MAKASSAR, bisniswisata.co.id: Liburan Lebaran tahun ini benar-benar paceklik bagi dunia penerbangan Indonesia. Tingginya harga tiket berdampak pada penurunan lalu lintas penerbangan di Makassar hingga 25 persen atau sekitar 60-70 penerbangan per harinya.
“Memasuki musim mudik 2019, penerbangan tidak bertambah. Perbandingannya sangat terlihat antara traffic penerbangan pada tahun-tahun sebelumnya dengan tahun 2019,” papar General Manager (GM) Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) Novy Pantaryanto di Makassar.
Tahun lalu, lanjut dia, jumlah rata-rata penerbangan di Bandara Hasanuddin berkisar antara 340-380 per harinya. Sejak Januari 2019, jumlah penerbangan ini terus merosot hingga saat ini yang hanya berkisar 280 penerbangan per harinya.
Novy memprediksi, penurunan traffic penerbangan akan terus terjadi. “Kalau musim mudik tahun-tahun sebelumnya, maskapai itu sudah ramai-ramai mengajukan extra flight jelang Lebaran seperti ini. Hanya Sriwijaya dan Lion Air masing-masing mengajukan extra flight dari Makassar ke Yogyakarta, tapi hanya sekali satu hari mulai tanggal 29 sampai satu minggu setelah Lebaran,” tuturnya.
Pada musim mudik Lebaran 2018, lanjut Novy, jumlah penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin mencapai 420 penerbangan dalam sehari. Mudik tahun 2019 diprediksi turun karena sampai sekarang belum ada permintaan extra flight dari maskapai penerbangan.
“Meski tren penurunan jumlah penerbangan ini diprediksi masih akan bertahan hingga puncak mudik Lebaran, namun pihak terkait di Bandara Sultan Hasanuddin berencana akan tetap membuka posko mudik lebaran di Bandara pada tanggal 29 Mei 2019,” tambahnya seperti dilansir laman Kompas.com, Senin (27/05/2019)
Penurunan traffic penerbangan, lanjut Novy, dimulai sejak Januari 2019 setelah seluruh menaikkan harga dan memberlakukan tarif baru serta bagasi.
Penurunan juga terjadi di bandara Kualanamu Medan Sumatera Utara. Diprediksi puncak arus mudik di bandara tersebut akan terjadi pada H-3 atau H-4. Namun, jumlah penumpang pada masa puncak itu turun dibanding periode yang sama pada tahun 2018.
“Dibanding 2018, jumlah penumpang pada mudik Hari Raya 2019 mengalami penurunan 19,7 persen pada H-3 dan 20,6 persen pada H-4,” kata Manager Hukum dan Humas PT Angkasa Pura Ii Cabang Kualanamu, Wisnu Budi Setyanto seperti dilansir Bisnis, Senin (27/05/2019).
Wisnu mengatakan, jumlah penumpang di Bandara Kualanamu bakal lebih sedikit bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada H-3 dan H-4 Lebaran tahun ini, diperkirakan akan ada 26.310 penumpang dan 25.956 penumpang. Padahal, pada H-3 tahun 2018 tercatat ada 32.760 penumpang. Adapun jumlah penumpang H-4 Lebaran tahun lalu mencapai 32.693 penumpang.
Penurunan jumlah penumpang tersebut otomatis berpengaruh terhadap jumlah pergerakan pesawat. Pada Lebaran 2018, ada 245 pergerakan pesawat yang tercatat di Bandara Kualanamu. Tahun ini, hanya ada 198 pergerakan pesawat. “Turun 23,7 persen,” kata Wisnu.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Moh Faozal menyesalkan rencana pengurangan penerbangan oleh maskapai Garuda Indonesia ke Bandara Internasional Lombok. Keputusan ini dinilai mempersulit berkembangnya sektor pariwisata di provinsi itu pascagempa.
“Garuda mau mengevaluasi jalur Lombok? evaluasi dimana, kalau masalah penumpang ayo kita lihat statistik. Benar tidak ada penurunan. Kalau penumpang ketika dikurangi penerbangan maka akan terjadi penumpukan. Dan itu larinya ke harga tiket mahal karena permintaan dan pasokan tidak stabil,” ujar Faozal di Mataram.
Ia mengakui, Garuda telah mengurangi penerbangan ke Lombok dari empat menjadi tiga penerbangan. Namun, kejadian itu bukan sekarang tapi sudah terjadi pascagempa di NTB. Meski begitu, Faozal mengungkapkan pengurangan penerbangan ke Lombok juga berlaku seluruh Indonesia. Karena ada kebijakan perusahaan.
“Kalau ini dikurangi lagi, tentu menjadi pertanyaan. Padahal, kalau melihat kasus turunnya penumpang ini tidak hanya di Lombok tapi seluruh Indonesia. Turunnya penumpang ini juga akibat mereka, bukan karena penumpang sepi tapi tingginya harga tiket,” sambung Faozal.
Faozal berharap rencana pengurangan penerbangan tersebut tidak terjadi. Mengingat, dampak dari minimnya penerbangan maupun tingginya harga tiket membuat kunjungan wisatawan menjadi turun. “Saya kira ini juga perlu dipelajari. Karena ini bukan minat penumpang tapi ada hal lain,” katanya.
Belum lama ini, pemerintah telah mengambil kebijakan menurunkan tarif batas atas tiket pesawat. Sayangnya kebijakan itu ternyata belum berdampak signifikan terhadap lonjakan penumpang pada periode mudik Lebaran 2019. (NDY)