Potret industri pariwisata pasca pandemi (foto: Skift)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sejumlah perusahaan farmasi terkemuka di dunia baru-baru ini mengumumkan telah menemukan vaksin yang efektivitasnya mencapai lebih dari 90 persen. Kabar ini tentu menggembirakan karena memberi asa bahwa pandemi COVID-19 akan dapat dikendalikan.
Pengalaman menjalani hidup selama COVID-19 menjadi pelajaran berharga, termasuk kesadaran orang untuk mengubah pola hidup. Banyak pakar mengingatkan agar kita tidak lagi melihat ke belakang ke era sebelum pandemi.
Sebaiknya segeralah berubah dan tak buru-buru kembali menjalani hidup dan kebiasaan lama sebelum pandemi.
Pelaku industri perjalanan dan pariwisata pun diimbau untuk mulai merancang strategi bisnis baru menginguti perilaku konsumen yang segera beradaptasi dengan keadaan New Normal atau normal baru.
Permintaan yang drastis dan secara tiba-tiba atau istilahnya pent-up demand dipastikan akan terus terjadi seiring berlalunya pandemi. Berita optimis mengenai temuan vaksin memberi harapan bahwa pemulihan industri perjalanan terjadi lebih cepat.
Inilah saatnya untuk membangun kembali ekonomi yang memperhatikan prinsip-prinsip kebaikan, kesehatan, dan teknologi yang selama ini cenderung diabaikan. Kini, setelah terjadi krisis global, orang baru tersadar betapa pentingnya prinsip tersebut.
Dilansir dari Skift, berikut ini beberapa point penting bagaimana sebaiknya menjalankan bisnis pasca pandemi:
Pentingnya neuroaesthetic. Konsep ini merujuk pada penggabungan unsur psikologis dan estitika. Ini harus menjadi perhatian semua pihak termasuk industri pariwisata dan perjalanan.
Penerapan konsep ini harus lebih menonjol di era pasca-pandemi, misalnya dalam desain bangunan atau industri perjalanan yang memiliki banyak peluang.
Jadi intinya adalah bagaimana menggabungkan suasana hati dan perilaku manusia. Desain bangunan yang lebih cermat dapat berdampak lebih besar pada perilaku manusia, misalnya lobi hotel dan bandara yang luas.
Accor misalnya merespons permintaan menginap lebih lama di hotel dengan cara mendesain ulang interior bangunan. Sebisanya hotel-hotel di bawah bendera Accor menjadi tembat yang nyaman untuk ditinggali, bersenang-senang, dan bekerja.
Kini, lebih banyak orang – terutama generasi muda – memperhatikan hal-hal yang sifatnya inklusif dan organik. Mereka menganggapnya sebagai panggilan dan bentuk tanggung jawab sosial. Oleh sebab itu keragaman menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang mengusung nilai-nilai tersebut.
Selain itu, pentingnya menyokong pertemuan hybrid. Industri perjalanan tidak boleh alergi terhadap pertemuan hybrid. Karena tren ini menjadi sesuatu yang tak terhindarkan.
Sebenarnya sebelum pandemi pun sudah banyak event digelar dengan memanfaatkan teknologi yang memungkinkan terselenggaranya pertemuan jarak jauh. Pandemi COVID-19 mengakselerasi trend ini.
Pertemuan hybrid yang mengkombinasi virtual dan pertemuan fisik akan menjadi sesuatu yang mendominasi kehidupan di era setelah pandemi.
Pakar memperkirakan sebagian besar meeting akan dilakukan secara daring, sementara pertemuan fisik kebanyakan dilakukan untuk perjalanan insentif. Oleh sebab itu, mulailah membangun pertemuan hybrid yang sukses.
Sekadar mengingatkan, aturan jarak sosial kelak akan berakhir seiring dengan meredanya pandemi. Orang akan kembali berkumpul dan menghabiskan waktu bersenang-senang bersama teman, keluarga, dan sahabat di tempat-tempat seperti bar-bar hotel, restoran, maupun kedai kopi.
Segeralah berbenah mendesain ulang interior. Hotel Marriot Moxy, misalnya telah memperbaiki pencahayaan di lobby maupun bar di hotel tersebut. Tujuannya agar tercipta suasana yang membuat pikiran dan hati pengunjungnya nyaman.
Tentu, fasilitas saja tidaklah cukup. Perusahaan juga dituntut untuk lebih terlibat memberi layanan dan produk yang menekankan pada kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
Protokol kesehatan harus terus dibarukan. Pemimpin perusahaan perlu lebih memperhatikan dan memantau bagaimana karyawan menjalankan aturan itu sepanjang hari.