DOMINIKA, bisniswisata.co.id: Larangan penggunaan plastik dan wadah styrofoam terus bergema. Kini Dominika, sebuah negara maritim di gugusan kepulauan Laut Karibia, Amerika Tengah mengibarkan bendera perang terhadap plastik. Secara terang-terangan negara ini telah mengumumkan terhadap wisatawan asing dilarang bawa plastik dan wadah styrofoam terhitung efektif mulai Januari 2019.
Perang terhadap plastik didengungkan pemerintah setempat untuk membantu melestarikan alam Dominika yang terkenal indah. Sehingga menjadi destinasi wisata yang kerap disambangi pelancong dari berbagai negara.
Pesona alam negara Dominika ini meliputi hutan hujan tropis, gunung, hutan bakau, air terjun, gurun, Taman Nasional dan mata air panas. Republik Dominika juga dikenal pantai pasir putihnya yang memesona. Penduduk di negara ini mayoritas campuran Eropa dan Afrika, sedangkan kelompok minoritas merupakan pendatang dari Haiti.
Sama halnya dengan Indonesia, negara yang terkenal sebagai penghasil kopi dan tembakau ini juga memiliki iklim tropis. Selain keindahan pantai yang dimilikinya, Barahona merupakan rumah bagi danau terbesar di kepualauan Karibia.
Destinasi wisata lainnya adalah Kemegahan Istana Presiden di Palacio Nacional, Gereja La Basilica de Higuey yang Jadi Simbol Negara, melompat Bebas di Air Terjun El Salto del Limon, Samana dan Kokohnya Museum Fortaleza Ozama
Sayangnya kini Republik Dominika berhadapan dengan sampah plastik dan styrofoam yang merusak keindahan alam, serta mengganggu pemandangan. Larangan pun dibuat dengan ancaman sanksi hukum denda yang berat. Tujuannya agar wisatawan jera dan tidak seenaknya membuang sampah plastik yang merusak lingkungan.
Sebelum Dominika, beberapa negara di Eropa juga telah lebih dulu mengampanyekan perang terhadap plastik. Di Inggris, sebuah penelitian mengungkap, ada penurunan jumlah sampah plastik yang sangat siginifikan di pantai, sejak kampanye anti-plastik didengungkan pada 2015.
Beberapa bulan terakhir, Australia dan Selandia Baru juga telah mengikuti rencana menghentikan penggunaan kantung plastik. Bahkan perusahaan-perusahaan besar, seperti Starbucks dan Disney juga telah mengumunkan rencana baru menyingkirkan sedotan plastik.
Namun demikian, di antara negara dan perusahaan yang telah lebih dulu mendengungkan perang terhadap platik, Dominika menjadi menarik, lantaran negara ini punya tujuan yang jauh lebih besar, yaitu menjadi negara pertama yang mengklaim bisa tahan terhadap perubahan iklim.
Tahun 2017, Dominika sebagai negara kepulauan ini hancur karena badai. Bencana alam ekstrem ini belakangan muncul lebih sering dan intens, yang disebabkan adanya perubahan iklim yang sangat nyata. Keputusan untuk melindungi lingkungan kini berjalan seiring dengan komitmen negara tersebut untuk melindungi diri dari bencana yang lebih besar di masa mendatang.
“Kita harus membangun kembali dan mengatur ulang masyarakat dan ekonomi kita dan melindungi lingkungan kita untuk mencapai Dominika yang baru dan lebih tangguh,” ungkap Perdana Menteri Dominika, Roosevelt Skerrit seperti dikutip dari laman CNN Travel, Ahad (12/8/2018).
Lalu bagaimana dengan Indonesia? (NDY)