OSAKA, bisniswisata.co.id: Wisata di era pandemi menuntut disiplin diri untuk tetap menjaga jarak sosial. Di Osaka, Jepang, orang-orang memilih untuk piknik keluarga di atas perahu alias floating picnic di atas Sungai Okawa.
Sebenarnya, ide makan siang atau piknik terapung bukanlah hal baru. Di Bali, paket sarapan atau makan siang mengapung sudah banyak ditawarkan sejumlah hotel di sana. Umumnya mereka melayani piknik untuk sarapan atau makan siang di atas kolam renang hotel.
Menyantap makanan di atas perahu berdua dengan pasangan jadi hal paling di andalkan oleh Kamandalu Ubud yang berlokasi di Jalan Andong, Banjar Nagi, Ubud, Bali.
Floating Picnic ini dibanderol dengan harga Rp1.080.000 ++ per pasangan. Harga sudah termasuk empat macam pilihan minuman, yakni bir, minuman ringan (kalengan), air mineral, maupun jus.
Di Osaka, piknik mengapung ditawarkan di atas sungai. Ini adalah solusi cerdas untuk berwisata di tengah pandemi COVID-19 yang menuntut agar sebisanya orang menjada jarak sosial.
Ternyata, animo masyarakat untuk menjajalnya cukup tinggi. Ide ini menjadi penyelamat bagi Japan CitySUP Association, asosiasi yang membawahi perusahaan penyelenggara aktivitas air di sungai. Sejak pandemi merebak, bisnis mereka terdampak parah.
“Dulu [sebelum pandemi] ada begitu banyak perahu saat liburan musim bunga sakura. Tahun ini tidak ada lagi,” kata Takashi Okutani, 53, ketua asosiasi yang berbasis di Distrik Chuo kota, seperi dilansir Asahi Shimbun. “Biasanya turis datang untuk tamasya dan rekreasi.”
Di era pandemi, Okutani muncul dengan ide piknik mengapung di sepanjang sungai. Dengan begitu, wisatawan dapat menikmati suasana tepi sungai di perkotaan sambil tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona baru.
“Kami berharap pelanggan dapat menikmati pengalaman [piknik terapung] dengan santai, seperti saat piknik di taman,” kata perwakilan organisasi.
Perahu yang digunakan adalah perahu karet berdiamater sekitar 2,5 meter. Posisinya sangat stabil karena terkait dengan kabel untuk menjaga agar tidak hanyut.
Wisatawan dapat makan, minum, membaca buku, bahkan bekerja dengan laptop di atas perahu yang relatif stabil. Sementara itu para staf akan terus mengawasi untuk memastikan keamanan mereka.
Kapasitas per perahu maksimum empat orang dengan cukup ruang agar penumpang dapat tetap menjaga jarak sosial. Perusahaan juga menyediakan tenda, parasol atau payung, meja, dan kursi yang dapat dipinjam gratis.
Dengan hanya memiliki sedikit kapasitas, ini berarti membantu mengurangi risiko penyebaran virus corona.
Perahu juga memiliki ventilasi yang baik. Penumpang memiliki cukup ruang untuk menjaga jarak dengan penumpang lain hingga satu meter.
Cerita tentang piknik terapung di atas sungai ini menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Ratusan orang termasuk keluarga yang membawa anak-anak mulai mendaftar untuk menjajal pengalaman unik ini, kata Okutani, ketua asosiasi.
Tarif dipatok bervariasi tergantung jumlah penumpang. Biayanya 2.000 yen atau sekitar Rp. 272.000 untuk satu orang selama 30 menit, 3.000 yen (Rp. 408.000) untuk dua oran, dan 5.000 yen (Rp. 680.000) untuk empat orang. Penumpang juga dapat meminjam pemanas lantai tradisional “kotatsu” selama musim dingin.
Pandemi COVID-19 telah memukul ekonomi dunia termasuk Jepang. Asosiasi penyelenggara aktivitas air di Okinawa harus menutup segala kegiatannya sejak April hingga Mei. Sungai Okawa yang biasanya ramai dengan perahu dan kapal pesiar, kini nampak lengang.
Sejak pandemi, jumlah perahu maupun kapal pesiar yang mengarungi sungai ini menurun drastis.Tak ada lagi kegiatan wisata di atas sungai. Banyak perahu dan kapal pesiar hanya mengapung-apung tertambat di atas sungai. Tak ada lagi staf perusahaan yang bekerja mengoperasikan perahu-perahu untuk disewakan karena wisatawan praktis tak datang lagi.
Ide menyelenggarakan paket piknik di atas sungai ternyata menjadi solusi yang menguntungkan semua pihak. Para pebisnis mendapat berkah, semantara wisatawan dapat melancong dengan rasa aman.