BALI, bisniswisata.co.id: Di Amerika Serikat tahun 1984, masa pemerintahan Presiden AS Ronald Reagen, mencanangkan minggu ke-3 bulan Juli sebagai Hari Es Krim Nasional AS. Popularitas Hari Es Krim pun mendunia saat ini, termasuk di Indonesia. Tahun 2021 HEK se Dunia jatuh pada Minggu 18 Juli, ditengah masa pandemi dan pelaksanaan PPKM Darurat.
Dalam situasi apapun, es krim tetap diminati untuk dinikmati, terbukti sejumlah komunitas masih tetap melaksanakan aktivitas HEK se Dunia 2021.
Pilihan pribadi ya?
Yang jelas es krim merupakan salah satu makanan penutup tertua –konon—pasalnya sudah ada di masa kekaisaran Achaemenid Iran, sekitar 500 SM. Kemudian sekitar 400 SM, orang Persia menciptakan makanan dingin khusus —merupakan campuran vermiseli dan air mawar –, sajian untuk keluarga kerajaan selama musim panas.
Sepanjang era 500 SM sampai saat ini, varian rasa es krim berkembang pesat. Mulai dari rasa umum seperti vanilla, cokelat, dan stroberi, hingga ke varian rasa aneh seperti daging kuda hingga kepiting, wow.
Bantu UMKM
Es krim, kudapan mewah dan mahal? Tergantung kita memandangnya, karena tidak hanya varian rasanya yang beragam, harga jualnya pun variatif, dari yang murah meriah, sampai yang eksklusif mahal. Jadi sesuaikan dengan kemampuan jika ingin merasakannya.
Dengan mengkonsumsi es krim pun kita bisa membantu kalangan lainnya ditengah masa pembatasan mobilitas yang berdampak secara ekonomis ini. Seperti yang dilaksanakan manajemen produsen es krim nasional Aice Group di hari Eskrim se Dunia 2021, Aice memulai program membagikan es krim, susu telur serta masker medis ke berbagai lapisan masyarakat.
Menurut Juru bicara Aice Group, Sylvana, Aice juga mendukung langkah pemerintah meningkatkan pertumbuhan usaha kecil menengah dan mikro (UMKM) dengan inovasi menghadirkan es krim berkualitas, bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
UMKM menjadi porsi utama penjualan Aice dibandingkan dengan jaringan ritel modern misalnya. Melalui jalur reseller pedagang ritel –UMKM– upaya memudahkan konsumen menikmati es krim, karena tersebar hingga ke wilayah perumahan mereka. Selain membantu UMKM dapat berkembang dan berdaya dengan program reseller.
“Jika dulu es krim diposisikan oleh produsen sebagai barang yang “cukup mewah” dan hanya dekat dengan momen khusus, Aice membongkar kemapanan tersebut dengan strategi volume massal dan harga jual yang terjangkau,” papar Sylvana.
Ditengah pandemi, jelasnya lebih lanjut jaringan reseller di segmen pedagang ritel tradisional tetap tumbuh positif dan mendorong optimize pemulihan ekonomi yang makin kuat. Tercatat lebih dari 250 ribu jaringan warung reseller produk Aice.