MASSACHUSETTS, bisniswisata.co.id: Platform perjalanan TripAdvisor menemukan 1 juta ulasan atau review palsu dan menyesatkan yang diposting di aplikasi online populer di dunia pariwisata ini. Kini manajemen berencana memberangus review palsu tersebut.
Selama ini, TripAdvisor yang berpusat di Massachusetts Amerika Serikat dipandang sebagai tempat untuk mencari rekomendasi hotel, restoran, bar, dan kegiatan lainnya selama berlibur, dan perusahaan akan mendapatkan lonjakan pendapatan jika berhasil masuk dalam daftar 10 besar di situs web.
Banyak pelaku bisnis restoran dan hotel mengejar predikat TripAdvisor Top 10, sebab para traveler akan lebih memilih mengunakan jasa perusahaan tersebut. Namun banyak perusahaan melakukan hal curang demi mengejar predikat tersebut. Mereka menawarkan makanan dan minimum atau menginap secara gratis.
Hal ini membuat banyak review palsu yang tak sesuai dengan kenyataan. Hal ini membahayakan kredibilitas TripAdvisor dan membuat kepercayaan pengguna menurun.
Berdasarkan laporan TripAdvisor dari 66 juta ulasan yang dikirimkan ke TripAdvisor pada tahun 2018, sebesar 2,1% atau hampir 1,4 juta ulasan palsu. Mereka adalah bagian dari 4,7 persen atau 3,1 juta ulasan yang ditolak atau dihapus oleh perusahaan karena alasan mulai dari pelanggaran pedoman hingga kasus penipuan.
Sebanyak 34.643 entitas bisnis juga telah mendapatkan hukuman peringkat dari TripAdvisor. Denda peringkat bisa dalam bentuk perusahaan kehilangan skor dan turun peringkat. Kebijakan ini berlaku untuk bisnis yang ketahuan memposting ulasan mencurigakan.
“Kami terus membuat kemajuan dalam upaya deteksi penipuan kami yang terkemuka di industri dalam beberapa tahun terakhir, tetapi ini adalah pertempuran harian dan kami jauh dari puas,” kata Becky Foley, direktur TripAdvisor seperti dikutip dari South China Morning Post, Jumat (20/9/2019).
Becky Foley mendesak pemain online utama lainnya untuk ikut berperang melawan penipuan tersebut. “Selama platform ulasan lainnya tidak mengambil tindakan agresif, maka penipu akan terus mengeksploitasi demi uang. Sudah saatnya platform lain seperti Google dan Facebook melangkah maju untuk bergabung dengan kami dalam menangani masalah ini secara langsung,” katanya.
Laporan ini juga menyoroti tren lain soal muncul perusahaan yang bertugas memaki ulasan, like, dan followe palsu. Sejak 2015, TripAdvisor telah menghentikan aktivitas lebih dari 75 situs web yang kedapatan mencoba menjual ulasan. (ndy)