HILDA'S NOTE PAKET WISATA PENDIDIKAN

ITLA: Pengatur Wisata Harus Miliki SKKNI Dan Di Tunjuk BPW

Tetty Ds Aryanto ( kanan) di dampingi pembina ITLA Rudiana pada rapat pleno 4.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Ketua Umum Indonesian Tour Leader Association ( ITLA), Tetty DS Aryanto menegaskan bahwa seorang tour leader tidak menjual paket wisata dan memimpin perjalanan dari paketnya sendiri.

“Hal ini kami ungkapkan karena maraknya tour leader abal-abal yang merugikan konsumennya. Tour leader adalah pengatur wisata yang ditugaskan oleh Biro Perjalanan Wisata ( BPW). Untuk menjadi tour leader ada sertifikasi jenjang profesinya dan kode etik yang harus ditaati,” ujarnya hari ini.

Menurut Tetty, pada 30 Juli 2018 lalu pihaknya telah melakukan rapat pleno ke 4 khusus bahas masalah tour leader abal-abal ini dan  ITLA tetap mengacu pada Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi no: 82/MPPT-88 Tentang Pramuwisata dan Pengatur Wisata ( tour leader).

“Disebutkan bahwa tour leader adalah pengatur wisata yang ditugaskan oleh Biro Perjalanan Umum dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk memimpin dan mengurus perjalanan rombongan wisatawan,” kataTetty DS Aryanto, Ketum ITLA

Jadi dengan maraknya perkembangan tekhnologi saat ini sehingga warga net bisa membeli paket wisata, tiket transportasi darat, laut, udara dan akomodasi secara online, masyarakat konsumen harus berhati-hati dalam memilih tawaran-tawaran open trip dari individual maupun komunitas.

“Banyak yang sudah jadi korban karena ada tour leader merangkap travel agent dan sekaligus menjadi tour guide dari paket open trip yang ditawarkannya. Orang-orang ini  punya website bagus dan meyakinkan tapi ternyata menelantarkan tamu-tamunya,” ungkapnya.

Modusnya juga beragam, ada yang seluruh pembayaran dan pengurusan dokumen perjalanan melalui online dan pas hari H disuruh kumpul langsung di Bandara Soekarno-Hatta. Namun ternyata si tour leader abal-abal tidak pernah datang sehingga mereka yang bahkan datang dari luar Jakarta terlantar.

“Tidak tanggung-tanggung para korban ini ulah travel blogger yang sudah punya buku dan cukup terkenal. Namun korbannya bukan cuma generasi milenial tapi juga para akademisi,” jelas Tetty DS.

Hal yang menghebohkan paska Lebaran  Idul Ftri lalu adalah lima turis Indonesia ditinggalkan tour leader penjual paket wisata pada mereka di Maroko. Ditinggalkan begitu saja tapi malah pelaku bisa memberikan laporan palsu bahwa yang bersangkutan bukan meninggalkan tapi mau cari ATM lalu di palak orang negro dan berlindung di KBRI setempat.

“ Intinya banyak berita merugikan konsumen paket wisata online tapi akhirnya korban malu sendiri menyadari kekeliruannya dan tidak mau lapor hanya ramai di media sosial sehingga membuat oknum-oknum jadi di atas angin,”

Penipuan paket wisata secara online kini banyak modusnya dan belakangan ini marak di dunia maya. Oleh karena itu bagi anggota organisasi profesi yang dipimpinannya harus mengikuti jenjang pendidikan dimana ada 21 jenjang SKKNI yang harus dilalui.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan.

“ SKKNI dikembangkan melalui konsultasi dengan industri terkait. Jadi dalam hal SKKNI tour leader maka ITLA terlibat penuh merumuskannya karena visi kami adalah menjadi Duta Pariwisata Indonesia melalui pengembangan kualitas SDM Bidang Tour Leader yang profesional, bertanggung jawab, bermoral serta dapat mensejahterakan anggota,” tegas ketua umum dengan 1300 an anggota ini.

Pihaknya berharap teman seprofesi menjunjung tinggi kode etik dan masyarakat sebagai konsumen juga cerdas dan hati-hati apalagi kalau biaya paket wisata yang dibelinya murah dan transfer ke rekening pribadi. Waspadalah, waspadalah, tambahnya.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)