ART & CULTURE

Gamelan Menggema Hingga Negara Adi Kuasa

NEW YORK, bisniswisata.co.id: Suara gamelan ternyata sudah menggema hingga negara Adi Kuasa, Amerika Serikat. Bukan hanya gamelannya namun juga kelompok pemain gamelan yang dimainkan orang Amerika dengan penuh jiwa yang mendalam, penuh keserasian dan penuh kesyahduan.

Kelompok itu berada di Goshen College, sebuah perguruan tinggi swasta seni liberal di kota Goshen, negara bagian Indiana AS. Kota Goshen berpenduduk sekitar 20.000 jiwa, dikenal sebagai kota New England Yankee, karena kota ini dibangun oleh para imigran Inggris yang datang tahun 1600-an.

Bulan Juli lalu, Goshen College mengadakan seremoni ritual atas kedatangan seperangkat gamelan Jawa Slendro-Pelog yang disumbangkan salah satu alumninya, Duanne Gingerich. Sekitar 100 tamu hadir mengikuti acara yang dikemas dengan suasana tradisi Jawa dan makanan tradisional khas Indonesia.

Seperangkat gamelan terdiri instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan beberapa instrumen lainnya. “Ini keinginan dan pesan dari suami saya, almarhum Duanne Gingerich, agar perangkat gamelan Slendro-Pelog miliknya disumbangkan ke Goshen College, dimana beliau menjadi alumni,” kata Reti Gingerich, seperti dikutip laman VOA Indonesia, Sabtu (25/8/2018).

Sebelum keinginannya terwujud, Duane malah meninggal dunia lebih dulu pada tanggal 5 Februari 2016 di Jakarta. “Sebagai istri, saya ingin melanjutkan dan mewujudkan cita-cita Duane dengan menyerahkan gamelan ke Goshen College,” tambah Reti yang hadir langsung ke Goshen College untuk menyerahkan gamelan.

Semasa hidup di Yogyakarta dan Jakarta, Duane merupakan murid Goshen College angkatan 1969, sangat mencintai seni dan musik gamelan. Duane mempunyai dua koleksi perangkat gamelan, salah satunya berusia lebih dari 100 tahun sehingga tidak dapat dipindahkan keluar Indonesia.

“Latar belakang keinginan Duane untuk menyumbangkan koleksi gamelan ini karena Duane mempunyai keinginan agar mahasiswa Goshen College dapat lebih mengenal dan belajar tentang Indonesia melalui alunan gending (irama) gamelan jawa. Jadi Indonesia akan lebih dikenal di Goshen, Indiana,” ungkap Reti.

Presiden Goshen College, Rebecca Stolzfus, yang pernah tinggal di Yogyakarta, menyambut baik kadatangan gamelan ini. Dia menceritakan tentang pengalamannya saat ia menyambut tamu dalam upacara penerimaan gamelan Slendro Pelog.

Stolzfus dan beberapa anggota fakultas diajarkan “Bendrong” oleh ethnomusicologist Marc Benamou, yang mengajar gamelan di Earlham College di Richmond Indiana. Gamelan itu didedikasikan kepada Dr. Mary K. Oyer, professor Emeritus dalam bidang musik berusia 95 tahun.

“Kehadiran gamelan di Goshen College sangat bagus untuk membangun hubungan budaya antara Amerika dan Indonesia menjadi lebih baik”, ujar Wayne Forrest, Presiden Kamar Dagang dan Industri Indonesia (AICC), New York. Wayne, dibantu oleh asisten Rukmini Meraxa, membantu memfalisitasi pengiriman gamelan dari Jakarta hingga ke Goshen.

“Proses ini tidak mudah karena membawa gamelan memerlukan berbagai persyaratan mulai dari ritual sampai ke masalah bea cukai. Kami sangat gembira karena akhirnya, gamelan ini dapat dimainkan oleh para mahasiswa Goshen College”, kata Rukmini. Gamelan ini kemudian diberinama dan didedikasikan kepada Dr. Mary K. Oyer, professor Emeritus dalam bidang music dari Goshen College, yang berusia 95 tahun.

Sekarang ini pemerintah Indonesia berniat mengajukan Gamelan menjadi salah satu warisan budaya dunia ke organisasi pendidikan dan kebudayaan PBB atau UNESCO. Dan gamelan yang diserahkan ke Goshen College berupa Gamelan Slendro Pelos.

Slendro atau kadangkala dieja sebagai saléndro adalah satu di antara dua skala dari gamelan musik. Skala ini lebih mudah untuk mengerti daripada pelog ataupun skala yang lain, karena secara mendasar hanya lima nada dekat yang berjarak hampir sama dalam satu oktaf.

Menurut mitologi Jawa, Gamelan Slendro lebih tua usianya daripada Gamelan Pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 (C- D E+ G A) dengan interval yang sama atau kalau pun berbeda perbedaan intervalnya sangat kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A B) dengan perbedaan interval yang besar.

Asal mula skala slendro tidak jelas. Namun istilah slendro dari nama Sailendra, wangsa penguasa Kerajaan Medang dan Sriwijaya. Skala Slendro diduga dibawa ke Sriwijaya oleh pendeta Buddha Mahayana dari Gandhara di India, melalui Nalanda dan Sriwijaya, dari sana berkembang ke Jawa dan Bali.

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.

Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul atau menabuh, diikuti akhiran An yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel.

Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.

Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah. (NDY)

Endy Poerwanto