INTERNATIONAL

Barcelona, Surga Wisata Eropa yang Sementara Merana

BARCELONA, Spanyol, bisniswisata.co.id: Industri pariwisata di seluruh dunia mengalami pukulan terberat akibat pandemi Covid-19 yang melanda lebih dari 200 negara. Semua negara kini memberlakukan kebijakan melarang atau membatasi warganya bepergian. Padahal industri ini hidupnya amat bergantung pada jumlah pergerakan orang. Pelaku bisnis bersikap wait-and-see, sebagian bahkan berjuang untuk sekadar bertahan. 

Sebuah potret memilukan terlihat di Barcelona, ibu kota Catalonia di Spanyol yang merupakan daerah tujuan wisata terbesar di sana. Sebelum ada virus Corona, kota yang terletak di Timur Laut Spanyol itu, dikunjungi hampir 30 juta wisawatan setiap tahun. 

Di sana banyak objek wisata menarik seperti: situs bersejarah, laut yang indah, tempat-tempat hiburan yang mendunia, serta pertunjukan budaya Catalonia yang berbeda dengan wilayah lain di Spanyol. Sebagian besar dari para turis (diperkirakan ada 3,2 juta pada 2019) datang dengan kapal pesiar yang singgah di pelabuhan kota yang merupakan terbesar di Mediterania.

Kota yang biasanya ramai pelancong itu, kini pun sepi. Penurunan jumlah wisatawan mulai terjadi sejak akhir Februari saat Corona merambah kota berpenduduk 7 juta orang tersebut. Para ahli hingga kini belum menemukan vaksin penangkal virus yang menyerang saluran pernafasan tersebut. Warga mulai mengurung diri dibawah pemberlakukan kebijakan lockdown yang ketat.

Spanyol mengeluarkan aturan lockdown sejak 14 Maret. Instruksinya jelas: penduduk dilarang keluar kecuali untuk urusan maha penting, membeli bahan makanan, atau alasan kesehatan. Jika melanggar, pemerintah akan mengenakan denda mulai dari 100 Euro hingga hukuman penjara. Sebenarnya, meski tanpa hukuman pun penduduk sudah enggan keluar rumah karena takut tertular virus mematikan yang telah merenggut lebih dari 15.000 jiwa. Spanyol merupakan negara paling terdampak virus Corona dengan tingkat kematian tertinggi ke-3 setelah Amerika Serikata dan Italia.

Seperti dilaporkan National Geographic, pemandangan menyedihkan terlihat pada sebuah pagi yang tenang di awal April lalu. Keheningan menyergap lorong-lorong sebuah pemukiman bersejarah yang dibangun sejak abad pertengahan. Jalan-jalan sempit yang merupakan salah satu ikon Kota Barcelona itu biasanya padat dipenuhi pelancong. Kini, kosong melompong. Sesekali saja terlihat seorang penduduk jalan berbegas, mengenakan masker dan membawa tas belanja. Kepala merunduk untuk menghindari saling kontak.

Sekadar informasi, Barcelona dibangun Romawi pada abad pertengahan. Di banyak tempat bangunan peninggalan Romawi masih tegak berdiri, termasuk jalan-jalan sempit dan kecil terbuat dari batu dengan bangunan-bangunan tua bergaya gothic. Itulah salah satu ciri khas Kota Barcelona.

Pemandangan serupa juga terlihat si lokasi obyek wisata lain. Antrian mengular yang biasa terlihat di sekitar Sagrada Familia, bangunan belum selesai bergaya neo-Gothic karya arsitek kenamaan Antoni Gaudi, pun tak nampak lagi. Sejak ditutup pada 13 Maret, ikon kota Barcelona ini sepi pengunjun. 

“Meski kami tidak bisa meramal masa depan, tapi kami yakin dapat kembali buka dalam beberapa minggu,” kata Oriol Llop, direktur komunikasi situs tersebut, seperti dilansir National Geographic.

Sagrada Familia, ikon kota Barcelona yang sepi pengunjung (foto: EndsEurope)

“Terlepas dari tantangan yang kami hadapi, kami tetap akan berdiri mencontoh Keluarga La Sagrada sendiri yang berhasil selamat dari perang dan berbagai hambatan lain pada masa itu.”

Keheningan juga terlihat di bangunan karya Gaudi lainnya yang ada di jantung Barcelona: La Pedrera- Casa Milà. Jumlah pengunjung sudah turun 65% sejak sebelum ditutup pada 14 Maret.

Tetap Optimis

Meski demikian, sejumlah pengusaha tetap optimis. Mereka bahkan telah mempersiapkan diri mengantisipasi jika keadaan segera kembali normal. Marwa Preston, pemilik Wanderbeak – perusahaan yang bergerak di bidang wisata gastronomi/biro perjalanan khusus wisata kuliner –mengatakan bisnisnya tengah berada di jalur terbaik sebelum virus Corona menyerang. Dia menilai situasi sekarang berbeda dengan keadaan saat krisis keuangan 2008 dimana orang banyak kehilangan uang. 

“Pandemi ini justru membuat kita untuk tinggal di rumah dan menahan diri membuat pengeluaran. Begitu keadaan membaik, orang-orang akan haus untuk melakukan perjalanan dan berpetualang termasuk wisata kuliner  dengan uang di saku mereka, “kata Preston. Dia bahkan telah meluncurkan program wisata mencicipi anggur dan vermoth (anggur fortifikasi yang ditambah berbagai jenis rempah) ” pasca-karantina .” Menurutnya, program ini juga dapat mendorong dibukanya kembali bar dan restoran setempat.

Optimisme yang sama juga ditunjukkan Iné Miró-Sans, salah satu pendiri Hotel Butik Casa Bonay. Dia menilai situasi saat ini justru menciptakan rasa kebersamaan yang sebelumnya tidak pernah ada. “Orang-orang saling membantu dengan cara apa pun yang mereka bisa. Hotel-hotel yang biasanya saling bersaing, kini bekerja sama sebagai satu kesatuan. ”

Dia juga sudah ancer-ancer mempersiapkan diri menyambut kembali bangkitnya bisnis pariwisata di Barcelona. “Situasi ini merupakan kesempatan langka untuk slow down, membuat stok, dan memikirkan bagaimana melakukan sesuatu dengan cara berbeda atau lebih baik,” ujarnya. “Aku yakin kita akan keluar dari (situasi) ini dan menjadi lebih kuat, bersama.”

 

 

Rin Hindryati