LIFESTYLE

Kemenlu Mulai Masukkan Kurikulum Kopi Bagi Diplomat RI 

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Untuk pertama kalinya pendidikan kopi diperkenalkan pada para peserta Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) dalam bentuk pengenalan kopi secara teori dilanjutkan dengan praktek ke lapangan, hari ini.

Kegiatan coffee tasting dilakukan di Pusdiklat dan beberapa Cafe, yaitu Tanamera Cafe dan Noozkav Kafe, hari ini. Direktur Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu), Lintang P. Wibawa telah membuka acara bertema “Pengenalan Kopi Nusantara” diikuti oleh 62 orang peserta Sekdilu Angkatan ke-42.

Pemahaman kopi secara keilmuan 

Pada sesi pertama, para peserta yang sudah terbagi ke dalam 6 kelompok masing-masing menyampaikan 6 presentasi selama 7 menit tentang: sejarah dan latar belakang kopi di Indonesia, kopi spesialti, indikasi geografis, para pemangku kepentingan spesialti kopi, produksi kopi dari A sampai Z, serta perdagangan kopi dunia. 

”Usai presentasi dari keenam kelompok tersebut, kami harapkan semua peserta juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan bertanya kepada para pakar dan mendapatkan masukan untuk meningkatkan pemahaman mereka”, kata Direktur Sekdilu Lintang P. Wibawa.

Kemlu juga mengundang enam pemerhati dan produsen kopi untuk melengkapi pemahaman peserta tentang tantangan dan peluang promosi Kopi Nusantara. 

Mereka adalah Daroe Handojo (Noozkav Kopi Indonesia), Yugian Leonardy  (Gravfarm Indonesia), Suryono Bagus Tani (ALKO Sumatra Kopi), Adi W. Taroepratjeka (Coffee Lab) dan Renata Bukvić-Letica (Tanamera Coffee). 

Para praktisi dan Dubes RI yang menjadi nara sumber bagi peserta Sesdiklu Angkatan 42

Diplomasi kopi, suatu keniscayaan. 

Dubes Prayono Atiyanto, yang hadir selaku penanggap dan pemberi feedback untuk para siswa Sekdilu menyatakan bahwa dengan dimulainya pendidikan dan ketrampilan kopi tersebut Kemlu telah membuat sejarah. 

”Ini adalah cita-cita kita semua … agar kopi dipahami secara utuh”, kata mentor di Pusdiklat Kemlu tersebut. Selanjutnya juga disebutkan bahwa segala aspek yang berkaitan dengan sejarah, tradisi, kehidupan sosial sampai promosi kopi di luar negeri harus dipahami dan dijalankan oleh diplomat Indonesia. 

”Namun menggarap kopi tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri”, ujar Prayono. Ini merujuk pada perlunya semangat persatuan dan teamwork yang kuat antara kementerian/lembaga, pengusaha dan akademisi.   

Sementara itu Renata Bukvic-Letica dari Kopi Tanamera memberikan apresiasinya kepada Kemlu atas acara pengenalan kopi bagi diplomat dan coffee tasting. Ada beberapa hal menarik yang dikemukakan oleh wakil perusahaan kopi Tanamera ini. 

Renata menyampaikan bahwa kopi berpengaruh dalam perdagangan internasional dan semua pihak perlu mengantisipasinya terutama Indonesia saat ini.

Oleh karena itu langkah Pusdiklat, menurut Renata dalam pendidikan berperan besar dan sangat strategis dalam ”sustainability” (keberlanjutan) kopi.

Artinya semakin banyak calon diplomat yang mengetahui tentang produk dan praktiknya, semakin dapat memvalidasi dan memperluas jangkauan pasarnya. 

”Kedepan industri kopi perlu bekerjasama dengan IPTEK termasuk teknologi, kimia dan biologi. Bagaimana juga perdagangan akan dipengaruhi oleh mutu, kualitas, dan rekam jejak”, pungkas Renata. 

Daroe Handoyo, Direktur Noozkav Kopi Indonesia menyatakan penghargaan kepada Kemlu atas diselenggarakannya  acara ini.

Disebutkan bahwa diplomat layak memahami kopi sebelumnya mempromosikan kepada pihak luar. Kopi adalah dekat dengan masyarakat dan tidak ada konflik antar keduanya. Juga damai dengan alam. 

Daroe menyatakan bisa memberi masukan seperti ke pelestarian alam. Atau pada pihak yang bergerak di komoditas kopi, supaya lebih bergerak ke konservasi.

”Salah satu perhatian saya adalah melarang adanya luwak tangkaran untuk menghasilkan kopi, yang tidak mengun –tungkan petani dan mengeksploitasi binatang karena tidak membiarkannya berada di alam liar”, kata Daroe. 

Dia  juga mengingatkan bahwa seorang diplomat perlu menjelaskan mengapa antara kopi yang satu dan lainnya punya perbedaan, melihat mana yang berhasil mana yang tidak.

“Melalui acara ini diharapkan tumbuh permintaan terhadap varian kopi Indonesia yang lain, sehingga pada akhirnya turut mendongkrak ekspor kopi Indonesia secara keseluruhan,” katanya.

Coffee Tasting 

Sesuai dengan protokol kesehatan,  sebelum dilakukan praktek peracikan kopi dan coffee tasting tersebut, semua peserta telah melakukan test PCR dan antigen. 

Pada sesi kedua ini para peserta dibagi ke dalam 4 kelompok untuk melakukan praktek singkat sebagai barista dan mencoba beberapa jenis kopi nusantara (coffee tasting). 

Dalam kerja praktek tersebut diberikan pengenalan tentang coffee tasting khusus kopi spesialti Indonesia. Khusus di Tanamera pelajaran tentang Coffee Tasting diberikan oleh Jason Park, Direktur Tanamera yang juga merupakan Arabika Q Grader. 

Coffee cupping menurut Jason ditujukan untuk memperkenalkan speciality coffee Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera, Jawa, Kintamani Bali, Toraja, dan lain sebagainya. 

Biji kopi hanya bisa dikategorikan sebagai speciality coffee bila memperoleh nilai (grade) 80 atau lebih di skala 100-poin coffee review. Penilaian tersebut terhitung mulai dari cara penanaman, bentuk biji yang sempurna, serta proses pengolahan dan pengeringan terbaik.

Setelah penjelasan dan contoh diberikan oleh Jason, para siswa Sekdilu diberi kesempatan untuk melakukan coffee tasting termasuk cara menyeduh dan menyajikannya.

Perlunya handbook mengenai Narasi Kopi 

Direktur Sekdilu menyatakan bahwa setelah acara pengenalan kopi ini, para pakar dan pengusaha kopi ini akan diwawancarai para siswa Sekdilu untuk menyusun suatu Buku tentang kopi.

Diakhir pertemuan, para pakar kopi dan para dubes senior sepakat bahwa hasil kertas kerja kelompok ini sudah layak menjadi dasar penyusunan Buku ”Narasi Kopi”.

Buku tersebut akan merupakan pengantar praktis mengenai diplomasi kopi yang menjadi pegangan para diplomat RI. 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)