DEPOK, bisniswisata.co.id: Setelah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik Film Benyamin Biang Kerok, kini giliran Komunitas Betawi melakukan kritik keras terhadap film yang beredar 1 Maret 2018. Jika YLKI menyoroti film dimainkan Reza Rahadian tak layak ditonton anak-anak, sementara Komunitas Betawi menilai film garapan Hanung Bramantyo merupakan aksi penipuan terhadap budaya betawi serta sekedar memanfaatkan nama seniman Betawi, Benyamin Sueb.
“Menurut saya dia ini hanya mendompleng nama Benyamin Sueb sebagai tokoh betawi untuk komersialisasi film. Padahal tak ada sangkut pautnya sama sekali dengan betawi, jadi ini penipuan,” kata Ketua Perkumpulan Betawi Kita Roni Adi dalam diskusi Film dan Stigmatisasi Orang Betawi di Komunitas Bambu, Depok, Minggu kemarin. Diskusi dihadiri sejarawan JJ Rizal, Sekjen Forum Jurnalis Betawi M Syakur Usman, dan tokoh betawi lainnya.
Selain menipu, sambung dia, film Benyamin Biang Kerok juga menghina Benyamin Sueb sebagai tokoh kebudayaan betawi. “Benyamin yang digambarkan di film itu seolah-olah Benyamin itu kayak orang idiot, orang bodo. Padahal Benyamin adalah orang sangat cerdas utamanya dalam mengembangkan kebudayaan betawi di masyarakat,” lontarnya serius.
Disisi lain film ini lebih menonjolkan pornografi, kekerasan dan minum-minuman keras. “Tidak ada sama sekali unsur betawi yang digembar-gemborkan, ini namanya penipuan,” katanya.
Dihimbau agar masyarakat Betawi, tidak menonton film ini. Bahkan mendesak keluarga Benyamin Sueb membatalkan pemakaian nama Benyamin untuk bagian kedua yang sudah dibuat dan tayang Desember 2018. “Sebab pihak pembuat film mangkir dari pakem moral yang disepakati. Sudah saatnya para produser menghentikan film-film yang hanya mempertebal stigma negatif tentang orang Betawi,” tegasnya.
Fadjriah, perwakilan Perkumpulan Betawi Kita menambahkan Komunitas Perkumpulan Betawi Kita mempemrotes film yang menggunakan judul serupa yang dimainkan Benyamin S pada 1973. “Kayaknya tidak serius dalam menggarap cerita. Namanya Benyamin Biang Kerok, pasti membayangkan bagaimana Benyamin membuat karakter Pengki, dengan kejahilan tapi tetap bikin merasa bahagia, tukang onar yang lucu dan jenaka,” kata Fadjriah.
Dalam pernyataan resmi Perkumpulan Betawi Kita, sambung dia, Dulu Benyamin itu mendobrak sistem yang tabu dan hasilnya pembaruan, konsepnya pembaruan. Dan spirit itu tidak tampak dalam Film Benyamin Biang Kerok. “Kami menilai mayoritas narasi, adegan, gaya hidup yang dibawa dalam film karya Hanung itu tidak hadir pikiran di dalamnya.” sambungnya.
Semua asal comot. Memang benar Benyamin juga asal comot, tetapi beda asal comot dengan kreativitas dibanding asal comot yang tanpa pikiran, tulisnya dalam pernyataan secara resmi.
Komunitas yang mengatasnamakan Betawi itu juga menilai Hanung banyak menjiplak banyak adegan ala Hollywood berlatar spionase seperti James Bond. Juga dengan kehadiran gambaran kehidupan malam seperti perjudian dan minuman keras juga dinilai tak sesuai dengan semangat Benyamin dan budaya Betawi.
Kehadiran sejumlah bintang film papan atas seperti Lidya Kandou, Omas, Meriam Bellina, hingga Rano Karno dinilai tak mampu memberikan nilai lebih pada film yang diproduksi Falcon Pictures itu. “Benar dengan film ini nama Benyamin menjadi naik dan dibicarakan lagi, tapi buat apa jika dinaikkan untuk dipermalukan. Buat apa jika dibicarakan untuk jadi bahan dikasihani nasibnya yang dilecehkan,” tulis pernyataan tersebut.
Kritik juga diberikan kepada Falcon Pictures yang disebut mengabaikan pesan keluarga Benyamin untuk menghindari sejumlah hal seperti pusar, rokok, minuman keras muncul dalam film. Pelanggaran ini dianggap membuat nilai dan budaya Betawi semakin hilang.
Komunitas itu pun menyeru kepada masyarakat Betawi untuk menunda menonton film tersebut, dan meminta kepada pihak keluarga Benyamin membatalkan pemakaian nama seniman tersebut di bagian kedua film yang tayang Desember mendatang.
“Betawi hanya tempelan, kayak cuma lagu Ondel-ondel dan terus munculin kerak telor. Terus Babe [Benyamin Sueb] enggak pernah mau ada rokok atau minuman bir di filmnya, itu pun sudah pesan keluarga. Keluarga kasih pakem, tapi semua dilanggar,” kata Fadjriah.
Di sisi lain, putra sekaligus ketua Yayasan Benyamin Sueb, Beno Rachmat menyatakan bentuk kekecewaan atas film tersebut adalah hal yang wajar. “Kalau saya pribadi wajar ada yang suka dan tidak suka. Itulah dinamika di dunia kita hidup,” kata Beno seperti dikutip laman CNNIndonesia.com, Senin (12/03/2019).
Ditemui pada 26 Januari 2018, saat momen ziarah ke makam Benyamin Sueb di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Benny Pandawa mengatakan pihak keluarga memberikan pakem kepada Falcon Pictures atas film tersebut. Benny, anak bontot dari Benyamin Sueb dari istri pertama Noni menyebut rokok, minuman keras, dan SARA tidak direstui keluarga untuk masuk ke film. (NDHYK)