HALAL HILDA'S NOTE

Ketika Manusia 'Magang' Jadi Tuhan 

Prof Dr. Ali Nurdin, MA ( tengah) bersama jemaah anggota CSC ( Foto: Munir/ humas CSC)

JAKARTA, bisniswisata co.id : Seminggu sebelum memasuki bulan Ramadhan, Citos Swimmer Community ( CSC), sebuah  komunitas renang di kolam renang Citos Jakarta Selatan yang usianya sudah berusia lebih dari 30 tahun menggelar tradisi silaturahim menjelang bulan puasa biasa disebut Munggahan dengan ceramah agama oleh Prof Dr. Ali Nurdin, MA.

Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam  untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilakukan pada akhir bulan Sya’ban. Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama, saling bermaafan, dan berdoa bersama.

Kegiatan yang berlangsung di rumah Itje Her, pemilik jaringan salon Itje Her di kawasan Cipete dan Cinere ini dipenuhi oleh para anggota CSC baik Muslim dan Non Muslim di awali dengan mendengarkan paparan ustad kebanggaan yang menjelaskan bahwa inti ceramahnya adalah pentingnya silaturahim.

 “Silaturahim itu dapat terjadi apabila komunitas seperti CSC ini anggotanya bisa saling menghargai. Kalau anggota CSC lagi kumpul di kolam renang ada yang ngomongnya ngegas, sombong, menyakiti hati dan tidak menghargai pendapat yang lain maka silaturahmi menjadi ambyar” kata Ali Nurdin.

Silaturahmi dapat terjadi jika satu-sama lain itu saling menghargai. Kuncinya adalah saling menghargai karena jika salah satu anggota ada yang merasa jadi orang paling suci dan paling hebat maka spirit persatuan hilang.

Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) yang juga dosen tetap Institut PTIQ Jakarta ini mengingatkan bahwa silaturahim itu penting dalam kehidupan sosial bahkan mencegah seseorang untuk ‘magang’ jadi tuhan yaitu orang yang cenderung membicarakan orang lain, bahkan menilai amalan seseorang dan seolah dialah yang paling benar.

” Semua persoalan sosial masyarakat itu karena ada kecendrungan magang jadi tuhan. Sebagai umat beragama dia tahu hanya dilahirkan sebagai seorang manusia. Tapi dalam kehidupannya kemudian kerjanya  sibuk menilai orang lain. Mudah menuduh orang masuk neraka, si anu wafat pasti menjadi penghuni surga dan komentar lain yang keluar dari mulutnya,” kata ustad Ali Nurdin.

Padahal menilai amalan orang itu adalah domain Allah SWT bukan kapasitas manusia untuk ‘magang’ jadi tuhan, mudah mengecam orang lain yang tidak sependapat, berbeda pilihan politik, berbeda agama menjadi masalah bagi orang yang ‘magang’ menjadi tuhan. 

Menurut dia, umat Islam maupun bangsa Indonesia lainnya kini mulai terjebak dengan tahun politik dimana perbedaaan pandangan politik maupun agama saat ini menjadi tema-tema yang digoreng untuk menarik pengikut ( massa). Oleh karena itu sebaik-baiknya umat manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

Orang-orang yang telah wafat dan menjadi penghuni kubur barulah menyadari bahwa hidup bermanfaat untuk umat justru menjadi amalan terbaiknya saat sudah berada di dalam kubur. “Oleh karena itu mereka memohon pada Allah SWT bisa kembali ke muka bumi biarpun sebentar hanya untuk bersedekah,” jelas Ali Nurdin.

Penghuni kubur baru menyadari bahwa orang yang rajin beribadah saja tapi tidak bermanfaat hidupnya untuk orang lain tidak ada jaminan langsung masuk surga. Oleh karena itu dalam Surat Al Baqarah ayat 148 serta Surat Almaidah ayat 48 dijelaskan soal kebaikan.

Bunyi Surah Al Baqarah Ayat 148

Artinya: “Bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Sedangkan Surat Al Maidah, kutipannya antara lain disebutkan; 

Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,”

Kepatuhan kepada Allah SWT, berlomba-berlomba dalam kebaikan atau disebut Fastabiqul khairat menjadi bekal umat manusia menghadap kembali pada sang penciptanya, kata ustad Ali Nurdin.

Oleh karena itu keterkaitan silaturahim  untuk membuat seseorang bermanfaat untuk orang lain dan memiliki bekal ketika pulang ke kampung akhirat menyebabkan tali silaturahim tidak boleh putus, kata ahli Tafsir, Sirah, Akhlak/Tasawuf.

Prof Dr Ali Nurdin MA berharap pemahaman dari dua surat Albaqarah  dan Surat Almaidah ini dapat terus dijaga dan dilestarikan dalam tali silaturahim yang kuat dan berkualitas sehingga semua umat dapat hidup berdampingan dengan harmonis dan saling menghargai.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)