NASIONAL

Gempa Lombok, Penghuni Hotel Tidur di Jalan

MATARAM, bisniswisata.co.id: Gempa dengan kekuatan 7.0 skalarichter (SR) kembali mengguncang Lombok pada Minggu (19/8/2018) malam. Akibatnya masyarakat Lombok berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Begitu juga para penghuni salah satu hotel terbaik di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) ikut terkena imbas gempa bumi yang berdurasi selama 10 detik.

Pasca kejadian, seperti dilansir laman Medcom, Senin (20/8/2018) para wisatawan dan tamu terpaksa berhamburan keluar hotel dan terpaksa tidur di pinggir jalan. Gempa susulan terjadi sebanyak tiga kali ketika kebanyakan para penghuni hotel baru akan beranjak tidur, yakni antara pukul 22.00 WITA hingga pukul 23.00 WITA. Listrik sempat padam beberapa detik ketika gempa susulan itu terjadi.

Tanpa pikir panjang, para penghuni hotel langsung berhamburan untuk menyelamatkan diri melalui tangga darurat. Selain itu, mereka juga tak segan meninggalkan barang-barang bawaannya.

Gempa Lombok juga terasa hingga Bali. Para wisatawan asing yang berada di Bali berhamburan keluar hotel dan tempat perbelanjaan. Video para wisatawan asing yang berhamburan keluar gedung tersebut diunggah oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam akun twitternya @Sutopo_PN.

BMKG melaporkan gempa bumi berkekuatan 7 SR dengan pusat gempa di laut, 30 km timur laut Lombok Timur NTB pada kedalaman 10 km dan tidak berpotensi tsunami. Posko BNPB telah melakukan konfirmasi ke BPBD untuk mengetahui dampak gempa. Guncangan gempa dirasakan keras Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa Besar, Lombok Barat dan Kota Mataram selama 5-10 detik.

“Gempa dirasakan sedang di Bali seperti di Jembrana, Kota Denpasar, Karangasem, Badung, Gianyar, Bangli, Kulungkung dan Buleleng selama 5-10 detik. Gempa juga dirasakan ringan di Jawa Timur bagian timur dan Makassar,” ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam siaran pers, Senin (20/08/2018).

“Masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah di Lombok. Sebagian masyarakat histeris karena merasakan guncangan gempa yang lebih keras dibandingkan sebelumnya. Mereka mendengar suara gemuruh yang kemungkinan berasal dari longsoran di perbukitan dan Gunung Rinjani. Belum dapat dipastikan dampak gempa karena listrik padam dan komunikasi mati di Lombok Timur,” tutur Sutopo.

Kondisi listik PLN padam di seluruh Lombok. Kondisi gelap gulita sehingga menyulitkan untuk memperoleh informasi dampak gempa, sambungnya.

Gubernur NTB mengimbau pada masyarakat Lombok untuk tetap waspada dan tenang. Bagi masyarakat di sekitar Sembalun dan Sambelia Lombok Timur agar menjauhi perbukinan. Masyarakat agar menjauhi bangunan dan rumah yang sudah tidak memenuhi standar keamanan. Aktivitas pendidikan pada berbagai tingkatan agar diliburkan sampai batas waktu yang ditentukan kemudian.

Gempa dirasakan keras di Lombok Timur yang paling berdekatan dengan pusat gempa. Gempa dirasakan VI MMI di Lombok Timur. Berdasarkan laporan dari aparat di Lombok Timur belum dapat dipastikan berapa korban jiwa dan kerusakan. Situasi listrik padam. Gempa susulan masih terasa. Warga mengamankan diri dan mengungsi di lapangan yang ada dan menjauhi bangunan-bangunan.

Di Kecamatan Sembalun Lombok Timur, evakuasi warga yang sedang dirawat di Pustu Sembalun menuju Rumah sakit Lapangan Yonkes di Lapangan Sembalun. Masyarakat juga diarahkan mengungsi di lapangan Sembalun. Beberapa rumah dan bangunan roboh. “Banyak bangunan roboh di Kecamatan Sambelia. Masyarakat berkumpul di lapangan dan di tempat yang aman. Masyarakat merasakan trauma dengan gempa,” ujar Sutopo.

Kepala BNPB Willem Rampangilei telah berkoodinasi dengan Panglima TNI terkait pengiriman bantuan logistik dan peralatan menyusul gempa susulan 7 SR. Pesawat-pesawat Hercules TNI di Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta dan Lanud Abdurahman Saleh di Malang disiakan untuk mengangkut bantuan. Demikian juga kapal KRI jika diperlukan. Menteri BUMN akan lebih meningkatkan operasi pasar beras dan kebutuhan-kebutuhan dasar di Lombok. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto