INTERNATIONAL

Di Taiwan, Destinasi Wisata Halal makin Thayyiban

TAIWAN, bisniswisata.co.id: Meski bukan negara yang pendudukan mayoritas Islam, Taiwan semakin mantap dalam mengembangkan fasilitas dan layanan demi mendatangkan lebih banyak wisatawan Muslim berkunjung. Penduduk di negara yang luasnya hanya seperempat Pulau Jawa ini, memiliki sejumlah objek wisata keberadaan tempat salat dan restoran halal mulai bisa dengan mudah ditemukan sehingga semakin Thayyiban atau yang berarti baik, lezat, sehat, paling utama dan mententramkan.

Contohnya yang ada di taman bermain Lihpao Land. Di objek wisata dengan wahana bianglala setinggi 120 meter ini ada ruangan yang beri nama Muslim Prayer Room. Walau hanya ada karpet yang bisa memuat enam jamaah, tapi wisatawan Muslim bisa dengan nyaman menunaikan salat di tengah kegiatan wisatanya.

Lihpao Land juga menyediakan pilihan menu halal dengan berbagai tema makanan, mulai dari Eropa sampai China. Ruang salat dan restoran halal juga bisa ditemukan di Janfunsun Fancy World dan Formosan Aboriginal Culture Village.

Bahkan di Formosan Aboriginal Culture Village ada “toilet halal”, yakni toilet basah yang biasa digunakan di Indonesia. Pasalnya Taiwan menggunakan toilet kering, yang mungkin kurang nyaman bagi wisatawan Muslim.

Di taman hiburan ini juga ada Restoran Maya yang beroperasi dengan sertifikat halal dari Asosiasi Muslim China (CMA), lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat halal untuk produk makanan, restoran, hingga hotel di Taiwan.

Saat ini ada sekitar 100 restoran yang terdaftar halal di Taiwan dan bisa dilihat di laman taiwanhalal.com, ditambah lagi ribuan restoran vegetarian yang mudah ditemukan di berbagai tempat, bisa menjadi pilihan yang juga aman bagi wisatawan Muslim.

Wisatawan Muslim yang datang juga tak perlu bingung bermalam, karena ada sekitar 100 hotel di Taiwan yang mendapat label ramah Muslim (muslim friendly), dengan pilihan kamar bertanda kiblat, televisi berkanal keluarga sampai menu halal dan non-alkohol.

Hotel West Lake Resortopia misalnya, menyediakan kamar dengan kitab suci Al Qur’an, stiker arah kiblat dan tabel jadwal waktu sholat di salah satu laci meja, toilet basah serta menu makanan halal.

“Kami menginginkan lebih banyak lagi wisatawan Muslim berkunjung ke negara kami, khususnya dari Indonesia, Malaysia, dan Muslim dari negara Asia Tenggara lainnya. Kami ingin membuat mereka merasa nyaman di sini,” kata Chairman West Lake Resortopia, Fred Cheng.

Sebelumnya, data Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan (TETO) di Jakarta menyebut, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Taiwan pada 2017 telah meningkat sebesar 46 persen dari tahun sebelumnya, menjadi lebih dari 189 ribu orang.

Jumlah wisatawan ini, menurut Kepala TETO John C Chen, diharapkan terus bertambah, seiring kesiapan Taiwan mengembangkan wisata ramah Muslim. Apalagi saat ini sudah ada setidaknya delapan masjid besar di Taiwan, misalnya yang tertua Masjid Raya Taipei, lalu ada Masjid Budaya Taipei, Masjid At-Taqwa, Masjid Longgang Zhongli, Masjid Taichung, Masjid Tainan, Masjid Kaohsiung, dan Masjid An-Nur.

Selain masjid, tersedia pula musala di sejumlah tempat hiburan dan di tempat umum seperti di pusat pertemuan (misalnya New Nankang Exhibition Centre), di museum (National Palace Museum Taipei).

Juga di rumah sakit (Linkou Chang Gung Memorial Hospital), di kampus (Yu Da University of Science and Technology), di Bandara Taoyuan, Stasiun Kereta Api Taoyuan, dan di area istirahat (Qingshui Rest Area).

Seorang pekerja Indonesia yang sudah tinggal selama hampir dua tahun di Taipei, Anita, mengatakan masyarakat Taiwan sekarang ini mulai lebih terbuka kepada kaum Muslim.

“Idul Fitri kami diberi waktu untuk Sholat Ied. Pengajian yang mendatangkan ustadz dari Indonesia juga boleh diadakan, jadi kami senang bisa berkumpul dengan teman-teman sebangsa dan bertukar pengalaman,” kata perempuan yang bekerja di pabrik telekomunikasi ini.

Taiwan yang berpenduduk 23 juta jiwa ini memang menjadi tempat bernaung hampir 250 ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mayoritas beragama Islam. Mereka menjadi pintu gerbang masyarakat Taiwan mengenal kehidupan Muslim.

“Warga Indonesia banyak yang ke Taiwan, kebanyakan Muslim. Kami terinspirasi dari mereka untuk menyediakan fasilitas dan layanan wisata halal ini,” kata Wakil Direktur Biro Pariwisata Taiwan yang berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia, Cindy Chen.

Apalagi menurut data WYSE (World Youth Student and Educational) Travel Confederation, saat ini wisatawan Muslim sedang tumbuh pesat dan menghabiskan US$220 miliar per tahun, dan akan menjadi US$300 miliar per tahun untuk perjalanannya hingga tahun 2026.

Angka ini dinilai sebagai sebuah pasar yang besar yang dengan sigap segera disikapi oleh banyak negara di Asia, seperti Jepang, Korea dan Taiwan, dengan berlomba-lomba mengembangkan wisata halal. (CNN)

Endy Poerwanto