraneka macam. Namun mesti tahu tekniknya biar kelihatan bagus dengan rasa yang sama, ini juga terkait dengan teknik masak dasarnya juga,” tambahnya. (ndy)

Endy Poerwanto