HILDA'S NOTE

Bali: Satu Ekosistem Pariwisata

Denpasar, bisniswisata.co.is,- Perkembangan dan pertumbuhan kepariwisataan dunia, secara signifikan membuka tantangan pengembangan kepariwisataan di Bali. Untuk itu Bank Indonesia Perwakilan Bali mengusulkan pengembangan pariwisata Bali ke depan adalah pengembangan pariwisata minat khusus, meliputi MICE, sport tourism, retired tourism dan medical tourism. Pariwisata minat khusus tidak saja memberi added value secara ekonomi juga mendorong peningkatan kualitas pariwisata Bali. Hal ini sangat memungkin untuk diupayakan, sejalan dengan tersedianya berbagai aminities dan infrastruktur pendukung dari jenis pariwisata tersebut.

Demikian hasil fokus group discustion (FGD) bertajuk Sinergy and Harmony, In One Island-One Management – One Voice. FGD  merupakan kerjasama  antara Bank Indonesia dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, melibatkan  stakeholder pariwisata di Bali.

Sejalan dengan usulan tersebut, papar Trisno Nugroho, Kepala Perwakilan  Bank Indonesia Provinsi Bali, zonasi destinasi wisata merupakan salah satu kebijakan yang patut untuk dilaksanakan sesuai dengan karakter dan keunggulan dari masing-masing daerah.

“Hal ini ditentukan oleh peran penting satu kesatuan koordinasi di tingkat provinsi one island management”, tegasnya.  

Lebih lanjut dikatakan, kebijakan ini diharapkan dapat mendorong optimalisasi pengembangan dan penataan pariwisata Bali, sekaligus menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Bali. Kebijakan ini juga diharapkan dapat mengurangi ekses dari overtourism yaitu kemacetan dan sampah yang dikeluhkan selama ini oleh para wisman. Selain itu, pengembangan pasar-pasar potensial wisman secara selektif juga perlu untuk terus dilakukan melalui upaya promosi secara efektif dan efisien. Beberapa negara potensial wisman minat khusus antara lain Eropa Tengah, Eropa Timur, Timur Tengah dan Afrika.

Satu Ekosistem

Di tengah kondisi pariwisata dunia yang semakin kompetitif dan perlambatan  kondisi ekonomi global, menurut pihak Bank Indonesia  sinergi dan harmoni merupakan kunci   memperkuat dan mendorong peningkatan daya saing dan kualitas pariwisata Bali ke depan untuk menuju momentum pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, berkesinambungan. 

Menanggapi hak tersebut, menurut Agung Suryawan Wiranatha dari Universitas Udayana menjadikan Bali destinasi berkualitas baik bagi wisatawan mau pun masyarakat yang ada di Bali, selayaknya pemerintah Bali ambil alih kewenangan sektor pariwisata. “ Kelola pariwisata Bali sebagai satu ekosistem pariwisata sesuai dengan konsep one island, one tourism ecosystem and one management,” ujarnya

Agung Suryawan juga mengakui, stake holder pariwisata Bali (pemerintah di dalamnya) “belum” memiliki kajian khusus konsep one island, one tourism ecosystem and one management tersebut. Saat ini momentum tepat untuk melakukan kajian dan kemudian DPR menetapkannya sebagai aturan daerah. Dengan demikian, tidak terjadi praktik moratorium kamar hotel, tetapi muncul ijin dengan tambahan kamar berstatus apartemen, residen yang dioperasikan sebagai kamar hotel, salah satu contoh, imbuh Suryawan.

Menurun

Berdasarkan perkembangan terkini, kinerja pariwisata Bali pada semester I 2019 menunjukkan penurunan dibanding periode sama tahun 2018. Jumlah kunjungan wisman Bali pada semester I, 2019 tercatat sebesar 2,85 juta orang, menurun sebesar 0,65% (yoy) dibandingkan periode  sama tahun 2018  tercatat sebesar 2,89 juta orang atau tumbuh sebesar 2,09%. Bahkan pada triwulan II-2019, jumlah kunjungan wisman ke Bali menurun sebesar 4,91% (yoy), belum pernah terjadi sejak 12 tahun terakhir terjadinya penurunan pada triwulan II yang merupakan periode peak season Bali. Berdasarkan pangsa pasar, negara utama wisman ke Bali masih didominasi oleh Australia dan Tiongkok.

Kajian BI juga menunjukkan perkembangan pariwisata Bali menghadapi sejumlah tantangan untuk dirumuskan solusinya. Antara lain, trend penurunan kualitas pariwisata Bali. Berdasarkan hasil survei perilaku wisatawan mancanegara, diperoleh hasil bahwa spending rata-rata wisman mengalami penurunan dari Rp 13,47 juta per orang per kunjungan di tahun 2016 menjadi Rp 12,45 juta per orang per kunjungan. Sejalan dengan itu, berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, rata-rata spending wisman menurun dari $143,45 per orang per hari pada tahun 2016 menjadi $118,98 per orang per hari. Penurunan spending ini tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Bali secara keseluruhan.

Tantangan lain adalah semakin kompetitifnya beberapa destinasi wisata dunia, khususnya di wilayah Asia. Beberapa negara secara konsisten dan terintegrasi melakukan pembenahan dan pengembangan beberapa destinasi wisata dalam rangka mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisman, baik Thailand, Vietnam, Filipina mau pun Malaysia.

Keterbatasan kapasitas Bandara Ngurah Rai yang akan mencapai kapasitas optimum pada tahun 2026,(bila tidak dilakukan upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas). Sementara,  hampir 95% kunjungan wisatawan menggunakan transportasi udara melalui bandara Ngurah Rai. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan pariwisata Bali dari sisi Akses.

Kebijakan bebas visa,  memudahkan akses kunjungan wisman  ke Bali. Namun kebijakan ini menimbulkan ekses terhadap kualitas pengunjung. Seperti dicatat pihak imigrasi mau pun Kepolisian, ada kenaikan signifikan angka kriminalitas yang dilakukan sejumlah wisatawan dari negara- negara dengan fasilitas bebas visa kunjungan.

Mengimbangi keterbatasan fasilitas bandara, pemerintah juga telah melakukan pemberdayaan fasilitas pelabuhan laut khususnya bagi wisata kapal pesiar. Dalam hal ini PT.Pelindo III yang telah dan sedang melakukan pengembangan pelabuhan Benoa dan Celukan Bawang untuk meningkatkan kapasitas cruise/kapal pesiar yang akan berkunjung ke Bali. Sejalan dengan itu, upaya pengembangan shortcut jalan Mengwitani-Singaraja juga merupakan salah satu dukungan pemerintah untuk meningkatkan akses tersebut.

Lebih lanjut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prof. Bali, memaparkan upaya mendorong peningkatan akses ini, menjadi salah satu pilihan yang sangat urgent dan strategis, mengingat pengalaman pada tahun 2015 dan tahun 2017. Bencana alam yang menutup akses Bandara Ngurah Rai telah memberikan dampak pada perlambatan kinerja ekonomi Bali. Kondisi ini disebabkan besarnya peran pariwisata terhadap ekonomi Bali (lebih dari 50%). Oleh karena itu pengembangan akses ke Bali menjadi salah satu kebijakan yang perlu mendapatkan dukungan semua pihak.

Pada sisi lapangan usaha, menurut kajian BI, melambatnya kinerja ekonomi Bali tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja lapangan usaha akomodasi makan dan minum (akmamin), transportasi dan pergudangan, konstruksi dan industri pengolahan. Melambatnya kinerja akmamin sejalan dengan tertahannya jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Penurunan tarif angkutan udara domestik yang terbatas hanya pada beberapa waktu tertentu saja menjadi faktor penahan jumlah kedatangan wisatawan domestik. Sejalan dengan kondisi tersebut, persaingan semakin kompetitif antar destinasi wisata dunia dan dampak kerusuhan Mei 2019 di Jakarta pasca pemilu menjadi beberapa penyebab yang  menahan jumlah kunjungan wisman di triwulan II 2019. * Dwi

Dwi Yani

Representatif Bali- Nusra Jln G Talang I, No 31B, Buana Indah Padangsambian, Denpasar, Bali Tlp. +628100426003/WA +628123948305 *Omnia tempus habent.*