JAKARTA, bisniswisata.co.id: Era digital memang membudahkan bisnis apa saja, siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Termasuk bisnis kuliner makanan camilan alias kue. Dan bisnis kue ini dulu menjadi viral ketika para artis ikut terjun dengan membangun bisnis kuenya di kota besar di penjuru nusantara. Sayangnya beberapa tahun belakang, nama dan produk kue artis semakin tak jelas produksinya. Bisnis kue artis gagal total. Mereka pun gulung tikar.
Menurut Chief Empowerment Officer (CEO) Accelerice Indonesia, Charlotte Kowara, bisnis kue-kue kekinian para artis yang hanya bisa bertahan 1-2 tahun ini lebih condong meningkatkan strategi marketing lewat nama artisnya itu sendiri, dibandingkan kualitas rasa dan produknya sendiri.
“Kebanyakan yang kita lihat artis-artis ini perannya adalah sebagai marketing. Kelebihan mereka bisa memberitahu produk-produk apa yang dijual tanpa susah payah karena sudah punya nama,” ujar Charlotte seperti dilansir laman CNBC Indonesia, Kamis (19/09/2019).
Charlotte sendiri mengetahui bahwa dibalik kue-kue kekinian artis ada grup yang mengarahkan dan mengelola. Di Indonesia, ada sekitar 4-5 grup, yang masing-masing mengelola sejumlah artis yang berbeda-beda. Kelebihan mereka bisa memberitahu produk-produk apa yang dijual tanpa susah payah, karena para artis itu sudah punya nama
“Jadi harus diketahui dari grup-grup ini adalah apakah mereka untuk marketing barang atau memproduksi barangnya? Karena tidak mudah membicarakan bisnis Food and Beverage (F&B). Di dalamnya tidak hanya ada sisi marketing, tetapi juga ada sisi bisnis, distribusi, bahkan dari sisi rasa produknya sendiri. Inilah yang harus dicari tahu,” lanjutnya.
Menurut Charlotte, intinya dalam bisnis F&B, seharusnya semua aspek bisa seimbang dijalankan, bukan lebih condong ke satu sisi saja. Dengan begitu, biasanya bisnis akan bertahan lebih lama. Jika membangun usaha dari awal, dibutuhkan waktu yang cukup panjang dan harus menembus sasaran pasar produknya. Namun sekarang, banyak pengusaha yang berpikir orang-orang sudah ‘diedukasi’ dengan produk-produk kekinian yang sama dari perusahaan lain.
Tahun 2017, kue-kue kekinian para artis ini sendiri memang bak virus yang langsung menyebar dengan cepat dimana-mana. Semua artis ikut berjualan kue dengan nama mereka. Semua kue tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Namun dua tahun kemudian, kue-kue artis ini tidak terdengar lagi gaungnya, bahkan menghilang.
Menurut Charlotte, faktor FOMO (Fear Of Missing Out) menjadi salah satu alasan banyak orang Indonesia yang takut ketinggalan kekinian. “Jadi mereka langsung lompat ke ranah yang mereka pikir sudah diedukasikan. Mereka ikut momentum yang sudah dibantu karena viral,” ujarnya.
Sayangnya banyak dari pengusaha tidak melihat situasi, apakah produk yang mereka keluarkan bisa bertahan lama atau hanya mengandalkan momentum hype-nya. Sayangnya mereka tidak melihat itu, maka itulah yang menjadi penyebab kue-kue artis ini gulung tikar.
Ada alasan positif dan negatif dari fenomena gulung tikar bisnis kue para artis Alasan positif, Charlotte mengatakan mungkin penjualannya bagus, namun dapur utama tidak bisa produksi order begitu banyak, sehingga berimbas kepada supply chain dan operation-nya. “Kalau alasan negatif, mungkin karena kuenya terlalu terhubung dengan nama si artis dan saat ini tingkat kepopuleran si artis menurun, yang mengakibatkan penurunan sales,” lanjutnya.
Jika melihat dari sisi bisnis, perlu dipertanyakan apakah artis-artis tersebut terjun langsung ke dapur guna membantu dari sisi kualitas produk, kemasan, dan supply chain serta operationnya. “Sedangkan kita tahu kebanyakan kue-kue artis ini hanya menjual nama si artisnya saja, bukan produknya. Tapi ini enggak semua artis ya. Saya tahu ada beberapa artis yang langsung turun tangan ke dapur untuk produksinya,” lontarnya.
Menurutnya, secara produksi, kualitas grup-grup yang menaungi artis tersebut lumayan bagus. “Hanya soal rasa mungkin mereka tidak sebagus dengan produk yang memang dikembangkan dengan detail. Belum pasti apakah mereka survei soal varian rasa yang bisa diterima di masyarakat. Karena rasa berperan penting dalam hal ini,” ungkapnya lagi.
Karena beberapa kue artis berasal dari grup yang sama, Charlotte melihat perlu adanya pengaturan baru. Dibandingkan dengan bergabung dengan grup yang memiliki kualitas kue biasa aja, seharusnya artis-artis bisa mencari partnership dengan perusahaan yang produknya sudah terbukti berkualitas.
“Mestinya artis-artis ini kerja sama dengan mereka dengan white labeling (memberi merek dari suatu produk atau jasa yang dibelinya dari perusahaan lain) atau mungkin di labeling. Misalnya keripik Syahrini, tapi keripiknya itu memang produksi dari perusahaan yang bagus dan berkualitas,” sarannya.
Berikut deretan kue kekinian para artis yang saat ini tidak ada kabar lagi, seperti dilansir Finansialku.com
Bandung Kanaya – Amy Qanita
Bandung Kanaya milik Amy Qanita ibunda Raffi Ahmad dan keluarganya ini diketahui sudah tutup sejak 8 Maret 2018. Hal ini terlihat dari postingan akun Instagram @bandungkanaya yang sudah tidak lagi memposting produk. Bandung Kanaya ini menyajikan berbagai kue mirip Brownies dengan banderol harga mulai dari Rp55 ribu hingga Rp60 ribu. Bandung Kanaya menyediakan tiga rasa selai yakni, coklat, macha dan vanilla untuk dicocol. Postingan terakhir dari akun Instagram Bandung Kanaya adalah: “Store kami akan tutup sementara, tapi kami sudah menyiapkan kejutan loh. Kami akan istirahat selama beberapa saat”. Namun nyatanya hingga saat ini toko yang sedang direnovasi itu tidak kunjung dibuka. Beberapa food blogger juga sempat mengatakan bahwa tekstur kue tersebut bukan brownies tapi seperti bolu biasa dan agak bantet. Selain itu rasanya tawar sehingga harus dicocol dengan selai yang terasa terlalu manis.
Bosang Makassar – Ricky Harun
Bosang Makassar diresmikan pada 15 Januari 2017, toko kue milik Ricky Harun ini pun dikabarkan sudah tutup. Hal ini terlihat dari kolom komentar akun Instagram @bosangmakassar yang sudah tidak aktif beberapa bulan lalu. Bosang Makassar merupakan gabungan kue bolu rasa keju dengan puff pastry di bagian tengahnya yang memiliki 7 varian rasa yang dibanderol dengan harga Rp49 ribu – Rp55 ribu.
Kuenya Ayu – Ayu Ting Ting
Sejak November 2017, Ayu Ting Ting telah membuka bisnis kue dengan nama Kuenya Ayu. Berbentuk kue bolu segiempat dengan aneka rasa, Kuenya Ayu menawarkan berbagai kue dengan kisaran harga Rp29 ribu hingga Rp40 ribu. Kini, toko kue tersebut telah hilang, mulai dari toko offline yang salah satunya ada di Bekasi hingga instagramnya pun kini telah tutup. Sebelum tutup, Kuenya Ayu banyak mendapat kritik dari beberapa food vlogger yang mengatakan kalau rasanya tidak seenak kue artis lainnya. Ada pula yang sampai blak-blakan dengan mengatakan rasa kuenya Ayu tidak enak.
Pisjo Cake – Arzeti Bilbina
Pisjo Cake milik Arzeti Bilbina ini menawarkan produk berupa sponge cake yang memiliki bahan utama buah pisang. Dengan adonan pastry dan topping berbagai macam, kue milik Arzetti Bilbina ini dibanderol dengan Rp70 ribu. Dibuka sejak 2017 silam, oleh-oleh asal Kendari ini telah tutup sejak 2018. Akun Instagram @pisjocake sendiri sudah tidak memposting sejak 64 minggu yang lalu.
Princess Cake – Syahrini
Syahrini memiliki dua bisnis kuliner dengan nama Princess Cake dan Bakpia Princess Cake. Dengan berbagai lapisan puff pastry, bolu hingga topping aneka rasa, Princess Cake dibanderol dengan harga Rp72 ribu hingga Rp85 ribu. Untuk Bakpia Princess, keenam varian rasanya dibanderol dengan harga Rp65 ribu hingga Rp75 ribu. Kini, kedua bisnis kuliner yang sempat menjadi topik perbincangan warganet ini tak lagi terdengar kabarnya.
Semarang Thal Cake dan Jambi Jambe – Ruben Onsu & Sarwendah
Disaat jualannya sedang naik daun, pasutri Ruben Onsu dan Sarwendah mundur dari bisnis yang dijalani mereka ini pada 23 September 2017. Belum diketahui secara pasti alasan mengapa mereka mundur dari manajemen kue artis tersebut. Walaupun sudah tidak dipegang Ruben dan Sarwendah, Semarang Thal Cake yang berganti nama menjadi Semarang Roru Cake tetap buka hingga kini. Admin yang mengelola akun Instagram @semarangrorucake pun sempat menjelaskan kalau mereka hanya melakukan pergantian manajemen. Untuk rasa, produk, dan lokasi tetap sama.
Semarang Wife Cake – Chelsea Olivia
Sejak 35 minggu lalu, Semarang Wife Cake tidak pernah lagi membuat postingan baru. Bisnis milik Chelsea Olivia ini, dalam akunnya, menyatakan bahwa tokonya tutup sementara dan akan buka kembali nantinya. Padahal, kue yang ditawarkan cukup unik, berbentuk bulat dengan pie berlapis. Dengan lumuran berbagai rasa, varian rasa Green Tea, Chocomelt, cheese, lemon dan choconut yang dibanderol Rp58.000.
Surabaya Snow Cake – Zaskia Sungkar
Telah menghilang sejak 1 tahun lalu, Surabaya Snow Cake milik Zaskia Sungkar disinyalir sudah tak lagi aktif. Hal ini bisa dilihat lewat akun Instagramnya @surabayasnowcake yang sudah tidak memiliki postingan apapun dan akun @snowcakesurabaya yang sudah tidak aktif. Dibanderol harga Rp60 ribu sampai Rp69 ribu, Surabaya Snow Cake adalah bentuk modifikasi dari Kue Lapis Surabaya. Yang membedakan hanya Surabaya Snow Cake menumpuk dengan lapisan puff pastry pada lapisan atas dan bawah.
Queenroll Bangka & Palembang – Sandra Dewi
Dibanderol dengan harga Rp58 ribu, Queenroll Bangka-Palembang adalah cake gulung dengan berbagai rasa isian atau filling. Queenroll ini sejenis cake gulung yang di dalamnya terdapat isian atau filling. Untuk isinya ada beberapa varian rasa, seperti cheese lovers, green tea, salted peanut butter, pineapple, choco melt, dan rasa durian. Sejak beberapa bulan lalu, toko bisnis milik Sandra Dewi ini telah hilang, toko offline dan akun Instagram @queenrollpalembang sudah tidak tersedia lagi. (ndy)