NEW YORK, bisniswisata.co.id: Seiring dengan langkah industri pariwisata global menuju tahun 2025, penekanan baru pada hubungan simbiosis antara perdamaian dan pariwisata ditetapkan untuk mendefinisikan ulang paradigma industri.
Dilansir dari https://newsinamerica.com/, pergeseran ini didorong oleh inisiatif dan diskusi yang menyoroti potensi pariwisata sebagai katalisator perdamaian, pemahaman budaya, dan pembangunan berkelanjutan.
Pemimpin industri mengadvokasi perdamaian melalui pariwisata
Pada akhir tahun 2024, seorang editor dan penerbit portal berita daring memulai dialog di antara para visioner perjalanan dan pariwisata global, dengan fokus pada peran pariwisata dalam membina perdamaian.
Lebih dari 20 pemimpin, termasuk menteri, profesional media, pemimpin lintas agama, dan akademisi dari berbagai wilayah seperti Karibia, Asia Tenggara, Afrika, dan Timur Tengah, menyumbangkan wawasan mereka.
Perspektif mereka menggarisbawahi kapasitas pariwisata untuk mempromosikan persahabatan, harmoni, dan ikatan budaya, bahkan di tengah ketegangan dan konflik geopolitik.
Kontributor menyoroti berbagai aspek perdamaian melalui pariwisata, mulai dari memfasilitasi kedamaian batin hingga menghilangkan hambatan perjalanan, mempromosikan dialog lintas agama, dan mendukung pembangunan masyarakat.
Contoh penting termasuk Rwanda, Irlandia, dan negara-negara Mekong, di mana pariwisata telah memberikan kontribusi signifikan terhadap rekonstruksi pascakonflik.
Namun, konflik yang sedang berlangsung, seperti yang terjadi di Tanah Suci, menghadirkan tantangan yang harus diatasi oleh industri untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi pariwisata sebagai alat pembangunan perdamaian.
Komitmen UNWTO untuk ‘Pariwisata dan Perdamaian’
Organisasi Pariwisata Dunia, UN Tourism telah lama mengakui peran pariwisata dalam mempromosikan perdamaian dan pemahaman di antara negara-negara.
Pada tahun 2024, UNWTO menekankan hubungan ini dengan memilih “Pariwisata dan Perdamaian” sebagai tema Hari Pariwisata Dunia, yang diselenggarakan oleh Georgia.
Tema ini menggarisbawahi kemampuan unik pariwisata untuk menjembatani kesenjangan budaya dan menumbuhkan rasa saling menghormati.
Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili menyatakan, “Pariwisata menyatukan orang-orang. Pariwisata memiliki kemampuan unik untuk mempromosikan perdamaian antara dan di antara orang-orang di mana saja.
Sentimen ini mencerminkan komitmen organisasi untuk memanfaatkan pariwisata sebagai kekuatan untuk kebaikan, terutama di masa-masa tantangan global.
Inisiatif dan Deklarasi Global
Komitmen industri terhadap perdamaian dan keberlanjutan lebih lanjut ditunjukkan pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2024 (COP29) di Azerbaijan.
Lebih dari 50 pemerintah menandatangani deklarasi PBB yang bertujuan untuk menjadikan pariwisata global lebih ramah iklim, mengakui dampak signifikan sektor ini terhadap lingkungan dan potensinya untuk mendorong perubahan positif.
Deklarasi ini merupakan bukti upaya kolektif untuk menyelaraskan praktik pariwisata dengan tujuan perdamaian dan keberlanjutan yang lebih luas.
Jalan ke Depan: Mengubah pola pikir industri
Konvergensi berbagai diskusi dan inisiatif ini menandakan periode transformatif bagi industri pariwisata.
Dengan merangkul prinsip-prinsip perdamaian dan pemahaman budaya, sektor ini siap untuk mendefinisikan ulang perannya dalam lanskap global.
Pergeseran paradigma ini mendorong para pemangku kepentingan industri untuk bergerak melampaui metrik keberhasilan tradisional, seperti keuntungan ekonomi, dan mempertimbangkan dampak sosial dan budaya pariwisata yang lebih luas.
Seiring industri mengadopsi fokus baru ini, beberapa strategi utama diantisipasi akan muncul:
Mempromosikan Perjalanan yang Bertanggung Jawab: Mendorong para pelancong untuk terlibat dengan destinasi dengan cara yang menghormati budaya lokal dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Memfasilitasi Pertukaran Lintas Budaya: Menciptakan peluang untuk interaksi yang bermakna antara wisatawan dan masyarakat tuan rumah untuk menumbuhkan saling pengertian.
Mendukung Pemulihan Pascakonflik: Memanfaatkan pariwisata untuk membantu proses rekonstruksi dan rekonsiliasi di wilayah pascakonflik.
Mengadvokasi Praktik Berkelanjutan: Menerapkan praktik ramah lingkungan yang memastikan pelestarian destinasi untuk generasi mendatang.
Tahun 2025 menandai momen penting bagi industri pariwisata global karena merangkul tujuan perdamaian dan pembangunan berkelanjutan yang saling terkait.
Melalui upaya bersama oleh para pemimpin industri, organisasi seperti UNWTO, dan pemerintah di seluruh dunia, pariwisata ditetapkan menjadi kekuatan yang lebih sadar dan berdampak.
Dengan memupuk perdamaian dan pemahaman, industri ini tidak hanya meningkatkan pengalaman perjalanan tetapi juga berkontribusi pada komunitas global yang lebih harmonis.
Seiring para pemangku kepentingan terus berkolaborasi dan berinovasi, visi pariwisata sebagai katalisator sejati bagi perdamaian menjadi semakin dapat dicapai, menjanjikan masa depan di mana perjalanan melampaui batas dan menyatukan orang-orang dalam kemanusiaan bersama.