JAKARTA, bisniswisata.co.id: Berjuang agar Ambon menjadi kota musik dunia di Indonesia, terus digencarkan. Sang pencetus ide penyanyi Pop dan R&B Glenn Fredly didukung musisi lainnya Ridho Hafiedz (Slank), serta dua musikus berdarah Ambon yang ikut mengawal prosesnya sejak tiga tahun terakhir, menggalang dukungan dari publik lewat petisi secara daring.
Lewat platform situs web change.org, Glenn Fredly Deviano Latuihamallo, nama lengkapnya bersama Ridho memulai sebuah petisi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berjudul “Dukung Ambon Menjadi Kota Musik Dunia oleh UNESCO”.
Petisi dimulai sejak Selasa (14/5) hingga Kamis (16/5) malam, pendukungnya telah mencapai lebih dari 21 ribu orang. “Kami meyakini bahwa musik menjadi katalisator penting bagi orang Maluku,” lontar penyanyi kelahiran Jakarta, 30 September 1975.
Kota Ambon di Maluku memang telah dicanangkan sebagai kota musik dunia oleh pemerintah pusat pada 29 Oktober 2016. Kala itu, Badan Ekonomi Kreatif, Pemprov Maluku, dan Pemkot Ambon membuat pernyataan bersama di hadapan khalayak Ambon di Lapangan Merdeka, bahwa mereka berkomitmen menjadikan Ambon sebagai kota musik dunia lewat UNESCO (badan organisasi PBB untuk urusan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan).
“Petisi ini menjadi berharga untuk melengkapi serta meyakinkan UNESCO, bahwa Kota Ambon di Maluku, dengan segala rekam jejaknya melalui musik, layak untuk menjadi bagian dari jaringan kota musik dunia,” sambung pelantun lagu Selamat Pagi, Dunia! seperti dilansir Medcom, Sabtu (18/05/2019).
Latar belakang kelayakan Ambon sebagai kota musik dunia, termasuk rekam jejaknya terkait musik. Salah satunya adalah pemilihan kota Ambon sebagai tempat Konferensi Musik Indonesia perdana pada 2018.
Dalam konferensi tiga hari ini diusulkan dan dirancang oleh Glenn setelah dia mendapatkan tempat dalam kepengurusan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia). Hasilnya adalah 12 poin pemikiran tentang masalah industri musik, yang telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo dan Ketua DPR Bambang Soesatyo.
Aspek lain adalah bahwa banyak musisi dan penyanyi asal Maluku yang berkontribusi besar bagi perjalanan industri musik Indonesia hinga saat ini. “Kami meyakini bahwa musik menjadi katalisator penting bagi orang Maluku,” tulis mereka.
Mereka juga menceritakan bagaimana musik ikut merajut kedamaian di Ambon pada 2005. Kala itu, setelah melewati konflik horizontal panjang, sebuah pertunjukan musik digelar di Lapangan Merdeka dan dihadiri puluhan ribu warga. Glenn dan Ridho ikut tampil dan “menyaksikan bagaimana musik yang kami mainkan bersama musisi serta penyanyi lainnya, menjadi perajut perdamaian dan kemanusiaan yang sangat ampuh.”
Kendati begitu, kata mereka, Maluku punya persoalan sosial yang harus dibenahi, meliputi pendidikan, kesejahteraan, dan lingkungan hidup. Menurut data BPS keluaran Februari 2019, tingkat pengangguran terbuka Maluku menempati posisi ketiga secara nasional.
Mereka menilai bahwa musik sangat dekat dengan inovasi dan teknologi, dan dengan demikian bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi. “Musik dapat mendorong serta mensukseskan program pembangunan berkelanjutan (SDGs) dari PBB,” tulis mereka.
Lewat Ambon Music Office, Glenn dan Ridho akan menyerahkan formulir aplikasi kota musik dunia kepada UNESCO. Mereka mengklaim telah mendapat dukungan dari beberapa negara jaringan kota musik dunia, seperti Australia dan Korea Selatan.
“Petisi ini menjadi berharga untuk melengkapi serta meyakinkan UNESCO, bahwa kota Ambon di Maluku, dengan segala rekam jejaknya melalui musik, layak untuk menjadi bagian dari jaringan kota musik dunia,” sambungnya. (NDY)