DESA WISATA

Desa Wisata Kutuh, Butuh Perjuangan Datangkan Wisatawan

BADUNG BALI, bisniswisata.co.id: Ketut Manda melangkah cepat, kaki kiri dan kanannya terus melaju seakan tak menghiraukan panas terik sinar matahari. Siang itu, ia bergegas menuju tempat kerjanya di Timbis Paragliding di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali. Ia harus berkejaran dengan waktu karena siang hari ialah waktu yang bagus untuk wisata paralayang, di saat arah angin optimal.

Sejumlah wisatawan tentunya sudah menanti kedatangan instruktur senior sekaligus manajer di tempat wisata paralayang itu. Pria yang sudah 24 tahun menekuni paralayang tersebut mengatakan sebagian besar wisatawan asing itu berasal dari Tiongkok, Australia, Singapura, dan sejumlah negara di Eropa.

Desa Kutuh yang dahulu sepi dan jarang terjamah orang luar itu kini memang setiap hari didatangi wisatawan. Memang membutuhkan perjuangan untuk mendatangkan wisatawan nasional maupun internasional.

Desa yang berdiri secara definitif pada 2002 itu bisa dibilang sebagai desa baru di Pulau Dewata. Namun, dengan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat lokal, desa berpenduduk 4.170 jiwa itu berhasil mengelola kemandirian dan kesejahteraan warganya.

Kepala Desa Adat Kutuh I Made Wena menjelaskan wisata paralayang merupakan satu dari 11 lini bisnis, termasuk tiga di antaranya unit layanan yang dikelola masyarakat Desa Adat Kutuh melalui Bagha Utsaha Manunggal Desa Adat (BUMDA).

Bisnis tersebut yakni simpan pinjam Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang kini memiliki nilai aset sebesar Rp125 miliar. Padahal ketika dibentuk pada 1998, modalnya hanya Rp13 juta. Bisnis terus diputar untuk mengembangkan lini bisnis lainnya.

Lini bisnis itu ialah objek wisata Pantai Pandawa, Gunung Payung Cultural Park, atraksi seni dan budaya, serta produksi barang jasa seperti air mineral. Selain itu, ada transportasi yang salah satunya menggandeng transportasi dalam jejaring dan jasa konstruksi yang dilakukan warga desa adat.

“Selain bisnis, BUMDA juga mengelola layanan kesehatan dan asuransi bagi pengunjung, layanan keamanan desa adat, hingga wisata edukasi,” papar I Made Wena seperti dilansir laman MediaIndonesia, Selasa (17/09/2019).

Wena mengungkapkan total laba bersih BUMDA pada 2018 mencapai Rp14,5 miliar dari total pendapatan sekitar Rp50 miliar. LPD, wisata Pantai Pandawa, dan paralayang merupakan tiga besar kontributor pendapatan desa adat. Sekitar 60% pendapatan disumbangkan sendiri oleh wisata Pantai Pandawa.

Kepala Desa Adat Kutuh Made Wena mengatakan membangun desa tidak bisa dilakukan sendiri. Ia juga tidak bisa menggunakan cara lama yakni hanya berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah. Untuk itu, kerja sama digencarkan mulai dari kalangan kampus, pelaku bisnis perjalanan wisata, hingga korporasi seperti perbankan.

Perkembangan pesat Desa Kutuh mendapat perhatian sejumlah pihak, termasuk perbankan yang ingin terlibat memajukan desa melalui semangat membangun negeri. Salah satunya ialah Bank Mandiri, yang ingin mengembangkan agen digital bank dengan menyasar pelaku usaha kecil di desa-desa. (ndy)

Endy Poerwanto