Dialog interaktif jelang buka puasa Harry D Nugraha (kanan), Dewan Pengawas Ivendo dan pelaku usaha
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Laporan hasil Survei Industri Event Nasional 2024-2025 dan Survei Pembatalan Event 2025 pasca penerbitan Inpres No.1/2025 tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan APBN dan APBD tahun anggaran 2025 mengungkapkan 50% event dipastikan batal dan jumlah pekerja di industri ini mencapai 8,8 juta orang, ungkap Harry D Nugraha, salah satu pengurusnya
Berbicara pada acara Buka Puasa Bersama Industri Event Nasional 2025 dengan tema “Collaboration for Progress!”, Kamis, 20 Maret 2025 di gedung SMesco, Harry mengungkapkan bahwa data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2024, tercatat 8.777 event tersebar di 34 provinsi dengan total nilai mencapai Rp 84,46 triliun, yang menggerakkan 8,8 juta pekerja.
Namun, sejak penerbitan Inpres No.1/2025 hingga 11 Februari 2025, telah terjadi 638
pembatalan atau penangguhan event di 32 provinsi dengan nilai bisnis yang hilang mencapai Rp 429,23 miliar. Pembatalan terbanyak terjadi pada kegiatan meeting (50,64%), diikuti oleh event incentive (12,82%) dan pelatihan/ training (10,90%).
Survei industri event yang telah berlangsung sejak 2020 oleh Dewan Industri Event Indonesia (IVENDO) kini dikawal bersama oleh 8 asosiasi ternama, yakni IVENDO, ASPPI, PaSKI, ASITA, HASTANA Indonesia, AELI, KADIN Indonesia, dan APMI.
“Kami berharap survei nasional ini dapat semakin melibatkan seluruh ekosistem event di Indonesia sehingga hasilnya dapat dijadikan rekomendasi strategis bagi pengembangan kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujar Mulkan Kamaludin, Ketua Umum Dewan Industri Event Indonesia (IVENDO).
“Kegiatan ini menggabungkan penyajian data strategis, diskusi interaktif, dan kehangatan
berbuka puasa, membuka ruang kolaborasi untuk menciptakan data komprehensif yang
mendukung perkembangan industri event di masa depan.” tambahnya.
Acara dihadiri oleh 150 undangan, yang meliputi perwakilan pemerintah (Kementerian
Pariwisata, Kementerian Ekraf, Bank Indonesia, BPS), penyelenggara event, supplier, pelaku pariwisata, akademisi, dan media.
Tidak hanya menyajikan data mendalam dan analisis terkini, tetapi juga memfasilitasi diskusi terbuka guna berbagi solusi inovatif dalam menghadapi dinamika industri yang semakin kompleks. Seberapa perkiraan pertumbuhan atau bahkan penurunan event dari bisnis masing-masing anggita ternyata laporan menunjukkan ada penurunan 56.41% Sementara yang masih optimistis ada pertumbuhan 10-15% ada 35.90% usaha.
Dewan Industri Event Indonesia atau IVENDO adalah organisasi nirlaba yang fokus pada pengembangan industri event dan ekosistem penunjangnya di seluruh Indonesia. Dikelola secara independen dan profesional, IVENDO telah membangun jaringan luas dari Sabang hingga Merauke, dengan Dewan Pengurus Daerah di 21 provinsi.
Populasl yang dljadikan acuan dalam survel ini adalah hasil pengukuran jumlah perusahaan dan penggiat industri event di
Indonesia yang dllakuken oleh IVENDO selama kurun waktu 2020-2024.
“Forum ini merupakan momentum penting dalam memperkuat jaringan bisnis dan kolaborasi, serta membuka peluang inovasi demi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ungkap Dr. Dewi Puspaningtyas Faeni, Deputy Director Postgraduate Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
Ekosistem Industri Event Indonesia dengan beberapa asosiasi pendukung lainnya adalah;
*Pertemuan & Konvensi adalah Asosiasi Kongres & Konvensi Indonesia (INCCA)
• Dewan Industri Event Indonesia (IVENDO)
*Himpunan Perusahaan Penata Acara Pernikahan Indonesia (HASTANA)
•Asosiasi Pembelajaran Eksperiensial
Indonesia (AELI).
• Forum Backstager Indonesia
*Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI)
dan lainnya,*Komunitas/Paguyuban Industri Event. Insentif: *ASITA, ASTINDO, ASATI, IINTOA
Pameran:
*Perusahaan Pameran Indonesia
*Asosiasi Perhimpunan Perawat Indonesia (ASPERAPI). Profesional:
*Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia
(ASPPI) •Asosiasi Pekerja Industri Pertunjukan Indonesia (API) • Persatuan Seniman Komedi Indonesia