NEWS

Ketika Halusinasi Tak Mampu Menghalau Rindu Berwisata di Bukit Alas Bandawasa

Kondisi Bukit Alas Bandawasa di saat normal  untuk menikmati munculnya matahari pagi ( atas) dan kondisi saat viral ( Foto: Google)

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Beredar foto di Bukit Alas Bandawasa, di Cigombong, Bogor, Jawa Barat, yang dipenuhi pengunjung ramai-ramai  mendirikan tenda dan menjadi viral karena di tengah pemberlakuan PSBB.

PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 dibuat untuk mencegah penyebaran virus ke berbagai daerah dan jaga jarak ( social distancing) adalah salah satu aturannya.

Seluruh dunia tengah terjangkit dengan pandemi global virus Corona yang mematikan sehingga kegiatan kemah massal yang terjadi di kawasan Bukit Alas Bandawasa pada akhir Mei 2020 itu memang ” melukai” sebagian masyarakat lainnya yang patuh pada aturan pemerintah.

Chalimatus, misalnya, paramedis sebuah RS di Bekasi mengatakan sudah melihat berita viral Minggu 31 Mei itu dan sangat menyayangkan generasi milenial malah kurang memahami peraturan PSBB.

” Paramedis di garis depan mirislah lihatnya karena kami ini yang menghadapi pasien langsung. Tiga bulan lalu saat kita mulai bekerja, belajar dan beribadah dari rumah harapannya semua bisa cepat berakhir. Tapi karena banyak yang tidak patuh akhirnya jumlah korban tiap hari terus meningkat,” ujar wanita yang disapa Atus ini.

Cerita tenaga perawat yang diusir seketika  dari tempat kost sepulang bertugas karena pemilik rumah takut tertular COVID-19 hanya satu dari sekian perlakuan masyarakat pada paramedis yang tidak pernah dilupakannya.

Beruntung saat ini paramedis tidak perlu pulang kerumah karena bisa ditampung oleh Kemenparekraf di hotel-hotel sehingga juga bisa mengamankan keluarganya sendiri. Jangan ditanya rasa rindu dan kebutuhan lainnya untuk berkumpul dengan keluarga.

“Tidak patuh aturan malah berpotensi menjadi pembawa virus sungguh resiko besar, semoga Allah memberikan hidayah bagi mereka yang ketika itu berada di area ” tambah Atus.

Hasan Prayogo, pengusaha pariwisata di Yogyakarta termasuk yang sangat sedih melihat warga masyarakat yang tidak mau taat dengan aturan yang justru untuk melindungi diri mereka sendiri.

Pemilik Omah Kecebong ini menyatakan sikap masyarakat yang terus berkeliaran akan membuat kondisi pandemi menjadi lebih lama dan  sulit untuk bangkit segera. ” Kita semua tahu, semakin lama pandemi berlangsung, kehidupan ekonomi, sosial dan lainnya akan semakin terpuruk,” ungkapnya.

Menurut dia, tindakan tegas untuk kebaikan dan masa depan lebih baik memang harus diterapkan karena tidak semua anak bangsa memiliki pendidikan dan pandangan yang sama.

” Pandemi global ini semua  adalah dari Allah. Corona juga diciptakan oleh Allah SWT untuk kita hidup lebih baik dan menjadi bijak sehingga menjadi ladang amal kita. Mau berkorban  membantu sesama untuk segera selesai wabah ini adalah yang utama,” ujarnya.

Heryus Saputro Samhudi, pemerhati masalah-masalah sosial-budaya, pariwisata dan lingkungan hidup mengungkapkan kekecewaannya atas peristiwa Bukit Alas Bandawasa, di Cigombong, Bogor,

“Saat ini ramai dibahas New Normal atau kenormalan baru tapi  bukan berarti bebas berkeliaran. Bukan bebas keluar rumah tanpa jaga jarak, jaga kesehatan dan tanpa perduli kebersihan ” ujarnya. 

Menurut Heryus, negara-negara Eropa dengan adanya New Normal maka warganya taat  dan menjaga nyawa mereka sendiri. Kita bisa menyaksikan bagaimana Thailand, negara tetangga yang selalu dipenuhi wisatawan mancanegara tidak mau buru-buru buka pintu untuk turis asing, kata Heryus.

” Kita bisa menyaksikan bagaimana masyarakat Thailand membuat video pembelajaran  hidup di era New Normal. Ini upaya sesama warga untuk mencegah penyebaran virus bersama tanpa harus menunggu inisiatip pemerintah,”

Seharusnya warga Indonesia bisa belajar dari pemberitaan dan tayangan di seluruh dunia yang  terjadi dan bagaimana Korea Selatan yang sudah melakukan pelonggaran akhirnya kembali lockdown, karena adanya kasus-kasus baru.

Dia memahami setelah tiga bulan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, tidak bisa pulang kampung berlebaran dan silaturahmi dengan keluarga membuat kerinduan banyak orang untuk keluar rumah guna berwisata.

Namun disaat pandemi masih mengganas seharusnya mampu menahan diri dengan cukup memposting pengalaman wisata tanpa harus melakukan secara langsung. Data COVID per 3 Juni 2020 untuk Global sudah 216 negara, terkonfirmasi sebanyak 6.242.974 orang, meninggal dunia 378.485. Di Indonesia, positif 28.233 orang, sembuh 8.406, meninggal 1.698.

Heryus yang gemar menjelajah ini mengatakan bahwa Bukit Alas Bandawasa selain obyek yang belum berizin juga lokasinya andtidak jauh dari Ibukota Jakarta. Tidak lebih dari 3 jam sudah bisa sampai lokasi yang sejak Januari 2020 menjadi perbincangan karena mirip negri diatas awan, Banten yang juga sempat viral.

Umummya wisatawan yang datang kebanyakan untuk menikmati pesona hamparan awan dari atas gunung. Seakan sedang berada di atas awan sehingga menjadi magnet untuk datang langsung ke lokasi. 

Dari atas bukit ini pengunjung dapat menyaksikan indahnya kota Bogor dalam sekali pandang. Kawasan bukit yang dikelola langsung oleh para pemuda setempat ini fasilitas yang tersedia sudah lumayan seperti toilet, kantin, parkir, area camping, mushola hingga berbagai spot foto lainnya.

Nah area camping salah satu fasilitas yang viral hingga akhirnya ditutup aparat setempat memang terbuka dan menjadi tempat yang perfecto alias sempurna untuk menyaksikan keindahan matahari terbit di pagi hari.

Selain menikmati matahari terbit, saat malam hari melihat gemerlapnya kota Bogor memang membuat malam menjadi romantis, apalagi sambil ditemani secangkir kopi hangat. Tempat yang cocok bagi mereka yang butuh inspirasi untuk berbagai proyek di kepala.

” Memang tempat ideal dan betah berlama-lama, namun kita atasi dulu bersama pandemi global ini. Ingat slogan dunia juga dirumah saja,  #Travel Tomorrow,” tegasnya.

Jadi tak usah malu untuk halu, bahasa gaul terkini yang sering disebut anak muda dan  berasal dari kata halusinasi. Artinya menghayal atau berhayal. Halu berwisata kemana saja sah-sah saja kok, tapi tunggu pandemi global hilang dulu ya dan jangan jadi pembawa virus ya..

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)